INDONESIA PLASA
Selasa, 9 November 2010 18:11 WIB |
Tim Evaluasi Independen yang dibentuk Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa hasil evaluasinya tidak menemukan adanya rekayasa dalam pembentukan harga IPO PT Krakatau Steel Tbk (KS).
Tim independen itu juga menyatakan bahwa proses IPO KS dan pembentukan harga perdana KS sebesar Rp 850 per saham sudah sesuai prosedur dan tidak menemukan adanya rekayasa.
Ketua Tim Independen Mas Achmad Daniri di Jakarta Selasa mengatakan, harga yang dibentuk tersebut sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. "Karena itu kami merekomendasikan IPO KS tetap berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,"katanya.
Tim Evaluasi Independen Privatisasi Krakatau Steel yang terdiri atas Mas Achmad Daniri sebagai ketua dan anggotanya terdiri dari Hikmahanto Juwana, Sudarjono, dan Kahlil Rowter telah berdiskusi ke penjamin emisi dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan pihak-pihak terkait.
Hikmahanto yakin harga yang dibentuk tersebut sudah optimal, karena mereka bisa mendapatkan informasi dan data yang lebih dibandingkan publik.
"Dari hasil wawancara dan diskusi yang ada, mereka sama sekali tidak menemukan adanya informasi salah aturan,"katanya.
Dia menambahkan penjamin emisi memakai prosedur secara profesional dan sesuai aturan yang ada, mulai dari penetapan harga hingga penjatahan saham. "Jadi sebenarnya tidak ada masalah,"ujarnya.
Sementara itu Ketua Tim Evaluasi Independen, Mas Achmad Daniri mengatakan, IPO KS harus terus berjalan untuk menjaga kepercayaan para investor pasar modal di Indonesia.
"Membatalkan IPO adalah hal yang tak mungkin dan sangat berisiko sekali karena ini menyangkut kepercayaan investor. Dan akan berimbas pada perekonomian yang lebih jauh lagi," kata Daniri yang juga mantan Dirut Bursa Efek Jakarta.
Dia menambahkan pembatalan IPO KS selain merusak kepercayaan pasar juga dapat menghambat ekspansi KS yang sudah direncanakan semula.
Daniri menilai kegaduhan IPO KS hanya karena persoalan sosialisasi yang tidak dilakukan dengan baik. Seharusnya peran "public relation" IPO KS mampu melakukan sosialisasi, sehingga tidak terjadi kegaduhan.
Besok (10/11) saham KS tetap listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
KS menjual 3.155.000.000 saham baru ke publik dengan harga pelaksanaan IPO ditetapkan sebesar Rp 850 per saham dari kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp 800-1.050 per saham.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Bahana Securities.
9 November 2010
Bersamaan Kunjungan Obama, Indeks BEI Naik
INDONESIA PLASA
Selasa, 9 November 2010 17:36 WIB |
IHSG BEI ditutup menguat 38,221 poin atau 1,03 persen ke posisi 3.737,484, sementara kelompok 45 saham unggulan (LQ45) naik 7,4616 poin (1,09 persen) ke posisi 690.261.
Menurut analis dari Eco Capital Cece Ridwan, kedatangan Obama ke Indonesia memberikan peluang peningkatan kerjasama ekonomi Indonesia-AS sehingga pasar merespon positif kunjungan presiden negara adidaya itu.
Di sisi lain, kata Cece, melemahnya mata uang dolar AS membuat harga komoditas menguat, dengan naiknya harga komoditas akan berdampak positif pada saham-saham yang berada di sektor komoditas.
"Jika dolar melemah otomatis harga komoditas akan naik, indeks naik salah satunya di topang oleh saham komoditas, seperti kita mayoritas saham di BEI adalah saham komoditas," katanya.
Ia menambahkan, aliran dana asing diindikasikan juga masih menjadi pendorong gerak indeks. Modal asing tampak aktif masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar atau saham-saham unggulan.
Sementara pada perdagangan besok Rabu (10/11), ia memperkirakan indeks akan bergerak menguat. Dan akan bergerak di kisaran support-resistance 3.720-3.760.
Secara terpisah Vice President Reseacrh PT Valbury Securities Nico Omer mengatakan, harga komoditas yang relatif tinggi membuat saham komoditas seperti batu bara naik.
Harga komoditas lain juga mengalami kenaikan seperti emas, batu bara, crude palm oil, timah dan nikel.
Volume perdagangan di BEI mencapai 6,142 miliar saham dengan nilai Rp6,427 triliun yang dihasilkan dari 158.196 kali transaksi. Saham yang menguat sebanyak 121, saham turun sebanyak 103, dan 82 saham tidak bergerak harganya.
Indeks Hang Seng di bursa Hong Kong turun 253,77 poin (1,02 persen) menjadi 24.710,60, indeks Nikkei 225 di bursa Tokyo turun 38,43 poin (0,39 persen) ke posisi 9.694,49, sedangkan indeks Straits Times di bursa Singapura naik 13,21 poin (0,40 persen) menjadi 3.313,61.
Selasa, 9 November 2010 17:36 WIB |
Saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa menguat, bersamaan dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam kunjungan kenegaraan dua hari ke Indonesia.
IHSG BEI ditutup menguat 38,221 poin atau 1,03 persen ke posisi 3.737,484, sementara kelompok 45 saham unggulan (LQ45) naik 7,4616 poin (1,09 persen) ke posisi 690.261.
Menurut analis dari Eco Capital Cece Ridwan, kedatangan Obama ke Indonesia memberikan peluang peningkatan kerjasama ekonomi Indonesia-AS sehingga pasar merespon positif kunjungan presiden negara adidaya itu.
Di sisi lain, kata Cece, melemahnya mata uang dolar AS membuat harga komoditas menguat, dengan naiknya harga komoditas akan berdampak positif pada saham-saham yang berada di sektor komoditas.
"Jika dolar melemah otomatis harga komoditas akan naik, indeks naik salah satunya di topang oleh saham komoditas, seperti kita mayoritas saham di BEI adalah saham komoditas," katanya.
Ia menambahkan, aliran dana asing diindikasikan juga masih menjadi pendorong gerak indeks. Modal asing tampak aktif masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar atau saham-saham unggulan.
Sementara pada perdagangan besok Rabu (10/11), ia memperkirakan indeks akan bergerak menguat. Dan akan bergerak di kisaran support-resistance 3.720-3.760.
Secara terpisah Vice President Reseacrh PT Valbury Securities Nico Omer mengatakan, harga komoditas yang relatif tinggi membuat saham komoditas seperti batu bara naik.
Harga komoditas lain juga mengalami kenaikan seperti emas, batu bara, crude palm oil, timah dan nikel.
Volume perdagangan di BEI mencapai 6,142 miliar saham dengan nilai Rp6,427 triliun yang dihasilkan dari 158.196 kali transaksi. Saham yang menguat sebanyak 121, saham turun sebanyak 103, dan 82 saham tidak bergerak harganya.
Indeks Hang Seng di bursa Hong Kong turun 253,77 poin (1,02 persen) menjadi 24.710,60, indeks Nikkei 225 di bursa Tokyo turun 38,43 poin (0,39 persen) ke posisi 9.694,49, sedangkan indeks Straits Times di bursa Singapura naik 13,21 poin (0,40 persen) menjadi 3.313,61.
MENGUAK TABIR PENJUALAN GADIS DI BAWAH UMUR
INDONESIA PLASA
Terbongkarnya jaringan penjualan gadis di bawah umur untuk pemuas nafsu pria hidung belang di Semarang sungguh mengejutkan kita. Bagaimana modus operandi jaringan tersebut? Berikut laporannya.
KALAU saja seorang ibu muda yang kehilangan anak gadisnya, Mawar (15), tidak mengadukan ke Polsek Tugu, bisa jadi jaringan penjualan gadis di bawah umur tersebut belum terungkap.
Dari investigasi Suara Merdeka, jaringan mereka ternyata begitu rapi. Betapa tidak. Untuk "memakai" seorang gadis tersebut bukanlah persoalan mudah. Pemakai harus memiliki kelihaian dan pergaulan yang baik dengan si penyalur. Jika tidak, jangan harap bisa menikmati.
"Biasanya, tamu yang datang ke rumah atau sebelumnya menelepon," ujar Ny Ivon (44), seorang perantara yang tertangkap.
Warga Gisikdrono itu mengaku sudah lama menggeluti dunia "esek-esek". Sebelum itu, ketika lokalisasi Sunan Kuning (SK) masih resmi buka, dia menjadi salah satu penyalur di tempat itu.
Ia menyatakan, menyediakan pekerja seks komersial (PSK) yang rata-rata berumur lebih dari 20 tahun lebih mudah dibandingkan gadis di bawah umur. Sebab, pemesannya orang-orang tertentu yang tidak setiap saat bertemu.
"Kalau mencari PSK, biasanya orang cukup menyediakan uang Rp 100.000. Kurang dari itu juga bisa," katanya.
Namun, untuk pesanan khusus harus merogoh kocek sampai jutaan. "Ketika menjual Melati (bukan nama sebenarnya) saya mendapat Rp 1.500.000. Itu uang yang masuk ke saya. Nggak tahu kalau yang lain," katanya.
Selama menggeluti dunia tersebut, dia mengaku baru kali pertama ini menawarkan gadis di bawah umur kepada tamu. Awalnya, dia ditawari dua "daun muda" oleh Ny Sulistyowati, yang ternyata anaknya sendiri.
Mereka itu Bunga (13) dan Melati (14), bukan nama sebenarnya. "Awalnya saya pesimistis, apakah ada tamu yang mencari gadis seumur mereka. Karena teman dekat, saya berupaya mencarikan tamu untuk mereka. Ny Sulistyowati saat itu butuh uang untuk membayar kontrak rumah," ujar Ny Ivon.
Ketika berjalan-jalan di sebuah mal di kawasan Simpanglima, dia bertemu seorang pria setengah baya yang minta dicarikan "daun muda". Bahkan, kalau bisa yang masih di bawah umur.
Tanpa pikir panjang Ny Ivon menyanggupi permintaan tersebut. Transaksi untuk menentukan tarif, tempat, dan waktu pun dibuat.
Dia mengatakan, pemesan meminta agar "pesanan" diantar ke kamar hotel berbintang di kawasan Candi Lama. Kejadian itu sekitar dua bulan lalu. "Saya antar Melati ke hotel dengan taksi," ujar dia.
Setelah Melati dipertemukan dengan pemesan, dia tidak langsung pulang. Soalnya, Melati termasuk "pesanan" antik yang pernah dimilikinya. Apalagi, dia masih kecil dan belum berani pulang sendirian ke rumah orang tuanya.
Ny Sulistyowati kepada petugas mengatakan, di rumah Melati memberikan uang Rp 5 juta dari tamunya. Sebagian uang diberikan kepada Ny Ivon. Selebihnya untuk membayar kontrak rumah.
Pria itu dua kali "memakai" Melati. "Yang terakhir, bapak itu hanya ingin bertemu, setelah itu memberikan uang Rp 350.000. Di kamar saya hanya ngobrol sebentar. Mungkin bapak itu kasihan dengan saya," kata petugas menirukan ucapan Melati.
Mendapat keuntungan besar, Ny Ivon mencari mangsa lain. Kebetulan dia punya kenalan di Jakarta. "Saya menawarkan Bunga kepada dia (kenalannya-Red). Selang beberapa hari, dia menelepon agar Melati dibawa ke Jakarta. Saya dan Ny Sulis (sulistyowati-Red) mengantar sampai ke hotel di Jakarta," kata Ny Ivon.
Keduanya menunggu sampai selesai. "Tidak lama dan saya menungguinya. Sehari sudah bisa langsung pulang. Saya dapat bagian Rp 2 juta," kata dia.
Tidak semua tamu mencari gadis di bawah umur. Dari sejumlah pria hidung belang yang menghubungi Ny Sulistyowati dan Ny Ivon, masih banyak yang mencari gadis seusia anak SMU. Karena itu, keduanya berupaya mencari "mangsa" dengan cara blusukan di sekolah-sekolah.
Gadis yang memungkinkan untuk "dijual", didekati. Agar tidak tersinggung, si gadis ditawari pekerjaan dengan upah tinggi tanpa harus meninggalkan bangku sekolah. Bila dia menyanggupi, Ny Sulistyowati akan mencarikan pria yang mau diajak kencan dengannya.
Cempaka (17), bukan nama sebenarnya, siswi sebuah SMU di Semarang yang kali pertama menjadi anak asuhnya. Setelah kenal dengan Ny Sulistyowati, hampir setiap hari dia datang ke rumah wanita itu di Jalan Candi Permata perumahan Pasadena.
Cempaka kepada petugas mengatakan, saat kali pertama kencan dia dibayar Rp 400.000, tapi hanya Rp 150.000 yang diberikan kepadanya. Selebihnya diambil oleh Ny Sulistyowati.
Dia terkadang mengajak teman-temannya. Ada yang mau diajak "bekerja". Dari kebiasaan itu, Ny Sulistyowati akhirnya punya beberapa "anak asuh". Semua masih tercatat sebagai siswi SMU.
Kasus Semarang Hanya Sebagian Kecil
KENDATI sebuah jaringan penjualan dan perdagangan anak di bawah umur untuk tujuan seksual di Semarang telah terbongkar, diyakini itu hanyalah salah satu yang bisa terungkap. Kasus tersebut ibarat fenomena gunung es. Yang terungkap hanyalah sebagian kecil, sementara yang masih terpendam dalam-dalam masih menggumpal.
"Apa yang terlihat dan terungkap di permukaan hanyalah segelintir, belum bisa mencerminkan keadaan yang sebenarnya," tutur Koordinator Eksekutif Pusat Edukasi Studi Advokasi Anak Indonesia (Perisai) Fatah Muria.
Muncul indikasi kuat Semarang dan Jateng sebagai salah satu daerah pemasok dan transit bagi sindikat-sindikat perdagangan perempuan terutama anak-anak untuk tujuan seksual. Meski hal itu belum ada penelitian dan analisis yang komprehensif.
Perisai tidak hendak berlebihan. Simak saja hasil identifikasi Yayasan Setara. Mereka mengemukakan, 10 anak jalanan perempuan diperdagangkan untuk tujuan seksual ke Kepulauan Riau tahun 2000. Mereka ditampung dulu di sebuah tempat oleh broker.
Menurut pengakuan korban yang berusia 16 tahun kepada Setara, di sana bertemu dengan banyak anak-anak gadis sejenis yang diperdagangkan dengan tujuan serupa. Awal 2001 Perisai, Setara, dan PKPA Medan pernah menangani satu kasus anak yang berasal dari Brebes yang menjadi korban perdagangan anak. Dia dijerumuskan ke dalam prostitusi di Bandar Baru, Medan. Korban akhirnya lari dari lokalisasi setelah mengidap siphilis stadium IV. Kerja sama ketiga NGO itu berhasil memulangkan korban ke keluarga.
Di Indonesia, kasus tersebut ditengarai telah lama terjadi. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan mengutip data dari Komisi Ekonomi dan Sosial PBB (ESCAP), memperkirakan sekitar 1 juta orang (20%) dari lima juta pekerja migran asal Indonesia menjadi korban sindikat perdagangan anak dan perempuan muda.
Dan Indonesia duduk di peringkat ketiga dengan kategori tidak serius dalam memerangi kejahatan tersebut. Pada umumnya korban ditujukan untuk pekerja seks yang dilempar ke Hong Kong, Singapura, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam, negara-negara Timur Tengah, Australia, Korea, dan Jepang.
SAMIN (Sekretariat Anak Merdeka Indonesia) menengarai jumlah kasus perdagangan anak itu akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Asumsinya krisis ekonomi masih terus berkelanjutan; tingkat prevalensi HIV/AIDS lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Sehingga menjadi surga bagi pedofilia (orang yang puas melakukan hubungan seks dengan anak-anak di bawah umur).
Juga karena lemahnya perangkat serta penegakan hukum yang mampu memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak dan perempuan atas segala tindakan kekerasan.
Kasus enam anak yang diperjualbelikan dan diperdagangkan di Semarang, persetujuan anak dianggap tidak diperlukan. Sebab, mereka dianggap masih belum matang. KUHP, sebagai dasar hukum pidana di Indonesia, mengatur dalam Pasal 297. Namun, hanya menyangkut hukuman bagi perdagangan perempuan dan anak laki-laki dan belum mengadopsi perdagangan untuk anak-anak perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan seksual.
Pola perdagangan yang terungkap di Semarang masuk dalam kategori yang dijual oleh keluarga. Juga menggunakan bujuk rayu dengan upah yang tinggi dengan pekerjaan ringan. Ada pula yang menggunakan metode penculikan. Kasus ini pernah ditangani oleh ketiga NGO. Anak yang masih di terminal Pulo Gadung, Jakarta, tiba-tiba dipaksa untuk naik bus tujuan Medan. Tentu disertai dengan ancaman. Anak tersebut ditampung di lokalisasi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) sebelum dijerumuskan ke prostitusi.
"Dari keterangan pelaku, anak-anak dijerumuskan ke dalam perdagangan untuk tujuan seksual dengan memanfaatkan subordinasi (orang tua-anak) dan ketidakmatangan mental," ujar Fatah Muria. Mereka, lanjutnya, mudah dirayu dengan iming-iming uang cukup melimpah.
Sejuta anak Indonesia telah disebut sebagai korban pedagangan ke negara lain. Pantas diduga sejuta anak lainnya menjadi korban perdagangan antarwilayah di Indonesia. Upaya penanganan dari pemerintah belum menunjukkan langkah keseriusan. Sebuah keprihatinan bersama di tengah lajunya upaya mencerdaskan bangsa.
Terbongkarnya jaringan penjualan gadis di bawah umur untuk pemuas nafsu pria hidung belang di Semarang sungguh mengejutkan kita. Bagaimana modus operandi jaringan tersebut? Berikut laporannya.
KALAU saja seorang ibu muda yang kehilangan anak gadisnya, Mawar (15), tidak mengadukan ke Polsek Tugu, bisa jadi jaringan penjualan gadis di bawah umur tersebut belum terungkap.
Dari investigasi Suara Merdeka, jaringan mereka ternyata begitu rapi. Betapa tidak. Untuk "memakai" seorang gadis tersebut bukanlah persoalan mudah. Pemakai harus memiliki kelihaian dan pergaulan yang baik dengan si penyalur. Jika tidak, jangan harap bisa menikmati.
"Biasanya, tamu yang datang ke rumah atau sebelumnya menelepon," ujar Ny Ivon (44), seorang perantara yang tertangkap.
Ia menyatakan, menyediakan pekerja seks komersial (PSK) yang rata-rata berumur lebih dari 20 tahun lebih mudah dibandingkan gadis di bawah umur. Sebab, pemesannya orang-orang tertentu yang tidak setiap saat bertemu.
"Kalau mencari PSK, biasanya orang cukup menyediakan uang Rp 100.000. Kurang dari itu juga bisa," katanya.
Namun, untuk pesanan khusus harus merogoh kocek sampai jutaan. "Ketika menjual Melati (bukan nama sebenarnya) saya mendapat Rp 1.500.000. Itu uang yang masuk ke saya. Nggak tahu kalau yang lain," katanya.
Selama menggeluti dunia tersebut, dia mengaku baru kali pertama ini menawarkan gadis di bawah umur kepada tamu. Awalnya, dia ditawari dua "daun muda" oleh Ny Sulistyowati, yang ternyata anaknya sendiri.
Mereka itu Bunga (13) dan Melati (14), bukan nama sebenarnya. "Awalnya saya pesimistis, apakah ada tamu yang mencari gadis seumur mereka. Karena teman dekat, saya berupaya mencarikan tamu untuk mereka. Ny Sulistyowati saat itu butuh uang untuk membayar kontrak rumah," ujar Ny Ivon.
Ketika berjalan-jalan di sebuah mal di kawasan Simpanglima, dia bertemu seorang pria setengah baya yang minta dicarikan "daun muda". Bahkan, kalau bisa yang masih di bawah umur.
Tanpa pikir panjang Ny Ivon menyanggupi permintaan tersebut. Transaksi untuk menentukan tarif, tempat, dan waktu pun dibuat.
Dia mengatakan, pemesan meminta agar "pesanan" diantar ke kamar hotel berbintang di kawasan Candi Lama. Kejadian itu sekitar dua bulan lalu. "Saya antar Melati ke hotel dengan taksi," ujar dia.
Setelah Melati dipertemukan dengan pemesan, dia tidak langsung pulang. Soalnya, Melati termasuk "pesanan" antik yang pernah dimilikinya. Apalagi, dia masih kecil dan belum berani pulang sendirian ke rumah orang tuanya.
Ny Sulistyowati kepada petugas mengatakan, di rumah Melati memberikan uang Rp 5 juta dari tamunya. Sebagian uang diberikan kepada Ny Ivon. Selebihnya untuk membayar kontrak rumah.
Pria itu dua kali "memakai" Melati. "Yang terakhir, bapak itu hanya ingin bertemu, setelah itu memberikan uang Rp 350.000. Di kamar saya hanya ngobrol sebentar. Mungkin bapak itu kasihan dengan saya," kata petugas menirukan ucapan Melati.
Mendapat keuntungan besar, Ny Ivon mencari mangsa lain. Kebetulan dia punya kenalan di Jakarta. "Saya menawarkan Bunga kepada dia (kenalannya-Red). Selang beberapa hari, dia menelepon agar Melati dibawa ke Jakarta. Saya dan Ny Sulis (sulistyowati-Red) mengantar sampai ke hotel di Jakarta," kata Ny Ivon.
Keduanya menunggu sampai selesai. "Tidak lama dan saya menungguinya. Sehari sudah bisa langsung pulang. Saya dapat bagian Rp 2 juta," kata dia.
Tidak semua tamu mencari gadis di bawah umur. Dari sejumlah pria hidung belang yang menghubungi Ny Sulistyowati dan Ny Ivon, masih banyak yang mencari gadis seusia anak SMU. Karena itu, keduanya berupaya mencari "mangsa" dengan cara blusukan di sekolah-sekolah.
Cempaka (17), bukan nama sebenarnya, siswi sebuah SMU di Semarang yang kali pertama menjadi anak asuhnya. Setelah kenal dengan Ny Sulistyowati, hampir setiap hari dia datang ke rumah wanita itu di Jalan Candi Permata perumahan Pasadena.
Cempaka kepada petugas mengatakan, saat kali pertama kencan dia dibayar Rp 400.000, tapi hanya Rp 150.000 yang diberikan kepadanya. Selebihnya diambil oleh Ny Sulistyowati.
Dia terkadang mengajak teman-temannya. Ada yang mau diajak "bekerja". Dari kebiasaan itu, Ny Sulistyowati akhirnya punya beberapa "anak asuh". Semua masih tercatat sebagai siswi SMU.
Kasus Semarang Hanya Sebagian Kecil
KENDATI sebuah jaringan penjualan dan perdagangan anak di bawah umur untuk tujuan seksual di Semarang telah terbongkar, diyakini itu hanyalah salah satu yang bisa terungkap. Kasus tersebut ibarat fenomena gunung es. Yang terungkap hanyalah sebagian kecil, sementara yang masih terpendam dalam-dalam masih menggumpal.
"Apa yang terlihat dan terungkap di permukaan hanyalah segelintir, belum bisa mencerminkan keadaan yang sebenarnya," tutur Koordinator Eksekutif Pusat Edukasi Studi Advokasi Anak Indonesia (Perisai) Fatah Muria.
Muncul indikasi kuat Semarang dan Jateng sebagai salah satu daerah pemasok dan transit bagi sindikat-sindikat perdagangan perempuan terutama anak-anak untuk tujuan seksual. Meski hal itu belum ada penelitian dan analisis yang komprehensif.
Perisai tidak hendak berlebihan. Simak saja hasil identifikasi Yayasan Setara. Mereka mengemukakan, 10 anak jalanan perempuan diperdagangkan untuk tujuan seksual ke Kepulauan Riau tahun 2000. Mereka ditampung dulu di sebuah tempat oleh broker.
Menurut pengakuan korban yang berusia 16 tahun kepada Setara, di sana bertemu dengan banyak anak-anak gadis sejenis yang diperdagangkan dengan tujuan serupa. Awal 2001 Perisai, Setara, dan PKPA Medan pernah menangani satu kasus anak yang berasal dari Brebes yang menjadi korban perdagangan anak. Dia dijerumuskan ke dalam prostitusi di Bandar Baru, Medan. Korban akhirnya lari dari lokalisasi setelah mengidap siphilis stadium IV. Kerja sama ketiga NGO itu berhasil memulangkan korban ke keluarga.
Di Indonesia, kasus tersebut ditengarai telah lama terjadi. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan mengutip data dari Komisi Ekonomi dan Sosial PBB (ESCAP), memperkirakan sekitar 1 juta orang (20%) dari lima juta pekerja migran asal Indonesia menjadi korban sindikat perdagangan anak dan perempuan muda.
Dan Indonesia duduk di peringkat ketiga dengan kategori tidak serius dalam memerangi kejahatan tersebut. Pada umumnya korban ditujukan untuk pekerja seks yang dilempar ke Hong Kong, Singapura, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam, negara-negara Timur Tengah, Australia, Korea, dan Jepang.
SAMIN (Sekretariat Anak Merdeka Indonesia) menengarai jumlah kasus perdagangan anak itu akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Asumsinya krisis ekonomi masih terus berkelanjutan; tingkat prevalensi HIV/AIDS lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Sehingga menjadi surga bagi pedofilia (orang yang puas melakukan hubungan seks dengan anak-anak di bawah umur).
Kasus enam anak yang diperjualbelikan dan diperdagangkan di Semarang, persetujuan anak dianggap tidak diperlukan. Sebab, mereka dianggap masih belum matang. KUHP, sebagai dasar hukum pidana di Indonesia, mengatur dalam Pasal 297. Namun, hanya menyangkut hukuman bagi perdagangan perempuan dan anak laki-laki dan belum mengadopsi perdagangan untuk anak-anak perempuan yang diperdagangkan untuk tujuan seksual.
Pola perdagangan yang terungkap di Semarang masuk dalam kategori yang dijual oleh keluarga. Juga menggunakan bujuk rayu dengan upah yang tinggi dengan pekerjaan ringan. Ada pula yang menggunakan metode penculikan. Kasus ini pernah ditangani oleh ketiga NGO. Anak yang masih di terminal Pulo Gadung, Jakarta, tiba-tiba dipaksa untuk naik bus tujuan Medan. Tentu disertai dengan ancaman. Anak tersebut ditampung di lokalisasi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) sebelum dijerumuskan ke prostitusi.
"Dari keterangan pelaku, anak-anak dijerumuskan ke dalam perdagangan untuk tujuan seksual dengan memanfaatkan subordinasi (orang tua-anak) dan ketidakmatangan mental," ujar Fatah Muria. Mereka, lanjutnya, mudah dirayu dengan iming-iming uang cukup melimpah.
Sejuta anak Indonesia telah disebut sebagai korban pedagangan ke negara lain. Pantas diduga sejuta anak lainnya menjadi korban perdagangan antarwilayah di Indonesia. Upaya penanganan dari pemerintah belum menunjukkan langkah keseriusan. Sebuah keprihatinan bersama di tengah lajunya upaya mencerdaskan bangsa.
Langganan:
Postingan (Atom)