17 Oktober 2010

MENTRI KEUANGAN AKAN KEJAR PAJAK ORANG KAYA

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menjamin akan meningkatkan penerimaan dari wajib pajak orang pribadi terutama dari para wajib pajak dengan berpenghasilan tinggi.

Oleh sebab itu, Agus berjanji mendorong Direktorat Jenderal Pajak memberikan perhatian khusus terhadap ekstensifikasi dan intensifikasi wajib pajak perorangan. "Kalau memang ada laporan besarnya masyarakat Indonesia dengan penghasilan menengah ke atas dan melihat penerimaan pajak perorangan belum memadai, Itu menjadi satu area yang akan kami dalami dan perbaiki," ujar Agus di kantornya, Jumat (15/10).

Pernyataan ini Agus ini menanggapi laporan The Credit Suisse Research Institute dalam Global Wealth Report atau laporan kekayaan global yang terbit Rabu (13/10). Laporan itu menyebutkan total kekayaan orang Indonesia tumbuh lima kali lipat dalam satu dekade terakhir dan mencapai US$ 1,8 triliun pada tahun 2010, angka ini diperkirakan akan menjadi dua kali lipat menjadi US$ 3,0 triliun pada 2015.

Laporan itu juga mencatat, kekayaan rata-rata orang dewasa di Indonesia juga melesat 384% sejak tahun 2000 menjadi US$ 12.112. Selain itu, lebih dari 90 % kekayaan rumah tangga di Indonesia adalah aset non-finansial, terutama properti. Sedangkan, aset finansial hanya menyumbang kurang dari 10 % dalam satu dekade terakhir.

Sayangnya, Agus enggan mengungkapkan berapa jumlah orang kaya yang saat ini datanya sudah dipegang Direktorat Jenderal Pajak. "Aku mesti pelajari dulu," kata mantan Direktur utama Bank Mandiri.

ASURANSI ASING SIAP MASUK INDONESIA YANG MASIH GEMUK



INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Bisnis asuransi di Indonesia rupanya cukup menarik bagi investor asing. Selama tahun 2010 ini setidaknya ada 7 perusahaan asuransi jiwa asing yang berminat masuk ke Indonesia. Mereka bakal masuk dengan cara mengakuisisi perusahaan lokal yang kekurangan modal.

Stephen B Juwono, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan perusahaan asing yang akan masuk itu terdiri dari 2 perusahaan asal Jepang, 2 perusahaan dari Korea dan 3 perusahaan dari Eropa dan Amerika. "Sebelum bertemu dengan regulator, biasanya mereka berkonsultasi dulu dengan AAJI," ungkap Stephen.

Stephen mengatakan bagi perusahaan asing yang berminat masuk ke Indonesia, AAJI menyarankan agar mereka masuk dengan cara mengakuisisi perusahaan lokal yang kurang modal. "Yang paling dekat Zurich Financial Services (ZFC) yang akan masuk akhir tahun ini, yang lainnya mungkin tahun depan," kata Stephen.

Zurich yang pernah keluar dari Indonesia bakal mengambil alih 80% saham Mayapada Life. Sedangkan sisanya sebesar 20% tetap akan dimiliki oleh pemegang saham lama yakni, Taifan Tahir, pemilik Grup Mayapada. Perusahaan asal Swiss itu telah mengajukan izin akuisisi Mayapada Life ke Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Kepala Biro Perasuransian Bapepam LK Isa Rachmatawarta mengakui ada sejumlah perusahaan asuransi jiwa asing yang berkeinginan masuk ke Indonesia. Namun menurutnya untuk bisa masuk ke Indonesia tidak mudah dan harus memiliki track record yang bagus di negara lain. "Yang sudah masuk awal tahun ini Aviva Plc dan Zurich yang sudah mengajukan izin akuisisi," ungkap Isa.

Isa mengatakan perusahaan asing tertarik masuk ke Indonesia karena melihat potensi pasar yang bagus. Indonesia dianggap potensial karena jumlah penduduknya yang banyak dan kondisi ekonomi yang terus tumbuh.

Meski sejumlah perusahaan asing bakal masuk, Stephen mengatakan perusahaan lokal tidak perlu terlalu cemas. Pasalnya, jumlah perusahaan asuransi jiwa di Indonesia yang akan berebut pasar tidak akan banyak bertambah atau berkurang karena asing masuk melalui akuisisi. Di sisi lain, potensi pasar asuransi jiwa yang bisa digarap di Indonesia masih sangat besar.

Tapi Stephen mengatakan perusahaan lokal harus bersiap-siap menghadapi persaingan. Maklum, perusahaan asing biasanya selain memiliki modal yang besar, mereka juga memiliki teknologi yang lebih maju dan produk yang lebih inovatif. Jika tidak mampu bersaing, perusahaan lokal bisa tergerus. Saat ini saja, menurut Stephen, perusahaan asuransi jiwa yang merupakan patungan dengan perusahaan asing masih menguasai pasar Indonesia. Jika dilihat dari perolehan premi, maka perusahaan asuransi jiwa yang patungan dengan perusahaan asuransi asing menguasai 60% perolehan premi, sisanya 40% dikuasai oleh perusahaan lokal.

Kepala Divisi Pemasaran PT Asuransi Jiwasraya, Supardi Sudiro mengatakan kehadiran perusahaan asing tidak akan menjadi ancaman bagi lokal. Pasalnya, masing-masing memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. Di sisi lain, perusahaan lokal juga dinilai jauh lebih berpengalaman, memiliki jaringan hingga ke pelosok dan dekat dengan masyarakat. "Kami menyasar kalangan middle-low yang susah dimasuki perusahaan asing," kata Supardi.

DANA ASING DI BI PECAH KAN REKOR BARU mencapai Rp 78 triliun.

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Posisi modal asing di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memecahkan rekor baru pada pekan lalu. Data Bank Indonesia terbaru mencatat, posisi asing di instrumen SBI sampai dengan 8 Oktober 2010 lalu mencapai Rp 78 triliun.

"Dari total outstanding SBI sampai dengan 8 Oktober 2010 senilai Rp 251,78 triliun, sebanyak 31% atau setara Rp 78 triliun adalah SBI miliki investor asing," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah dalam surat elektronik yang diterima oleh , Selasa (12/10).

Hal ini merupakan indikator paling kuat besarnya aliran modal dari luar alias capital inflow yang membanjiri pasar keuangan Indonesia. Peningkatan nilai SBI asing ini terjadi sejak dua bulan belakangan. Posisi asing di SBI sempat anjlok di titik yang cukup rendah pada Juli lalu yakni hingga di kisaran Rp 30-an triliun. Namun, investor asing kini agaknya mulai kembali lagi membanjiri instrumen bebas risiko tersebut untuk memburu cuan pembiakan dana.

BI sendiri mengakui, minat investor asing terhadap SBI ini amat besar. Bagaimana tidak, selain merupakan instrumen bebas risiko karena diterbitkan oleh bank sentral yakni BI yang mustahil bangkrut, SBI juga menawarkan imbal hasil alias yield yang masih amat menarik yakni di kisaran 6,5%. Bandingkan dengan instrumen keuangan di negara lain yang menawarkan yield jauh di bawah itu ditambah risiko yang lebih besar. "Instrumen SBI ini sangat seksi di mata investor," ujar Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono.

KEKAYAAN ORANG INDONESIA NAIK TINGGI SAMPAI 27,98& RATA-TAK MERATA

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Jika saat ini Anda memiliki aset di atas US$ 12.112 atau di atas Rp 109 juta, Anda masuk kategori orang kaya. Itu menurut laporan Global Wealth Report 2010 dari The Credit Suisse Research Institute, yang terbit Rabu (13/10).

Lembaga riset milik salah satu institusi keuangan raksasa dunia ini menyebutkan, rata-rata kekayaan orang Indonesia tahun ini mencapai US$ 12.112. Angka ini naik 27,98% dibanding rata-rata kekayaan orang Indonesia tahun lalu yang mencapai US$ 9.464 atau sekitar Rp 85,18 juta, dengan asumsi nilai tukar Rp 9.000 per dolar AS.

Menurut Walter Berchtold, Chief Executive Officer Private Banking Credit Suisse, laporan kekayaan global ini disusun berdasarkan data pertengahan 2010 di lebih dari 200 negara. Profesor Anthony Shorrocks dan Jim Davies, dua ahli terkemuka dalam bidang kekayaan rumah tangga global turut menyusun laporan ini. Survei ini hanya melibatkan pendapatan penduduk dewasa, yang berusia di atas 20 tahun dalam penghitungan kekayaan.

Dalam laporan tersebut, Indonesia mencatat pertumbuhan kekayaan tertinggi di Asia Pasifik dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2000, total nilai kekayaan orang Indonesia baru sebesar US$ 360 miliar. Tetapi, pada tahun ini total kekayaan orang Indonesia mencapai US$ 1,8 triliun. Bahkan, kekayaan orang Indonesia diperkirakan bisa mencapai US$ 3 triliun di tahun 2015 nanti.

Riset ini juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 60.000 orang yang memiliki kekayaan di atas US$ 1 juta. Jumlah penduduk yang memiliki kekayaan di atas US$ 100.000 hanya 2% dari total populasi atau 4,64 juta orang.

Negara penghasil orang kaya terbesar di dunia adalah Amerika Serikat (AS). Tahun ini, total kekayaan orang AS mencapai US$ 54,6 triliun atau 28,06% dari total kekayaan dunia. Angka ini naik tipis 2,05% dari posisi tahun lalu sebesar US$ 53,5 triliun. Rata-rata nilai kekayaan orang AS mencapai US$ 236.213 atau sekitar Rp 2,12 miliar. Jika dibanding rata-rata kekayaan tahun lalu sebesar US$ 234.329, angka ini cuma naik 0,8%.

Di urutan kedua adalah Jepang. Jepang memiliki total kekayaan US$ 21 triliun atau 10,79% dari total kekayaan dunia. Rata-rata kekayaan orang Jepang tahun ini mencapai US$ 201.387 atau sekitar Rp 1,81 miliar.Tetapi, jika dibandingkan rata-rata tahun lalu yang sebesar US$ 207.201, kekayaan orang Jepang turun 2,8%.

China yang merupakan kekuatan ekonomi baru di dunia, muncul di urutan ketiga. Total kekayaan China mencapai US$ 16,5 triliun atau 8,47% dari total kekayaan dunia. Rata-rata kekayaan orang China tidak terlalu jauh dibanding rata-rata kekayaan orang Indonesia, yaitu US$ 17.126 atau sekitar Rp 154,13 juta.

Laporan ini juga menunjukkan, negara dengan jumlah penduduk kecil tetapi memiliki rata-rata kekayaan terbesar di dunia adalah Australia. Negeri Kanguru ini memiliki 21,51 juta penduduk dengan total kekayaan US$ 5,1 triliun atau 2,64% dari kekayaan global. Nah, rata-rata kekayaan orang Australia tahun ini mencapai US$ 320.909 atau sekitar Rp 2,89 miliar.

"Laporan ini menunjukkan, negara-negara di Asia Pasifik, yang mendominasi konsumen baru kelas menengah dunia, menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan kekayaan dunia," ujar Osama Abbasi, Chief Executive Officer Asia Pacific Credit Suisse.

PERANG MATA UANG MERESAH KAN 230 TRILIUN DI GELONTOR KAN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Enam Bank Sentral intervensi pasar hingga US$ 23,2 M

Perang mata uang alias currency war benar-benar terjadi. Ini terlihat dari banyaknya dana asing yang mengalir deras ke pasar keuangan di beberapa emerging market dan memaksa bank sentral melakukan intervensi. Aksi ini untuk menjaga mata uangnya agar tidak menguat terlalu tajam. Mau buktinya?

mendapat secarik data IFR Markets, sebuah lembaga yang menganalisis pasar keuangan, yang memprediksi intervensi enam bank sentral di Asia. Mereka adalah Bank Sentral Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Taiwan.

Hasilnya cukup mengejutkan. Data tersebut menunjukkan total intervensi enam bank sentral tersebut pada periode 27 September-5 Oktober 2010 mencapai US$ 23,2 miliar.

Bank Sentral Korea Selatan (Bank of Korea) tercatat menggelontorkan duit terbesar yaitu US$ 9,5 miliar.Di urutan kedua, ada Bank Negara Malaysia (BNM) yang melakukan intervensi pasar keuangan hingga US$ 3,95 miliar.

Bank Indonesia (BI) berada di posisi ketiga dengan nilai intervensi untuk menjaga Rupiah sebesar US$ 2,95 miliar. Urutan ke empat ditempati bersama oleh bank sentra Filipina dan Taiwan. Keduanya mengguyur pasar senilai US$ 2,6 miliar. Adapun bank sentral Thailand hanya menyuntik pasar US$ 1,6 miliar.

Dari rangkaian data itu, intervensi terbesar bank sentral Korea Selatan dalam satu hari terjadi pada Jumat (1/10) lalu. Mereka menggelontorkan dana US$ 3 miliar. Dua hari sebelumnya, mereka menginjeksi US$ 2,2 miliar. Pendek kata, pada 29 September dan 1 Oktober, keenam bank sentral itu melakukan intervensi dalam jumlah besar.

Intervensi BNM pada dua hari itu masing-masing US$ 900 juta. Adapun BI mengguyur pasar US$ 800 juta dan 850 juta, bank sentral Thailand US$ 300 juta dan US$ 500 juta, bank sentral Filipina US$ 1,1 miliar dan 600 juta, dan bank sentral Taiwan masing-masing US$ 500 juta.

Deputi Gubernur BI Budi Mulya hanya tersenyum saat mengkonfirmasi data gelontoran intervensi ini. Dia mengatakan tak akan ada bank sentral yang mau mengkonfirmasi nilai intervensi yang mereka lakukan. "Jawaban paling pas, ya, senyum buat penanya," kata Budi.

BIAYA OPERASI MONETER MAHAL MENGGERUS UANG DI BI

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

s

Chief Economist Bank Mandiri Mirza Adityaswara menilai, biaya operasi moneter yang semakin mahal bisa menggerus neraca Bank Indonesia (BI). Maklum, BI harus menanggung negative spread yang terjadi karena investasi BI yang dilakukan dalam dollar AS hanya memberikan return 0,25%. Padahal, BI harus memberikan bunga untuk dana yang tersimpan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) minimal sebesar 6,5%.

Menurut Mirza, aliran dana asing yang deras mengalir ke dalam negeri membuat rupiah terus menguat. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di Malaysia, Thailand, dan negara berkembang lain.

Pasalnya di luar negeri pertumbuhan ekonominya melambat. Alhasil, dana-dana asing tersebut menempatkan investasinya di negara-negara yang pertumbuhan ekonominya masih cukup tinggi.

"Aliran dana asing ini membuat rupiah menguat terus. Nah, kalau rupiah terus menguat, ekspor terutama untuk sektor manufaktur yang akan terkena akibatnya," ujar Mirza kepada KONTAN, di sela-sela Media Training Bank Mandiri di Bandung, Kamis (14/10). Supaya rupiah tidak terlalu kuat, BI harus melakukan intervensi dengan membeli dollar AS. Ketika BI beli dollar AS, BI menempatkannya di obligasi pemerintah AS yang yieldnya hanya 2,5%.

"Ketika beli dollar, BI mengeluarkan rupiah. Ini tentu bisa membuat rupiah di pasar banjir sehingga bisa menimbulkan inflasi. BI tidak mau itu. Makanya, rupiah harus ditarik dengan SBI yang dikasih bunga 6,5%," lanjutnya. Terjadilah negative spread. Kalau dibiarkan, tentu biaya operasional yang harus dikeluarkan BI bertambah dan bisa menggerus rasio kecukupan modal BI.

Solusinya, BI bisa membiarkan saja rupiah menguat. Kebijakan seperti ini dilakukan oleh bank sentral Singapura yang membiarkan dollar Singapura menguat terhadap dollar AS meski perekonomiannya mengalami kontraksi. Solusi kedua, "BI bisa menempatkan dollarnya bukan di surat utang pemerintah AS tapi di instrumen dollar yang lain, misalnya surat utang negara lain atau obligasi korporasi dollar yang bluechip di negara lain," jelasnya.

Beberapa bank sentral di negara berkembang telah mengambil langkah untuk menahan derasnya aliran dana asing. Misalnya, Bank of Thailand yang mengenakan pajak 15% terhadap dana asing di obligasi pemerintah. Bank of Japan (BoJ) melakukan intervensi ketika nilai tukar yen menguat terlalu tajam. Mirza menilai, BI bisa saja melakukan kebijakan serupa, misalnya menerapkan pajak bagi dana asing. "Saya kira tidak masalah, IMF sudah membolehkan, kok," kata Mirza.

Ia memperkirakan, arus dana asing masih terus mengalir deras di tahun 2011. Tetapi, porsi kepemilikan asing yang semakin besar di SUN dan SBI bisa menimbulkan ketergantungan terhadap asing. Dampak lainnya, BI bisa menaikkan lagi giro wajib minimum (GWM) untuk mengatasi banjir likuiditas. "Lebih gampang bagi BI menaikkan GWM daripada menaikkan BI rate," tandasnya.

BURSA GLOBAL Laju Dow terhenti, Nasdaq tetap melaju



INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


NEW YORK. Indeks DOw Jones melemah 0,3% menjadi 11.062,78. Penurunan ini sebesar 47 poin.

Penurunan ini masih belum menggoyahkan penguatan Dow JOnes dalam sepekan. BIla dihitung dalam pekan ini, Dow telah menguat sebesar 0,5%.

Pelemahan indeks Dow Jones terjadi setelah Gubernur bank sentral Amerika, Ben Bernanke mengatakan bahwa pihaknya akan membeli surat utang pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, pembelian surat utang pemerintah ini karena the Fed, bank sentral Amerika, mengatakan Amerika masih membutuhkan dana stimulus untuk mendongrak pertumbuhan ekonomi yang masih lesu.


Google mengangkat Nasdaq

Sementara indeks lainnya, Standard & Poor's 500 naik 2,28 poin atau 0,2% menjadi 1.176,19. Indeks S7P telah naik sebesar 1% selama sepekan ini.

Yang mengejutkan terjadi pada indeks Nasdaq. Indeks saham-saham perusahaan teknologi ini menguat 33,39 poin atau 1,4% menjadi 2.468,77.

ALIRAN DANA ASING DI INDONESIA SEMAKIN DERAS

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.



JAKARTA. Derasnya aliran modal asing alias capital inflow dari luar seiring masih lambatnya pemulihan ekonomi global diperkirakan akan terus berlangsung sampai tahun depan. Sejauh ini, efek yang paling dikhawatirkan dari besarnya capital inflow ini adalah terjadinya pembalikan dana secara tiba-tiba alias sudden reversal.

Bank Indonesia (BI) mengaku akan terus memonitor kondisi pasar sekaligus untuk mengkaji kemungkinan kebijakan baru untuk meminimalisir efek negatif sudden reversal. "BI perlu mewaspadai adanya shock berupa pembalikan dana atau reversal. Setiap otoritas harus memiliki peranti ketika ada indikasi pembalikan, apalagi jika sudah terjadi hal itu. Ini yang harus kami antisipasi dari waktu ke waktu," ungkap Deputi Gubernur BI Budi Mulya kepada Rabu petang (13/10).

Meski saat ini BI sudah menerapkan kebijakan one month holding SBI satu bulan, sejak Juni lalu untuk meminimalisir sudden reversal, namun tidak tertutup kemungkinan bank sentral menyiapkan kebijakan lain untuk menjaga sistem dari guncangan.

"Kebijakan one month holding SBI itu kan Juni lalu, saat itu derasnya capital inflow berbeda dengan hari ini juga dengan minggu kemarin. Pokoknya, BI terus memonitor kondisi pasar untuk memastikan manakala tren pembalikan terjadi, kami sudah ada alat untuk itu," jelasnya.

Apa bentuk konkret kebijakannya, Budi masih belum mau memperinci. Namun, sebagai tambahan informasi, beberapa negara sudah menerapkan beberapa kebijakan untuk mencegah terjadinya sudden reversal dana asing yang deras akhir-akhir ini. "Brasil sudah terapkan kenaikan pajak untuk modal asing di sekuritas menjadi 4%, Thailand juga ada witholding tax 15%. Itu adalah contoh di mana mereka sudah melihat dampak dari capital inflow terhadap terhadap ekonominya," katanya.

Selain masih cukup percaya diri dengan kebijakan yang ada, otoritas juga menilai sinyal yang dilempar ke pasar terkait kondisi cadangan devisa juga cukup untuk meyakinkan publik atas kemampuan memitigasi sudden reversal. "Cadev adalah salah satu alat confidence kepada otoritas yang meyakinkan pada pasar bahwa BI punya alat ketika terjadi pembalikan dana. Cadev ini "asuransi" bagi kebijakan manakala kita memilikinya dalam jumlah cukup," jelas Budi.

Jadi, apakah kebijakan one month holding dan kecukupan cadev sudah cukup untuk mengantisipasi terjadinya sudden reversal? "Kalau hari ini masih cukup, tapi kan hari ini beda dengan besok, lusa, dan bulan depan. BI mempersiapkan diri apabila pemburukan terjadi," tegas Budi diplomatis.

BROKER PEMBORONG BLUE CHIPS TERBANYAK PEKAN LALU

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.



Akhir pekan kemarin, indeks ditutup di zona merah. Kendati begitu, nilainya tidak terlalu dalam. Penurunan indeks tertahan oleh aksi beli sejumlah broker terhadap saham-saham berkapitalisasi besar alias bluechips.

Salah satu broker yang paling aktif memborong bluechips adalah CIMB Securities Indonesia. Sekuritas ini banyak melakukan aksi beli saham PT Astra Intenational dengan frekuensi 945 kali senilai Rp 156,80 miliar.

Selain itu, Credit Suisse Securities Indonesia juga aktif membeli saham PT Telkom Indonesia . Sepekan lalu, frekuensi pembelian TLKM oleh Credit Suisse mencapai 599 kali senilai Rp 99,35 miliar.

Selain TLKM, Credit Suisse juga gencar membeli saham PT Unilever Frekuensi transaksi mencapai 602 kali dengan nilai Rp 23,56 miliar.

Sedangkan JP Morgan Securities Indonesia memilih untuk membidik saham PT Bank Central Asia . Frekuensi transaksinya mencapai 403 kali senilai Rp 66,39 miliar.

stock code name freq vol value
ASII YU CIMB Securities Indonesia 945 2,764,000 156,799,600,000
TLKM CS CREDIT SUISSE SECURITIES IND 599 10,971,000 99,358,700,000
BBCA BK J.P MORGAN SECURITIES IND. 403 9,785,000 66,397,850,000
BMRI RX MACQUARIE CAPITAL SEC. IND. 362 20,519,000 139,490,875,000
UNVR CS CREDIT SUISSE SECURITIES IND 602 1,322,000 23,560,150,000
BBRI CS CREDIT SUISSE SECURITIES IND 1,441 12,355,000 134,124,350,000
PGAS KZ CLSA INDONESIA 2,370 94,588,000 379,244,937,500
GGRM DB DEUTSCHE SECURITIES IND. 407 2,617,500 134,244,700,000
ADRO BK J.P MORGAN SECURITIES IND. 762 105,714,500 219,200,800,000
UNTR CS CREDIT SUISSE SECURITIES IND 678 3,140,500 64,660,225,000

SAHAM-SAHAM YAANG BAGUS PEKAN LALU

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Minggu, 17 Oktober 2010

Inilah saham-saham top volume pekan lalu

Berikut adalah data saham-saham yang mencatatkan volume transaksi tertinggi (top volume) untuk periode 11 Oktober-15 Oktober 2010.


code prev close change % freq volume value
ELTY 179 190 11 6 19,044 3,796,837,500 698.1 B
BNBR 53 58 5 9 10,698 3,148,014,000 183.2 B
ENRG 121 126 5 4 14,385 2,504,907,000 313.8 B
BLTA 275 345 70 25 13,282 1,455,509,000 463.7 B
ASRI 225 275 50 22 9,198 1,297,014,500 340.7 B
UNSP 350 375 25 7 9,139 942,831,500 352.2 B
GREN 159 150 (9) (6) 20,413 911,637,500 144.8 B
DEWA 78 81 3 4 7,763 811,218,500 65.4 B
MIRA 235 230 (5) (2) 8,514 810,899,000 174.4 B
BUMI 2,300 2,350 50 2 13,471 711,322,500 1.7 T

BISNIS KORAN TIDAK AKAN PERNAH MATIKORAN



INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Ini sebuah kesimpulan yang agak mengagetkan sekaligus membingungkan, mungkin. Beberapa tahun silam, genderang kematian koran seolah-olah sudah menggema. Ternyata, kematian koran itu tampaknya batal terjadi, karena bisnis surat kabar tiba-tiba bangkit kembali di hampir seluruh kawasan di planet ini, kecuali Amerika Utara.

Ya... koran batal mati lebih cepat. Itulah hasil satu studi yang disampaikan pada konferensi ke-60 Asosiasi Suratkabar Dunia (WAN) dan sidang ke-14 Forum Editor Dunia (WEF) di Cape Town pekan lalu.

Konferensi yang dihadiri sedikitnya 1.600 editor dan eksekutif media dari seluruh dunia itu, malah melahirkan optimisme baru, yakni selagi industri surat kabar mampu menggabungkan kegiatan operasi cetak dan online untuk memompa dinamisme dan menarik minat pembaca, selama itu pula surat kabar akan tetap berkibar.

Gavin O\'Reilly, president WAN, menyatakan isu tentang kematian surat kabar di era digital ini terlalu dibesar-besarkan.

Faktanya, menurut dia, justru bertolak belakang, karena sirkulasi koran kini bahkan tumbuh dengan rekor baru dalam hal penerimaan penjualan ataupun langganan. Selain itu, lanjutnya, investasi untuk surat kabar tahun lalu malah meningkat, melampaui US$6 miliar.

Optimisme akan tetap tumbuhnya bisnis surat kabar ditunjukkan oleh Martha Stone, direktur asosiasi tersebut yang menangani proyek bertajuk Shaping the Future of the Newspaper.

"Memang ada indikasi bahwa sirkulasi media cetak di beberapa kawasan mengalami penurunan, tapi persentase orang-orang yang mencari berita dari Internet ataupun surat kabar malah meningkat pesat, dengan angka lebih tinggi ketimbang penurunan sirkulasi itu," kata Stone.

Kian bergairah

Menurut Timothy Balding, CEO Asosiasi Surat Kabar Dunia, di beberapa negara sedang berkembang, "pasar surat kabar bahkan meningkat dengan mantap. Sedangkan di pasar yang sudah mature, pertumbuhan koran bahkan sangat meyakinkan."

Ketika menyampaikan laporan mengenai kemajuan industri persuratkabaran dunia, Balding mengemukakan berbagai fakta bahwa bisnis surat kabar kini menjadi lebih bergairah, termasuk di negeri maju yang masih menunjukkan pertumbuhan sirkulasi. Semakin menguatnya media digital malah mendorong media cetak yang bagi mayoritas pembaca dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari sumber informasi mereka."

Balding tentu tidak sekadar membual. Ia membeberkan data betapa surat kabar di seluruh dunia menunjukkan kebangkitan kembali. Pada 2006, sirkulasi koran di seluruh dunia meningkat 2,3%, dan selama lima tahun terakhir naik 9,48%.

Peningkatan terjadi di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Satu-satunya yang menunjukkan penurunan hanyalah Amerika Utara. Pendapatan iklan koran di seluruh dunia pun meningkat 3,77% tahun lalu atau naik 15,77% dalam lima tahun terakhir.

Di Asia Tenggara, selama lima tahun terakhir, Malaysia mencatat pertumbuhan penjualan 19,97%, Singapura 0,48%, dan Thailand 12,31%. Tidak disebutkan data penjualan surat kabar di Indonesia.

Mampu bertahan

Pada 2004, dalam konferensi Asosiasi Surat Kabar Dunia di Istanbul, Turki, kekhawatiran serupa juga mencuat ketika booming kedua bisnis online mendera berbagai wilayah di muka Bumi. Ketika itu, nuansa yang muncul dari forum konferensi adalah bagaimana memperpanjang umur koran.

Karenanya, waktu itu, diusulkan beberapa terobosan, antara lain agar pengelola surat kabar di seluruh dunia melakukan redesign dan restrukturisasi total terhadap bisnis yang mereka kelola. Dengan serta merta, perusahaan media cetak-termasuk di Indonesia-ramai-ramai melakukan make-up perwajahan dan melakukan berbagai pembenahan.

Bahkan, raja koran dari Australia Rupert Murdoch, pernah berbicara di depan Asosiasi Editor Surat kabar AS, April 2005, yang dengan entengnya menubuatkan bahwa koran dan media cetak tinggal menunggu hari ke matian.

"Sekarang zamannya Internet. Perusahaan media, termasuk perusahaan saya, harus lebih paham soal Internet," katanya ketika itu.

Ada juga yang meledek bahwa surat kabar kini merupakan spesies yang terancam punah. Bisnis yang menjual kata-kata kepada pembaca dan menjual pembaca kepada pengiklan itu kini terdesak oleh kehadiran media online.

Dalam bukunya yang berjudul The Vanishing Newspaper, Philip Meyer melakukan perhitungan bahwa kuartal pertama 2043 merupakan akhir masa kehidupan surat kabar di AS, karena tidak ada lagi pembaca di sana yang tertarik dengan edisi koran kertas setelah dunia benar-benar fully digitalised.

Namun, Murdoch juga yang mengingkari nubuatnya dengan rencana membeli Wall Street Journal melalui induk perusahaannya, Dow Jones, seharga US$5 miliar (sekitar Rp45 triliun) yang hingga kini masih tarik ulur.

Menurut dia, dengan memiliki Journal, "lengkap sudah impian saya untuk memiliki imperium media."

Tak hanya Murdoch. Microsoft dan General Electrick pun sedang mendekati keluarga Bancroft dengan kepentingan yang sama, ingin membeli Wall Street Journal yang dianggap sebagai flagship media berpengaruh di AS.

Kepada saya, Karl Malik, analis media dan pemilik majalah Premedia dari Jerman, mengatakan sangat diragukan teori yang menyatakan bisnis persuratkabaran akan mati. "Nyatanya, kini makin banyak orang kaya, khususnya di AS, yang ingin membeli surat kabar," ujarnya di sela-sela konggres di Cape Town pekan lalu.

Dia pun membeberkan data pada akhir 2006, mantan bos General Electric Jack Welch menyatakan minatnya untuk membeli Boston Globe dari perusahaan yang juga menerbitkan New York Times. Baru-baru ini juga, ujarnya, Star Tribune dari Minneapolis, Inquirer dari Philadelphia , dan Courant dari Hartford berpindah tangan.

Selain menanti transaksi Dow Jones, industri pers di AS juga sedang menunggu kelanjutan pengambilalihan Tribune Company senilai US$7,6 miliar. Kelompok surat kabar kedua terbesar di AS ini-penerbit Chicago Tribune dan Los Angeles Times-tidak lama lagi akan beralih kepemilikan.

Lisa Snedeker dari Media Life meyakini surat kabar akan tetap mampu mencetak laba hingga 20%. "Industri lain mana ada yang mampu mencetak laba sebesar itu."

Lebih mendalam

Satu jajak pendapat yang dilakukan oleh Harris Interactive bekerja sama dengan Innovation International Media Consulting Group pun digelar di arena WAN. Polling itu menunjukkan bahwa surat kabar dapat meningkatkan kinerja secara signifikan melalui penyajian reportase dan analisis lebih mendalam, lebih banyak informasi yang berhubungan langsung dengan kehidupan para pembaca, serta lebih menarik penampilannya.

Menurut jajak pendapat tersebut, program berita televisi pada jaringan tradisional maupun kabel tetap menjadi penyedia informasi utama bagi 30% hingga 39% orang dewasa yang disurvai di tujuh negara. Namun, dalam lima tahun mendatang akan terjadi peningkatan tajam peran situs berita online, seiring dengan makin mahalnya biaya operasional penyelenggara siaran televisi.

Jajak pendapat tersebut menemukan bahwa 23% masyarakat di Inggris, AS, dan Australia mengandalkan berita pada surat kabar, sementara di Prancis hanya 16%. Diungkapkan pula bahwa, dalam skala satu hingga 100, kredibilitas surat kabar memperoleh poin terendah di Inggris (50) dan tertinggi di Jerman (67). Jajak pendapat itu melibatkan 8.750 responden di tujuh negara.

Satu studi terpisah oleh Poynter Institute yang di presentasikan perancang desain koran andal Mario Garcia, menemukan bahwa orang kini cenderung membaca lebih mendalam dan lebih lama pada media online. Garcia diketahui telah mendesain ulang sedikitnya 450 koran di seluruh dunia.

Pembaca media online tidak mencari situs berita yang "cantik", melainkan lebih menyukai peranti navigasi dan (banyaknya) listing berita ketimbang foto maupun elemen desainnya, ungkap studi tersebut.

Peran surat kabar berubah dari sekadar menampilkan berita hangat (breaking news) menjadi pendalaman topik berita beserta implikasinya. Berita atas satu kejadian kini beralih ke ponsel atau e-mail.

"Online adalah untuk peristiwa yang terjadi seketika. Anda harus mengalihkan sumber-sumber jurnalistik ke sana . Online adalah tempat berawal dan berakhirnya cerita. Sedangkan [media] cetak membesarkan [peristiwa] itu," kata Garcia.

Dia menambahkan perubahan dalam industri media bukanlah pertanda kematian surat kabar, melainkan perubahan peran media tersebut. "Tidak ada media yang membunuh media lainnya."

O\'Reilly menambahkan anggapan bahwa Internet menghancurkan surat kabar ternyata tidak terbukti, asal keduanya dibuat terpadu. "Data membuktikan di mana penetrasi broadband meningkat, penetrasi surat kabar juga meningkat."

Jadi, inilah saatnya bagi pengelola surat kabar untuk memutuskan ingin hidup terus atau tidak. Fakta baru telah diungkapkan di Cape Town.

DANA PENSIUN SEGERA DAPAT INSENTIF

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Pemerintah akan memberikan insentif bagi industri dana pensiun guna meningkatkan kontribusi aset industri jaminan hari tua itu terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah terus membuka diri untuk berdiskusi bagaimana industri dapen bisa lebih kuat melalui beberapa insentif. Namun, Menkeu belum menyebutkan secara detail insentif tersebut.

"Kami membuka diri untuk diskusi agar ke depan dapen bisa lebih sehat. Kontribusi terhadap PDB bisa lebih dari posisi saat ini yang hanya 2%. Bagaimana mendiskusikan beberapa insentif yang diinginkan industri, seperti pajak yang sudah dimudahkan," katanya ketika membuka Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Award 2010 di Jakarta, Rabu malam.

Agus mengatakan pemerintah juga akan memperkuat pengaturan dan pengawasan industri dengan perbaikan regulasi. Langkah itu guna menjaga keseimbangan portofolio investasi yang saat ini sebesar 70% merupakan instrumen jangka panjang.

"Namun, sebenarnya kami sudah melakukan banyak hal, a.l. perbaikan dalam pengawasan industri dana pensiun seperti mengubah jangka waktu pemberian izin pembentukan dana pensiun," kata Agus.

Menkeu mengatakan aset industri dana pensiun saat ini berkembang pesat. Jika aset dapen pada 1995 baru mencapai Rp10,7 triliun, total aset Januari-Agustus 2010 akhirnya menembus Rp 121 triliun. Hal itu menunjukkan dalam kurun waktu 15 tahun, aset dapen tumbuh 11 kali lipat atau 17,65% per tahun.

"Kalau melihat angka itu kita bersyukur dan kita patut bersama terus menjaga agar industri dapen dalam negeri terus berkembang sehat dan berkesinambungan," katanya.

Namun, dari sisi nominal nilai tersebut dinilai masih terlalu kecil kontribusi terhadap PDB. PDB tahun lalu mencapai Rp5.000 triliun dan tahun ini sebesar Rp6.000 triliun, sedangkan pada tahun depan diperkirakan mencapai Rp7.000 triliun.

Oleh sebab itu, lanjutnya, jika aset dapen masih di bawah 1,9% dari PDB, pertumbuhan industri dapen dinilai belum maksimal dibandingkan dengan potensi yang ada.

Selanjutnya, Agus memuji dapen domestik yang mampu menekan fluktuasi di pasar modal ketika terjadi krisis global pada akhir 2008.

Menurut dia, ketangguhan industri ini dalam menghadapi krisis ekonomi global patut dibanggakan mengingat dapen tidak melepas modal pada portofolio pasar modal, bahkan ditambah melalui dana iuran.

Pada kesempatan yang sama, Ketua ADPI Djoni Rolindrawan menegaskan pihaknya mendukung terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kini sedang digagas melalui rancangan undang-undang.

Dia mengatakan hal itu mendorong perlunya perlindungan dan pengawasan industri dapen, karena dana dapen lebih dari 90% diinvestasikan pada pasar uang dan pasar modal.

"Kami mendukung sepenuhnya OJK, karena dapen mengelola dana peserta yang menggantungkan dana hari tuanya. Hal ini perlu mendapat perlindungan dari insitusi, seperti OJK. Apalagi investasi kami mayoritas pada pasar modal," katanya.

Terkait dengan aset, Djoni membenarkan aset industri belum berkontribusi besar terhadap PDB, karena dapen yang belum menjadi kewajiban bagi perusahaan. UU No.11/1992 tentang Dana Pensiun hanya menggariskan pengelolaan dana pensiun bersifat sukarela.

"Memang benar demikian aset terhadap PDB masih 2%, sedangkan dapen di Malaysia sudah berkontribusi hingga 57% dari PDB," katanya.

Harmonisasi regulasi

Jika dapen diwajibkan, kewajiban tersebut memerlukan harmonisasi dengan UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang juga mewajibkan jaminan pensiun.

Senada dengan Djoni, Ketua Asosiasi Asuransi dan Jaminan Sosial Indonesia Hotbonar Sinaga mengatakan pihaknya menilai perlu adanya sinkronisasi perundang-undangan mengenai jaminan sosial guna pelaksanaan UU SJSN. “Sinkronisasi perundangan perlu ada, karena beberapa UU tumpang tindih,” kata Hotbonar.

Dia mencontohkan UU No. 11/1992 mengatur perusahaan yang menyelenggarakan dana pensiun, tetapi perusahaan belum diwajibkan mengelola dana pensiun.

Meski demikian, UU No.40/2004 tentang SJSN menyebutkan jaminan pensiun merupakan satu dari lima jaminan yang wajib disediakan bagi masyarakat.

Lima jaminan tersebut adalah jaminan pensiun, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian.

Hotbonar mengatakan sinkronisasi dengan UU SJSN juga perlu dilaksanakan dengan UU No. 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

Realisasi Pembangunan Jalur Kereta Pengangkut Batubara Tahun 2010

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

JAKARTA. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam menyambut positif rencana pemerintah untuk membangun jalur kereta api ganda pengangkut batubara di Sumatera Selatan.

Direktur Utama PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk, Sukrisno mengatakan keterbatasan daya angkut membuat Bukit Asam hanya dapat memproduksi 10 juta ton batu bara per tahun. Sebanyak 9,5 juta ton diangkut dengan kereta api ke Tarahan di Lampung, dan sisanya ke Kertapati, Sumatra Selatan.

"PTBA sangat mendukung program pembangunan jalur ganda itu, selain itu bukan hanya menangkut batubaranya PTBA saja, tapi seluruh batubara yang ada di Sumsel," imbuh Sukrisno.

Menurut Sukrisno, saat ini cadangan batu bara Bukit Asam mencapai 6,5 miliar ton. Namun, dari sisi produksi perusahaan pelat merah itu hanya mampu memproduksi 10 juta ton batu bara per tahun. "Padahal, peralatan kami di lapangan mampu menangani produksi untuk 20 juta ton per tahun, jadi kami bisa 50% saja," jelas Sukrisno.

Sukrisno menambahkan, proyek ini mulai direalisasikan paling lambat 2010 setelah proses negosiasi dengan calon investor rampung selama tahun 2009.

Untuk informasi, pemerintah memang makin agresif membangun infrastruktur berupa jalur kereta api ganda di Sumatera Selatan yang menghubungkan Lubuk Linggau, Tebing Tinggi, Muara Enim, Prabumulih, menuju Pelabuhan Tanjung Api-Api. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi batu bara. Jalur yang ada selama ini tidak memungkinkan menambah kapasitas produksi PTBA.

PT: BUKIT ASAM RAIH 8,2 TRILIUN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) hingga akhir September 2010 diproyeksikan mencatat pendapatan sebesar Rp8,2 triliun.

Jumlah itu didasarkan pada penjualan batu bara hingga akhir September sebesar sekitar 13,7 juta ton dan harga penjualan rata-rata sekitar Rp603.000 per ton.

Direktur Utama PTBA Sukrisno mengatakan penjualan perseroan hingga akhir kuartal III/ 2010 tercatat naik sekitar 10% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Kami mencatat ada kenaikan produksi maupun penjualan, sehingga berpotensi menaikkan pendapatan. Untuk hasil akhirnya, itu masih menunggu hasil audit keuangan," ujarnya kemarin.

Pada kuartal III/ 2009, PTBA mencatat penjualan sebesar Rp6,55 triliun. Dengan mengacu pada jumlah tersebut, revenue BUMN produsen batu bara ini naik sebesar 25,19% pada akhir September tahun ini.

Hingga akhir 2010, perseroan menargetkan pertumbuhan produksi sebesar 5% dan kenaikan penjualan 10% dari akhir tahun lalu. Untuk menggenjot produksi dan penjualan, perseroan memacu penyelesaian pembangunan infrastruktur, yaitu jalur kereta api dan pelabuhan.

Terkait dengan pembangunan pelabuhan, perseroan menyediakan dana hingga Rp1 triliun. Saat ini pembangunan infrastruktur ini masuk dalam tahap persiapan. Diharapkan awal tahun depan pembangunan tersebut bisa dimulai, dan beroperasi pada 2013.

Dengan selesainya pembangunan dermaga ini, kapasitas muat batu bara naik dua kali lipat, dari saat ini sebesar 12 juta ton per tahun menjadi sekitar 25 juta ton per tahun pada 2013.

Menurut Sukrisno, perseroan akan menggunakan dana dari sumber internal karena masih mencukupi untuk membiayai keperluan tersebut. Sejauh ini PTBA belum berniat untuk mencari sumber pendanaan eksternal.

Baru-baru ini, Kepala Riset PT BNI Securities Norico Gaman menyebutkan perseroan diprediksi mampu menghasilkan total penjualan akhir tahun senilai Rp12,32 triliun dan laba usaha Rp5,8 triliun, dari posisi laba bersih tahun lalu sebesar Rp3,55 triliun.

"Perhitungan itu menggunakan asumsi penghasilan batu bara sebesar 15 juta ton dan harga batu bara stabil di level US$80 per ton. Target harga hingga akhir tahun kami tetapkan pada Rp25.000," katanya.

Norico juga mencermati, PTBA sebaiknya fokus pada tambang batu bara dan lebih baik mengakuisisi banyak tambang batu bara.

Menurut dia, fokus PTBA pada akuisisi tambang batu bara dan pembangunan infrastruktur pertambangan seperti jalur kereta api dapat membuat nilai penghasilan batu bara perseroan meningkat dan berpotensi menyumbangkan peningkatan deviden kepada investornya.

Adhi Karya

Secara terpisah, PT Adhi Karya (Persero) Tbk mencatat perolehan kontrak hingga akhir September mencapai sekitar Rp3 triliun atau baru 30,61% dari target perolehan kontrak baru tahun ini sebesar Rp9,8 triliun.

Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Kurnadi Gularso mengatakan sisa kontrak sebesar Rp6,8 triliun optimistis bisa diperoleh pada kuartal IV tahun ini.

"Kebanyakan kontrak yang kami ikuti diputuskan pada kuartal IV tahun ini, sehingga kami memproyeksikan bisa meraup kontrak sesuai yang ditargetkan," ujarnya kemarin.

Menurut Kurnadi, beberapa proyek yang diincar perseroan adalah pembangunan pembangkit listrik 10.000 Mega Watt tahap kedua senilai Rp1,6 triliun serta pembangunan ruas jalan tol sebesar Rp2,75 triliun.

Selain kontrak baru, Adhi Karya juga masih memiliki kontrak carry over senilai Rp5,8 triliun, sehingga total kontrak 2010 sebesar Rp15,6 triliun.

Dalam kesempatan itu Kurnadi juga mengungkapkan bahwa perseroan masih memiliki opsi melaksanakan rights issue. Namun demikian, rencana tersebut belum dimatangkan oleh jajaran manajemen.

"Sebelumnya kami telah mendapatkan persetujuan dari DPR untuk melepas saham baru ke publik. Meskipun harga saham Adhi Karya sudah melampaui Rp1.000, aksi korporasi tersebut belum masuk dalam program kerja," lanjut Kurnadi.

PT: AGUNG PODOMORO BIDIK ASET 8 TRILIUN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

PT Agung Podomoro Land Tbk menetapkan harga saham pencatatan perdana (initial public offering/ IPO) pada kisaran Rp350-Rp450 per saham, dan target dana yang diraup antara Rp2,15 triliun-Rp2,77 triliun.

Di sisi lain, perseroan berencana menggunakan sebagian dana hasil pelepasan 30% sahamnya untuk meningkatkan nilai aset bersihnya (net asset value/ NAV), yang diharapkan melampaui Rp8 triliun dalam waktu dekat.

Direktur Utama Agung Podomoro Trihatma K. Haliman mengatakan saat ini nilai aset bersih perseroan berkisar Rp6 triliun per 30 Juli, karena masih menggunakan sistem pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).

"Namun jika ke depan menggunakan standar akuntansi global yakni international financial reporting standard [IFRS], nilai aset bersih kami tersebut setara dengan Rp8,5 triliun. Dengan pengembangan dan akuisisi lahan, nilai aset kami diharapkan tumbuh lebih besar," tuturnya kemarin.

Hingga akhir Juni 2010, Agung Podomoro membukukan pendapatan Rp1,09 triliun dan laba bersih Rp156,6 miliar. PascaIPO, kinerja tersebut diperkirakan melonjak menjadi Rp2,18 triliun hingga akhir tahun ini.

"Hingga akhir tahun, pendapatan kami akan tumbuh dobel dari hasil yang diperoleh pada Juni 2010," ujar Direktur Agung Podomoro Cesar M dela Cruz.

Direktur PT Indo Premier Securities The Moleonoto mengatakan harga penawaran perdana saham Agung Podomoro ditetapkan dengan rasio harga terhadap laba per saham (price to earning ratio/ PER) sebesar 13 kali-17 kali.

Indo Premier bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi bersama dengan PT Mandiri Sekuritas. Di sisi lain, Deutsche Bank dan JP Morgan membantu menawarkan saham tersebut ke investor internasional.

Menanggapi itu, analis PT Asia Kapitalindo Securities Supriyadi menyebutkan harga penawaran tersebut memang tergolong murah, terlebih karena nilai NAB Agung Podomoro yang mencapai Rp14,5 triliun sesuai dengan penilaian independen yang dilaporkan dalam prospektus.

Dengan posisi NAB tersebut, lanjutnya, posisi Agung Podomoro hampir setara dengan beberapa emiten yang sekarang sudah tercatat di bursa seperti PT Summarecon Tbk dan PT Bumi Serpong Damai Tbk.

Menurut dia, harga penawaran perdana tertinggi emiten tersebut sebesar Rp450 masih lebih rendah dari valuasi NAB per saham. Bisnis mencatat NAB per saham emiten tersebut berkisar Rp700.

Saham Lippo

Dalam kesempatan terpisah, sebanyak 30 investor global membeli 4,1 miliar saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan total senilai Rp2,25 triliun pada 13 Oktober 2010. Menurut Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya, dana tersebut akan ditransfer kepada rekening perseroan pada 22 Oktober 2010.

Dia juga menjelaskan transaksi tersebut dilakukan sebagai jaminan dari rencana aksi korporasi perseroan yakni pelepasan saham terbatas (rights issue) yang akan dilaksanakan pada akhir tahun ini.

“Hasil pnempatan saham itu akan ditempatkan langsung di [rekening]l Lippo. Jadi ini sebagai jaminan dari aksi korporasi [rights issue] itu. Ya, semacam stand by buyer [pembeli siaga],” ujarnya.

Penempatan dana tersebut, lanjutnya, dikelola dan dilaksanakan oleh empat bank investasi global yakni Bank Of America Merril Lynch, CLSA Asia-Pacific Markets, Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.

GUBERNUR RIAU KLAIM RIAU LEBIH UNGGUL

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Gubernur Riau Rusli Zainal mengklaim Provinsi Riau memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan dengan provinsi lainnya di Sumatra bahkan di Indonesia.

"Provinsi Riau memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, luas dan letak wilayahnya yang sangat strategis yaitu berada pada jalur pelayaran internasional, Selat Melaka,” kata Rusli pada pertemuan dengan para sejumlah dubes, wakil dubes, dan diplomat dari negara-negara anggota Uni Eropa, di Gedung Menara Lancang Kuning Kantor Gubernur Riau, hari ini.

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua DPRD Riau Johar Firdaus, Dubes Uni Eropa untuk Indonesia Julian Wilson, Direktur Kerjasama Intra Kawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Dian Wirengjurit, dan para dubes negara Uni Eropa.

Para dubes negara Uni Eropa itu berada di Riau dalam rangka mengikuti Outreach Program on Indonesia’s Palm Oil Industry yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Pemprov Riau pada 13-15 Oktober ini.

Menurut Rusli, dalam hal peluang investasi (investment opportunity), Provinsi Riau memiliki iklim dan prospek pengembangan investasi yang menjanjikan antara lain pembangunan infrastruktur, pertambangan, pariwisata, pengembangan industri kelapa sawit, pengelolaan hutan dan investasi di bidang lainnya.

Rusli mengatakan dalam rangka mendorong pertumbuhan investasi di Riau, Pemperov Riau berupaya seoptimal mungkin untuk menumbuhkembangkan iklim investasi yang sehat dan berwawasan lingkungan (sound and environtment friendly investment)sehingga para pelaku bisnis dapat menjalankan usahanya dengan baik.

Pada kesempatan tersebut Rusli lebih fokus menjelaskan mengenai pada pengelolaan hutan dan pengembangan industri kelapa sawit termasuk memberikan gambaran mengenai kebijakan pengelolaan hutan dan kebun berkelanjutan.