21 Oktober 2010
RANDOM HOUSE KUASAI HAK MEMOAR SALMAN RUSHDIE PENGARANG AYAT-AYAT SETAN
Random House telah memegang hak penerbitan global atas memoar Salman Rushdie, pengarang Inggris pemenang Booker Prize, kata penerbit besar itu pada Kamis (21/10).
Memoar yang akan muncul pada 2012 itu diperkirakan akan memusatkan perhatian pada masa-masa sang pengarang bersembunyi setelah Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa mati terhadap Rushdie pada 1989 karena novelnya, "The Satanic Verses", dianggap menghina Islam.
Random House, bagian dari konglomerat media Jerman, Bertelsmann, menyebut kesepakatan itu sebagai "satu dari perjanjian penerbitan buku multinasional dan multibahasa yang paling luas oleh satu penerbit untuk satu judul".
Ia membeli hak penerbitan untuk edisi sampul keras, buku saku, audio dan buku elektronik dalam bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol dari agen Rushdie, Andrew Wylie.
DENGAN AIR DHARMA DJOIONEGORO
Si Bungsu di AIR
Thursday, June 10th, 2010
oleh : Eva Martha Rahayu
Wajah baru hadir di tengah jajaran direksi PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (AIR). Namanya: Dharma Djojonegoro. Hasil RUPS AIR menetapkan putra mantan Menteri Pendidikan RI Wardiman Djojonegoro itu sebagai CEO sejak Desember 2009. “Saya tertarik bergabung karena merasa memiliki kesamaan visi, menjadikan AIR sebagai perusahaan sumber daya alam terbesar di Indonesia. Lagi pula, saya suka tantangannya,†ujar Dharma.Meski pendatang baru di AIR, jam terbang lelaki kelahiran Jakarta, 13 November 1974, ini lumayan tinggi. Selulus dari Jurusan Keuangan dan Pemasaran Oregon University, Amerika Serikat, dengan predikat menjadi tempatnya meniti karier sepanjang 1997-2001. ,serifLepas dari bisnis, Dharma kuliah lagi. Pilihannya: MBA di Institut Europeen d’Administration des Affaires, Prancis. Setelah itu, keinginan menjadi konsultan pun menyergap dirinya. Kebetulan saat itu McKinsey tengah mengadakan rekrutmen global. Dharma pun diterima, menangani bidang sumber daya alam serta Namun, setelah beberapa tahun di McKinsey, bungsu dari empat bersaudara ini pun mulai mempertimbangkan kariernya. “Kalau terus di McKinsey, ujung-ujungnya saya cuma jadi Saya pernah dalam dua bulan terbang sepanjang 68 ribu mil, itu ukuran 2-3 kali bumi ini,†kata pehobi membaca buku ini. Beruntung, datang tawaran berkiprah ke AIR, perusahaan pertambangan yang dulu dikenal dengan nama PT TD Resources Tbk.Kini, sebagai CEO, Dharma punya banyak rencana. Untuk mengembangkan AIR, dia menekankan pada pertumbuhan organik dan anorganik. Pengembangan secara organik di antaranya melalui pembangunan pabrik kedua PT Multi Nitrotama Kimia. Adapun pertumbuhan anorganik adalah dengan akuisisi.Salah satu langkah ekspansifnya adalah mengakuisisi sejumlah tambang. Lokasi tambang yang diincar ada di Kalimantan dan Sumatera, dengan besar cadangan batu bara ditargetkan 10-50 juta ton. “Setelah akuisisi tambang, AIR ingin melakukan bisnis “Kasarnya sekarang AIR jualan komoditas. Kami tidak mau begitu terus, karena ingin menjadi
DENNY TANSIL: HANYA SATU KATA SUKSES YANG DI RAIH NYA TEKNOLOGI
Denny Tansil: Fokus di Satu Industri
Berkarier di bidang teknologi informasi (TI) memang sudah sejalan dengan konsentrasi jurusan yang diambilnya ketika berkuliah. Dengan background pendidikan yang diperoleh dari Universitas Bina Nusantara, di usianya yang masih tergolong muda, Denny Tansil telah menjabat sebagai Country Sales Manager Honeywell Security and Data Collection Indonesia. Denny memang lebih banyak bermain di trading untuk TI. Awalnya background saya nggak di security. Karena Honeywelll sendiri punya tim yang cukup solid jadi kita bisa di training, ujarnya.
Denny mengaku tertarik bergabung dengan Honeywell karena, menurutnya, terdapat kesempatan di perusahaan tersebut. Kebetulan ada kesempatan di Honeywell jadi saya join. Dan dulu sebelum bergabung dengan Honeywell sudah sedikit banyak merintis karir di industri security. Makanya saya lebih banyak fokusin karir saya di industri security karena value saya kan lebih banyak dilihat kalau fokus di satu industri. Saya pindah-pindah, loncat-loncat ke industri yang lain mungkin value saya agak kurang, katanya.
Lima tahun bergelut di Honeywell, kelahiran 20 Oktober 1980 ini mengaku cukup berpengalaman di industri security ini. Yang membuatnya betah berkarier di perusahaan asal Amerika tersebut adalah pengembangan produknya secara terus menerus. Jadi nggak ada produk yang berhenti begitu saja, selalu dikembangin. Jadi ini membuat saya bertahan sampai lima tahun, Denny mengungkapkan. Ia menambahkan, jika produk atau sistem selalu stagnan, hanya dua atau tiga tahun di perusahaan mungkin ia sudah merasa bosan.
Prestasi yang diraihnya selama bekerja pun tidak main-main. Selama tiga tahun berturut-turut, ia termasuk sales terbaik. Sales saya achieve yang tertinggi di South East asia, ungkapnya. Menurutnya, Indonesia cukup prospektif untuk bisnis security dibanding Singapura, Malaysia Thailand, Brunei, dan Vietnam. Indonesia untuk Honeywell growth-nya termasuk yang tinggi, ia menerengkan. Tiga tahun lalu, ayah dari Darrel (1) ini memperoleh President Club Award yang hadiahnya adalah liburan gratis ke Amerika Serikat bersama istri.
Kunci untuk menjadi seorang profesional, menurut Denny, adalah berlaku sesuai aturan yang ada secara fleksibel. Kita harus sesuai aturan, tapi jangan membuat kita tertekan. Kalau kita membuat sesuatu sesuai dengan peraturan, kita hanya akan menjadi mesin saja. Fleksibel dalam memanfaatkan peraturan yang ada, paparnya. Dalam bekerja, inspirasi pun selalu ia dapatkan dari membaca serta belajar kepada pemimpin-pemimpin industri yang ditemuinya.
Ke depan, Denny tidak ingin terus bergantung dengan bekerja di tempat orang lain. Ia mengungkapkan bahwa dirinya ingin sekali membuka bisnis baru sebelum usia 40. Di tengah kesibukannya bekerja, Denny juga tak lupa memanfaatkan waktu luangnya dengan menghabiskan waktu bersama keluarga atau menyalurkan hobi. Saya senang nonton, yang berbau otomotif, dan kalau olahraga yah paling basket, voli, tuturnya. Baginya, keluarga adalah nomor satu. Karena kalau nggak ada yang support saya dari belakang segala macam tantangan saya nggak akan bisa kuat menghadapinya, ia menandaskan.
HASIL KERJA KERAS NYA SELAMA INI BERBUAH SUKSES DENGAN MEMBUKA BUTIK
Roselin Gozal, owner Tadashi Boutique di Indonesia, memulai kariernya tujuh tahun lalu. Berawal dari membuka butik kecil di bilangan Jakarta Utara, ia merintis usahanya. Untuk memenuhi koleksinya, Roselin berburu keliling negara-negara Eropa dan Amerika. Seiring berjalannya waktu, ternyata kebanyakan koleksi yang dicari memiliki desain kontemporer. “Desain tersebut cocok bagi wanita urban di Jakarta maupun di kota-kota besar di Indonesia yang suka pakaian berkelas tapi ngga terlalu ribet,” ia menerangkan.
Dari fashion show ke fashion show lainnya di luar negeri, Rose selalu memperhatikan apa yang diminati oleh kebanyakan pecinta fashion di Indonesia. “Dari pengalaman itu, bajunya Tadashi Shoji banyak yang berminat. Dilihat dari segi harga, kualitas dan pelayanan klop,” katanya. Hingga pada akhirnya, butik yang dimilikinya sejak awal beralih menjadi toko yang terkonsep atau showroom. “Sekarang ada di City Loft Sudirman unit 2515, konsepnya bukan mal, kalau konsumen mau melihat harus RSVP dulu, bikin appointment,” ucap Roselin lagi.
Diakui Roselin, ia tertarik untuk membuka Tadashi Boutique di tahun 2003 karena menyukai fashion. Alasan lainnya adalah saat berkuliah di Amerika, istri Taufan Wijayasakti ini mengalami perkembangan fashion yang sangat cepat dari tren yang satu ke tren yang lainnya. “Ditambah lagi, saya juga melihat barang yang masuk ke Indonesia, kalau mahal ya mahal sekali dan kalau murah ya murah sekali. Nggak ada yang in between. Sehingga saya ingin menghadirkan sesuatu untuk konsumen di Indonesia,” papar perempuan kelahiran Ujung Pandang, 23 November 1973 ini. Dari sisi ekonomi, Roselin melihat bahwa Indonesia sebagai emerging market, pertumbuhannya semakin tahun semakin meningkat.
Tadashi Shoji sendiri adalah desainer pemilik Tadashi Shoji Collection. Tadashi pernah bekerja di New York City sesuai dengan bidangnya, yakni contemporary art scene. Tadashi juga pernah bekerja dengan seorang desainer terkenal Bill Whitten. Pada tahun 70-an, hampir semua kalangan artis memesan karya-karya Whitten, dan Tadashi menciptakan desain untuk A-List bintang seperti Elton Jhon, Stevie Wonder, Neil Diamond, The Jacksons serta Earth, Wind & Fire.
Pada 1982, Tadashi membuka fashion house yang bertempat di Los Angeles. Perusahaan tersebut kini telah berkembang dengan membawahi 4.000 departemen, khususnya bidang toko pakaian di seluruh dunia, seperti Neiman Marcus, Nord-strom, Saks Fifth Avenue, Bloomingdale’s dan Macy’s. Merek-merek baju tersebut sudah tersebar di pertokoan kalangan atas seperti Isetan, Epoca the Shops, dan Anniversaire Omotesando.
Tidak mengherankan, dengan latar belakang Tadashi Shoji di bidang fashion membuat Roselin memilih untuk memasarkan produk-produk sang desainer di Indonesia. “Tadashi juga sangat support kami. Orang Indonesia kan sangat personalize, dan dia mau buat untuk tamu-tamu saya,” ungkap Roselin. Ia pun belum merencanakan untuk menggaet desainer lain hingga saat ini. “Karena setiap season selalu create something new. Jadi tamu saya selalu loyal dengan brand dia (Tadashi),” tandasnya.
Memang benar pepatah seorang filsuf yang menyatakan, luck is what happens when preparation meets opportunity. Hal tersebut terjadi pada Roselin di awal menjalin kerjasama dengan Tadashi Shoji. Kerjasama bisnis tersebut dimulai ketika Roselin masih tinggal di Amerika. Ia mengatakan, semenjak kuliah dirinya memang sudah menggunakan baju buatan Tadashi. “Dan pertemuan dengan Tadashi juga by coincidence. Lagi buying trip ketemu dia, dan klik aja,” imbuhnya. Ketika itu, Roselin juga memang sudah berniat untuk membuka butik. Maka, keberuntungan pun berpihak kepada ibu dari Grant (11), Angelene (9), dan Phillipe (3,5) ini.
Roselin mengatakan, kiat suksesnya dalam berkarier menjadi seorang owner butik yang menjual pakaian berkelas dunia adalah kerja keras dan peluang. Ia mendapat peluang dari Tadashi untuk menjual produknya dan ia pun berkomitmen untuk terus berusaha agar merk Tadashi Shoji bisa lebih dikenal di Indonesia. Roselin meyakinkan Tadashi untuk bisa menjadi partnernya dengan menunjukkan pencapaian penjualan yang baik. “Awal mula meyakinkan Tadashi karena penjualan kami cukup bagus di Asia market. Kami juga dievaluasi untuk jumlah penjualan,” ia menuturkan.
Satu kelebihan yang menurut Roselin menjadi unggulan dari Tadashi Boutique yang dikelolanya adalah pelayanan yang maksimal. Ia menjelaskan, bukan urusan mudah bagi seseorang untuk memutuskan gaun yang hendak dikenakannya. “Untuk melayani mereka satu sampai dua jam sampai mereka puas,” ujarnya. Dengan begitu tamu-tamu yang datang ke butiknya akan selalu loyal dan terus kembali datang. Oleh karena itu ia selalu menekankan pada pekerjanya bahwa melayani konsumen dengan baik adalah hal yang paling penting dalam kegiatan penjualan.
Dalam sebulan, jumlah pelanggan yang datang dan membeli produk di butiknya rata-rata 100-200, tapi jika ada barang baru maka jumlahnya akan melonjak. Pelanggannya tidak hanya berasal dari jakarta, namun juga dari luar kota seperti Surabaya, Semarang, Magelang, Ujung Pandang, Medan dan Yogyakarta. Biasanya mereka datang sekali untuk fitting dan pada pembelian selanjutnya menggunakan ukuran yang telah disimpan datanya oleh pihak butik. Untuk model produknya sendiri dapat dilihat di website Tadashi Boutique. “Tapi saya tetap suka mereka dateng ke tempat kita untuk fitting dan kita kasih saran. Saya percaya kalau mereka pakai cantik, yang lain nanya mereka belinya dimana,” tutur Roselin.
Bekerja sesuai dengan hobi membuat lulusan California State University Fresno ini tidak kesulitan dalam menjalankan kariernya. Meski diakui ia tidak memiliki waktu luang, namun ia sangat senang melakukan pekerjaannya. “Saya tidak ada waktu luang, (pekerjaan) ini tidak ada habisnya. Karena hobi saya juga senang dan waktu terlewati dengan cepat,” katanya. Roselin pun selalu memberi masukan bagi Tadashi untuk menyesuaikan produk yang dibuatnya dengan selera Indonesia.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai fashion di dalam negeri, Roselin hanya menjawab singkat bahwa fashion di Indonesia desainnya lebih ramai. “Saya lebih senang yang simpel karena lebih awet. Kalau baju luar lebih simpel tapi disimpan di wardrobe tetap bertahan lama. Bukan masalah branded minded untuk beli barang luar, tapi saya merasa begitu,” ia menjelaskan. Meski demikian, jika ada konsumennya yang meminta untuk menambahkan sesuatu pada produk yang dijualnya, ia akan menjalankannya sesuai dengan permintaan konsumen
Selama ini, Roselin tidak melakukan promosi secara masif untuk menggaet sejumlah pelanggan. “Saya merasa bahwa word of mouth itu advertising terbaik. Jadi penjualan lebih bagus,” ungkapnya. Target ke depan, Roselin ingin terus memperkenalkan nama Tadashi Shoji di Indonesia, serta menambah jumlah konsumennya. “Mudah-mudahan juga bisa melakukan kolaborasi atau sesuatu hal yang baru dengan Tadashi,” tandasnya lagi. Ia menambahkan pula, di tahun ini Tadashi Shoji juga akan merilis lini bridal pertamanya di Indonesia.
KAMPUNG GAJAH DEBUT PUTRA MAHKOTA
Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah, ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu. Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom.Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesar,†ujar Jeffry., Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton. Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan, katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. Ini tantangan besar buat saya,tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,†imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini. Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian.Kampung Gajah, Debut Sang Putra Mahkota Tuesday, June 15th, 2010 Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. “Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah,†ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu. Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom. “Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesar,†ujar Jeffry., Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton.Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. “Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan,†katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. “Ini tantangan besar buat saya,†tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. “Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,†imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini.
oleh : Henni T. Soelaeman
Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian. “Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,†kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah. “Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun. Times New Roman,serif;">Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah. “Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut,†kata Jeffry.
Times New Roman,serif;">Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini. Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. “Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,†katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,†sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut. Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,†katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,†katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,†ucap pehobi nonton film ini.
Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. “Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besarkata Jahja.
Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. Banyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!
Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,†kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah.
Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah,ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu.
Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom. Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesarujar Jeffry.
Untuk kuliner, Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton.
Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan,†katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. “Ini tantangan besar buat saya,†tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. “Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,†imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini.
Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian. Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah. “Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun.
Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah. “Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut kata Jeffry.
Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini.
Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,†sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut. Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,†katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,†katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,†ucap pehobi nonton film ini. Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. “Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besar kata Jahja.
Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. œBanyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip , katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun.†Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah.Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut kata Jeffry. Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini. Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. “Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,†katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,†sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut.Times New Roman,serif;">Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,†katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,†katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,†ucap pehobi nonton film ini. Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besar,†kata Jahja.Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. Banyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!
MONIKA TERJEBAK DI PERKANTORAN SELAMA 15 TAHUN
Sempat tidak tertarik untuk berkarir di perkantoran, Monika Aryasetiawan justru bertahan di PT Datascrip sejak lulus kuliah 15 tahun lalu hingga sekarang dan menjabat sebagai Senior Marketing Manager PT Datascrip. “Dulu keinginannya bisa berkarier di perusahaan yang besar. Tapi pas lihat ada Canon, printernya, salesnya, dan sampai sekarang terus di marketing. Menariklah,” papar wanita berkacamata ini.
Di Datascrip inilah Monika menekuni kariernya secara serius untuk pertama kalinya. Pada awal kariernya itu, Monika sudah mendapat tantangan dari pasar, terutama dalam memasarkan kamera digital yang saat itu baru mulai muncul. Pada 1995, kamera digital belum sepopuler saat ini. “Saat itu masih konsentrasinya di inkjet printer mulai dari yang monokrom sampai yang akhirnya colour,” ujarnya. Lima tahun kemudian, pada 2000 masuklah kamera digital. Ia mengakui, bahwa dulu kamera digital membutuhkan koneksi ke komputer untuk memasukkan data. “Jadi awalnya orang pada ketawain. Katanya ini produk yang ngga laku,” tuturnya.
Selain itu, tantangan lain yang dirasakannya ketika bekerja di Datascrip saat harus bersaing dengan kompetitor. Demikian pula dengan teknologi yang terus berkembang, Monika harus terus mengikuti perkembangan tersebut. Menurutnya, teknologi yang cepat berkembang membuatnya harus terus belajar. “Dipaksakan, terutama kalau product knowledge kita harus belajar dan itu mau ngga mau yang awalnya ngga ngerti urusan kamera. Diafragma itu apa, low light, under expose, over expose itu apa. Jadi kita dapat menjelaskan pada customer,” paparnya.
Selama 15 tahun berkarir di perusahaan yang sama, tentu saja melewati banyak suka duka. “Kalau duka bisa dijadikan suka. Misalnya kalau lagi ada event-event persiapannya segala macam. Tapi begitu melihat hasilnya itu seneng sekali. Acara sukses senang. Setelah produk dipakai banyak orang juga senang. Jadi banyakan sukanya lah ya, kalau dukanya ya capek saja” ujar kelahiran 30 Oktober ini. Selain itu, menurut Monika, hubungan baik juga tidak hanya dijalin dengan user tapi juga dengan media sehingga bisa lebih menyampaikan produk-produk sampai dengan positif.
Ada pengalaman yang paling berkesan bagi Monika saat menjalani kariernya, yakni ketika ia harus menjadi MC (master of ceremony) untuk pertama kalinya. Ketika itu, belum setahun ia bekerja di Datascrip, dan ia diminta untuk menjadi MC di salah satu acara formal mengenai seminar kearsipan. Monika yang tidak mengerti apa-apa mengenai kearsipan berusaha dan ternyata ia menyadari bahwa dirinya memiliki bakat untuk bisa menjadi MC. “Dari situ saya kebuka, bahwa setiap orang punya talenta yang mungkin masih ada di dalam. Jadi join di datascrip itu bisa mengembangkan diri lebih baik lagi dari yang sebelumnya,” ia mengungkapkan.
Dalam menjadi seorang profesional, Monika memiliki beberapa tips khusus. Ia menekankan bahwa dirinya harus ulet dan kerja keras. Menangani beberapa produk unggulan mulai dari kamera, printer, scanner diperlukan keahlian yang baik karena semua produk memiliki target masing-masing. “Semua adalah unggulan, printer punya target tersendiri, kita punya target untuk mempertahankan market share di Indonesia. Kamera pun sama kita harus market share nomor satu di Indonesia. Kemudian ada scanner, projector, masing-masing produk itu punya masing-masing target,” Monika menjelaskan.
Kesuksesan dalam memasarkan produk tidak terlepas dari kerjasama tim. Monika mengungkapkan, agar kerja timnya tetap solid, dia mengutamakan saling membantu. ’’Memang dari timnya harus diberikan pengertian kerjasama antar teman. Nggak boleh kerja sendiri-sendiri, harus saling berkoordinasi dan membantu,” tegasnya. Dan Monika bertugas untuk mengingatkan para anggota tim agar semua rencana berjalan dengan lancar.
Dengan apa yang sudah diperoleh Monika saat ini, wanita ramah ini mengaku bersyukur bisa berkarir di perusahaan tempatnya bernaung saat ini. “So far apa yang tidak saya bayangkan saat ini, itu merupakan anugerah buat saya. Kalaupun nanti mau jadi apa lagi, agak klise sih ya, saya mau jadi orang yang baik, yang berguna terutama, concern mengenai pendidikan di Indonesia,” imbuhnya. Meskipun ia sendiri belum mengetahui, dari sisi apa dan dengan format seperti apa ia dapat membantu dunia pendidikan.
Di waktu luang, Monika lebih senang beristirahat di rumah. Saat ini ia sedang memulai untuk menekuni diving. Meskipun, menurutnya, diving memakan banyak waktu, ia berusaha menyesuaikan dengan waktu kerjanya yang padat. Terbukti belum lama ini, ia berlatih diving di Bali. “Walaupun waktu saya tidak banyak, namun saya menyukai hobi ini,” ucapnya. Ia pun memiliki ambisi lain yakni berkeinginan memotret underwater apabila telah menguasai diving dengan baik.
DIANSYAH SUKMANA: ''DENGAN WORD OF MOUTH,PRODUK TATIUS DAPAT DI BELI OLEH IBU PEJABAT
Seperti sebagian besar anak muda lainnya yang lahir dan besar di keluarga pebisnis, Diansyah Sukmana juga mewarisi jiwa wirausaha orang tuanya. Sempat bekerja sekitar tiga tahun di bank swasta, akhirnya ia memutuskan untuk masuk holding keluarga dan bahkan memulai bisnis sendiri bersama saudaranya. “Saya sebenarnya kerja di holding keluarga. Tapi bersama saudara saya juga membuat bisnis sendiri. Istilahnya, ini adalah bisnis anak-anak dan holding keluarga itu adalah bisnis orang tua,” Diansyah menjelaskan.
Bisnis yang dirintis Diansyah bersama saudaranya, Rina Kartina, adalah Tatuis. Tatuis sendiri menjual mukena serta sajadah fashion. Bisnis ini sebenarnya dimulai sejak 2002. Namun, baru 2008 mulai dikembangkan secara lebih profesional. “Keuangan terpisah, manajemen juga terpisah, dan karyawan bertambah,” ujarnya. Dipilihnya bisnis mukena serta sajadah, diakui Diansyah karena pasarnya yang belum sebanyak baju muslim dan kerudung. “Kalau busana muslim pasarnya padat sekali, kita mengejar market spesifik. kita melihat perangkat solat masih belum banyak yang garap,” paparnya.
Dengan motto sebagai pionir mukena dan sajadah fashion, Tatuis memproduksi perlengkapan solat tersebut dengan gaya berbeda. “Supaya orang tidak bosan dengan yang sudah ada, kami desain dengan berbeda,” kata lulusan Monash University Australia ini. Produk Tatuis dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 50.000 – Rp 2 juta. Sebagai contoh, untuk kisaran harga Rp 2 juta digunakan bahan silk untuk mukena dengan bordiran banyak dan tebal serta dihiasi dengan benang emas.
Meskipun baru dua tahun ditekuni, konsumen yang pernah membeli barang-barang Tatuis ini tidak main-main. Petinggi negara seperti Hidayat Nurwahid dan Bambang Hendarso Danuri pernah membeli sajadah Tatuis sebagai souvenir bagi koleganya. “Bapak Hidayat Nurwahid memesan untuk acara perkawinan, sedangkan bapak Kapolri untuk hadiah lebaran tahun lalu,” ucap Diansyah. Menurutnya, hal tersebut cukup membanggakan bagi pengusaha start up seperti mereka karena berarti kualitas produknya tidak perlu diragukan lagi.
Diansyah sendiri berkontribusi untuk mengurus masalah-masalah internal seperti keuangan dan operasional. Sedangkan Rina bertugas untuk bagian produksi dan desain. “Untuk modal awal bisnis ini, susah dibilang karena dulu tidak ada pembukuan yang rapih. Jadi, terjadi begitu saja. Saya sendiri bantu modal untuk pengembangan,” imbuhnya. Omset rata-rata perbulan selama 2008-2009 berkisar berkisar Rp 20-30 juta. Dan, untuk saat ini omzetnya dapat mencapai Rp 50 juta. “Kalau saat peak season, seperti Lebaran, omset melonjak secara signifikan, dapat mencapai 100 juta,” ia mengungkapkan.
Urusan pemasaran, ia kerjakan bersama Rina. Diansyah mengatakan, salah satu strategi dalam memasarkan produk Tatuis adalah melalui word of mouth. Menurut dia, dengan word of mouth juga produk premium Tatuis dibeli oleh ibu-ibu pejabat sehingga membuka link mereka untuk mendapatkan konsumen sekelas petinggi negara. “Kami enggak ada toko, cenderung business to business. Agen kami di seluruh daerah, dan pembelian dilakukan secara online,” ujarnya. Ia menambahkan, saat ini mereka hanya memiliki satu outlet di Sarinah, Jakarta, dan bukan kepunyaan mereka sendiri.
Sosok muda, cerdas dan sukses dengan bisnis yang dirintisnya dari bawah tentunya tidak mudah diraih. Pria yang mendapatkan gelar sarjana dan master di negeri Kangguru ini mengungkapkan bahwa beberapa tips sukses untuk menjadi seorang entrepreneur, antara lain, berani mengambil keputusan dan siap mental untuk susah sebelum sukses. “Kami tidak langsung seperti orang-orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia bisnis. Harus siap susah, biasanya setahun dua tahun cashflow susah,” tutur Diansyah. Setelah berani memiliki sikap seperti itu, baru kumpulkan modal untuk menanggulangi kesulitan cashflow yang mungkin terjadi.
Pabrik Tatuis sendiri berada di Cibinong, dan setiap enam bulan sekali memproduksi desain baru. “Seharusnya tiga bulan sekali, tapi kami baru bisa enam bulan sekali. Mudah-mudahan ke depan bisa setiap tiga bulan,” kata kelahiran 2 Januari 1979 ini. Salah satu kesulitan yang dihadapinya selama mengurus Tatuis adalah produk mereka yang belum dikenal, sehingga mendapatkan supplier yang di ujung. Oleh karena itu, ke depan Diansyah ingin sekali Tatuis bisa menyaingi nama-nama besar pemain perlengkapan solat dan busana muslim di tanah air. “Kenapa enggak kita nomor satu di perangkat shalat?” ujarnya.
Tak menutup kemungkinan juga mereka akan memproduksi perlengkapan solat maupun baju muslim lainnya seperti sarung, kopiah, maupun lainnya. “Tentu saja harus sesuai dengan fashion-nya untuk bisa tetap eksis,” tegasnya. Dengan tujuh pegawai dan sepuluh operator jahit yang saat ini bekerja di bawahnya, Diansyah yang saat ini masih aktif di holding keluarga ini juga berambisi untuk dapat memajukan anak buahnya tersebut.
ANDI SUFARIYANTO SUDAH SUKSES DI USIA MUDA DAN PENSIUN UMUR 33 TAHUN
Terlanjur nyemplung dan sekalian basah. Itulah yang dialami Andi Sufariyanto, CEO Natural Body Care Pourvous. Sejak masih duduk di bangku kuliah tahun ke-2, Andi menjalankan bisnis awalnya dengan bermodalkan uang Rp 250.000. “Jadi (tahun) 99 saya mulai, mengalami pasang surut, dan baru lumayan pada 1995,” katanya. Sekurangnya ada tujuh janis usaha yang dilakoninya sebelum merintis usaha produk perawatan tubuh. “Pertama jual beli hp, lalu servis hp, cuci mobil, menjual barang serba lima ribu, bisnis software, aksesoris, dan desain,” papar Andi.
Pada September 2007 Andi pun memulai bisnis besarnya ini. “Awalnya dari pesanan, kita nemu orang yang memang butuh produk perawatan untuk pernikahan dia, kebetulan saya searching di database saya, saya punya orang yang bisa bikin. Jadi saya makelar di tengah-tengah,” Andi menuturkan. Setelah jalan, Andi pun mencari tahu melalui internet serta media lain bahwa pasar untuk produk kosmetik yang natural sangat besar. “Di internasional sudah billion, sangat besar,” tegasnya. Berawal dari peluang tersebut, Andi yang sudah memiliki modal dari bisnis-bisnis kecil sebelumnya mulai menggarap bisnis barunya dengan serius.
Pourvous berasal dari bahasa Prancis yang berarti “untuk kamu”. Produk Pourvous sendiri ditujukan bagi perempuan dengan usia di atas 20 tahun. Terdapat berbagai varian yang tersedia, di antaranya body lotion, body butter, foot treatment, massage oil, firming series, shower gel, aromatic pillow, dan teh untuk dikonsumsi. Selama tiga tahun berjalan, produksi untuk satu varian mencapai 2.000 per bulan.
Distribusi produk ini sudah hampir mencapai seluruh kota besar di Indonesia. Selama ini Andi menjual produkny asecara online serta melalui beberapa distributor. “Untuk saat ini kita mencoba sistem outlet. Kita barusan mendirikan outlet di Surabaya, di Tunjungan Plaza,” ujar kelahiran 8 Juli 1981 ini. Beberapa varian Pourvous juga sudah pernah diekspor ke Manila sebanyak dua kali. Menurut Andi, saat ini pihaknya sedang mempelajari ritme bisnis ritel kosmetik yang telah berdiri di Surabaya. “Setelah ritme dapat, kita akan buka (outlet) di Jakarta,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa mereka telah mendapat tawaran dari Pasaraya Grande dan Alun-Alun Grand indonesia. “Tawarannya di-postpone dulu,” kata Andi lagi.
Dengan status sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM), Andi mengakui beberapa kendala yang selama ini dihadapinya. Ia mengatakan, kesulitan utama adalah proses perizinan. Tidak hanya biaya, namun dibutuhkan pula waktu untuk memprosesnya. “Misalnya dapat sertifikat halal, GMP, SNI,” tukasnya. Ia menambahkan, proses perizinan tersebut berkaitan dengan jumlah barang yang akan diproduksi. “Untuk produksi kita bicara untuk produksi per termin, tidak bisa sedikit-sedikit” tandasnya.
Selain Pourvous, di bawah PT Adila Imperium buatan Andi, terdapat pula virtual office. Virtual office berfungsi membantu sebuah kantor dalam menjalankan bisnisnya, sehingga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan. “Virtual office kita segmennya lebih ke ukm, targetnya supaya ukm bisa terakselerasi dengan tidak terbebani biaya operasional bulanan. Karena itu tidak seperti virtual office lainnya yang berada di building, kita ini berada di ruko,” papar Andi.
Setelah melalui perjuangan panjang hingga mencapai tahap sekarang ini, Andi merasa bersyukur dirinya tidak memiliki keinginan untuk bekerja kantoran. Dikemukakannya, ia telah berjani pada dirinya sendiri dan juga ingin membuktikan kepada temannya bahwa ia dapat pensiun dari pekerjaan di umur 33. “Saya terlanjur koar-koar kepada teman-teman bahwa saya tidak mau bekerja kantoran. Dan saya ingin buktikan kepada teman saya, di umur 33 sudah bisa pensiun. Pensiun dalam artian, kerja itu merupakan apa yang ingin dilakukan, bukan yang harus dilakukan,” ucap lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Surabaya ini.
Dukungan orang tua sebenarnya kurang dirasakan oleh Andi. “Kedua orang tua saya tidak berbisnis, mereka bekerja dua-duanya. Jadi didukung tidak, dikekang juga tidak,” imbuhnya. Namun, yang dilakukan Andi untuk mengubah kedua orang tuanya dari yang semula abstain menjadi dukungan adalah dengan melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan seorang anak saat berkuliah yakni berprestasi baik. “Saat kuliah saya pintar bagi-bai waktu, supaya dapat nilai bagus. Kalau nilai sudah bagus orang tua pun tidak akan melarang kita melakukan kegiatan lain seperti misalnya bisnis,” ungkapnya.
Andi pun membagi rahasia suksesnya dalam berkarier menjadi wirausahawan muda. Untuk menjadi sukses diperlukan skill, knowledge dan network. “Skill adalah apa yang kita lalui, knowledge adalah apa yang kita pelajari, dan network adalah siapa yang kita kenal. Modal itu nomor sekian,” katanya. Ke depannya, ia berharap produk kosmetik Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri sekaligus dapat berbicara di pasar global.
DARI AMERIKA IA HIJRAH KE INDONESIA DAN MENJUAL PRODUK TIONGKOK
Delapan tahun menetap di Amerika, memberi pemikiran yang berbeda bagi Willy Lukas Kurniadi. Ketika semua orang berlomba-lomba untuk bekerja di perusahaan yang sudah memiliki produk dengan brand terkemuka, pada 2006 Willy justru memilih ZTE Indonesia, vendor perangkat telekomunikasi asal Tiongkok. “Saya bukan brand minded, saya tahu ZTE berkembang luas, di sana saya masuk, saya merasa beruntung,” ujar lulusan Devry University Pomona Campus ini. Empat tahun berkarir, posisi Willy saat ini adalah Senior Account Manager ZTE Indonesia.
Willy mengaku tertarik dengan dunia telekomunikasi karena dunia ini berkembang secara pesat dan terus menerus. Ia mengatakan, dulu telekomunikasi hanya dengan suara, sekarang ini terus berkembang dengan gambar. Gadget yang juga terus berkembang membuat ketertarikan tersendiri bagi pria yang menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Ditambahkan pula oleh Willy, saat ini persaingan ponsel di Indonesia cukup ketat. “Tidak hanya dengan vendor yang sudah eksis, tetapi juga dengan ponsel-ponsel lokal,” tukasnya. Namun ia sendiri menghadapi kompetisi dan tantangan yang ada dengan sikap positif.
Sebagai penyedia mobile terminal di posisi 6 dunia, belum lama ini ZTE meluncurkan kampanye terbaru ‘ZTE Gue’. Willy menuturkan, wujud kampanye ZTE adalah berbagai kegiatan menarik secara online ataupun offair seperti kuis di Facebook dan Twitter, curhat pelanggan di acara radio terkemuka di beberapa kota Indonesia, tips dan trik menarik di majalah nasional, berbagai kegiatan gathering komunitas pengguna ZTE serta acara live music di mal besar di beberapa kota Indonesia. “Di Indonesia, perusahaan kami besar dan berkembang karena loyalitas dari para pelanggan yang setia menggunakan ponsel ZTE. Untuk itulah kami ingin mengenal dan menjalin hubungan akrab kepada para pelanggan, khususnya mereka yang sejak pertama kali memiliki ponsel ZTE,” paparnya.
ZTE merupakan tempat pertama Willy berkarier. Seiring waktu berjalan, kelahiran 5 Mei 1981 ini semakin menikmati perannya di perusahaan tersebut. “Saya enjoy kerja di ZTE, terutama di bidang saya. Apa yang sudah ada, apa yang akan ada kedepannya, saya sudah tahu,” katanya. Dalam bekerja, Willy pun selalu mengutamakan kekompakan kerja tim, di mana setiap anggota harus dapat bersikap fleksibel serta menghargai satu sama lain.
Apa yang didapat Willy saat ini, dijelaskannya, tidak terlepas dari pendidikan yang diberikan orang tuanya. “Pola didik orang tua sangat bagus. I can’t find anything better than my parent,” imbuhnya. Ketika harus berpisah dengan orang tuanya untuk mengambil kuliah di negeri Paman Sam, Willy mengaku kangen, tapi itu tidak dijadikan masalah besar. “Semua oke-oke saja nggak masalah,” tandasnya.
Di usianya yang masih muda, Willy tak puas sampai disini. Ke depan, penyuka film dan olahraga ini masih memiliki keinginan yang ingin dicapainya. “Keinginan saya simpel ingin jadi orang sukses,” tandasnya. Dalam pandangannya, manusia itu tidak ada puasnya. “It’s a human being want more and more,” ucapnya. Oleh karena itu, ia ingin terus melakukan yang terbaik untuk meraih kesuksesannya. Salah satu caranya adalah dengan menjadi diri sendiri, karena ia percaya setiap orang berbeda satu sama lain dengan kelebihan masing-masing.
MENURUT IMF INDONESIA AKAN HADAPI TANTANGAN BARU
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asia Pacific Regional Economic Outlook (REO), pertumbuhan perekonomian di Asia telah melampaui ekspektasi hingga pertengahan tahun 2010. Kondisi tersebut menjadikan Asia sebagai salah satu kawasan yang memimpin perbaikan ekonomi di dunia serta mendorong International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada tahun ini menjadi 8%.
“Tingkat pertumbuhan Cina dan India berada di depan, masing-masing mencapai 10,5% dan 9,7%. Indonesia sendiri diperkirakan tumbuh 6%, sedangkan Jepang saat ini diproyeksikan 2,8%. Sementara pada 2011 nanti, untuk ekonomi Asia diperkirakan tumbuh di angka 6,8%,” papar Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik, Anoop Singh, dalam “IMF Economic Outlook and Rebalancing in Emerging Asia” di kantor Bank Indonesia, Kamis (21/10).
Menurut analisis REO, pertumbuhan ekonomi yang kuat membawa berbagai tantangan kebijakan baru. Tekanan inflasi akan terus meningkat, sementara harga-harga di beberapa pasar properti mengalami pertumbuhan hingga dua digit. “Sekarang waktunya bagi negara-negara di kawasan ini
untuk menormalkan kebijakan moneter dan fiskal,” ujar Anoop.
Selain kebijakan moneter dan fiskal, hal lain yang juga menjadi tantangan bagi kawasan yang menjadi sasaran para investor dalam menanamkan modalnya adalah mengelola capital inflow (arus modal masuk). Indonesia sebagai salah satu negara yang diminati investor karena pertumbuhan ekonominya, sebaiknya memanfaatkan arus modal masuk untuk investasi pada proyek jangka panjang. ”Ini merupakan tantangan yang sulit karena pada negara emerging market seperti Indonesia,
kondisi ini dapat membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas keuangan,” kata Anoop lagi.
Menurutnya, IMF melihat dua perspektif terkait capital inflow tersebut. Pertama, efek jangka pendek yang timbul, kedua, upaya jangka panjang untuk menarik dana-dana tersebut berada lebih lama di
Indonesia. “Untuk jangka pendek, jangan sampai kelebihan likuiditas, sementara dalam jangka panjang, bagaimana menarik dana tersebut ke proyek-proyek infrastruktur dalam mendorong perekonomian lebih kuat lagi,” tuturnya.
Aanop mengemukakan, saat ini BI telah berupaya untuk menjaga capital inflow dan besaran likuiditas dengan beberapa kebijakan. Di antaranya adalah penerapan aturan untuk menaikkan Giro Wajib Minimum Primer perbankan menjadi 8% untuk menyerap likuiditas moneter. Lalu dengan menerapkan kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) oleh asing, paling tidak satu bulan, untuk menahan capital inflow lebih lama di Tanah Air.
MAU EKSPOR AH' GAMPANG KOK JANGAN ANDA TUNDA NIH TRIK NYA
Dorongan untuk ekspor semakin relevan buat pengusaha kita. Lihatlah, tahun ini kinerja ekspor nasional diperkirakan bakal menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Saatnya Anda ikut ambil
Begitu mendengar kata “ekspor”, bagi yang belum pernah melakukan, umumnya langsung mengernyitkan kening. Yang terbayang pastilah seabrek kegiatan yang tampaknya hanya mungkin dilakukan orang-orang tertentu. Mulai dari membuat produk hebat yang mampu bersaing di pasar global, kontrol ketat terhadap kualitas produk, pengepakan yang prima, konsistensi dan ketepatan waktu pengiriman, ribetnya mengurus L/C, hingga peliknya sistem pembayaran luar negeri.
Kalau dianggap rumit, memang jadi rumit. Dan, bagi yang kelewat panik, bisa lebih rumit lagi, bahkan bisa berubah menjadi hal yang mustahil dilakukan. Namun, bagi para eksportir, kegiatan ekpor tak ubahnya orang naik sepeda. Awalnya memang harus belajar. Namun, begitu bisa, tak ada yang perlu dipikirkan, apalagi dicemaskan. Semuanya berjalan begitu saja: kaki mengayuh, tangan pegang kemudi, mata fokus pada tempat yang akan dituju, dan keseimbangan pun berjalan dengan sendirinya. Just do it.
Begitu pulalah langkah-langkah para eksportir andal yang mampu menaklukkan pasar global. Awalnya mereka tentu saja belajar dari nol, dari sama sekali tak tahu-menahu apa itu kegiatan ekspor. Namun, perlahan-lahan, melalui berbagai cara, media, serta tahapan-tahapan yang harus mereka lewati, akhirnya keluar sebagai pemenang dan sukses menjadi eksportir andal.
Jadi, untuk memulai sebagai eksportir, mesti disingkirkan sejauh-jauhnya perasaan tidak mampu, apalagi sikap rendah diri. Sebaliknya, modal terpenting justru sikap percaya diri. Di Bali, misalnya, ada seorang eksportir sepatu kelas atas yang menyasar pasar Eropa. Ni Luh Putu Ary Pertami Jelantik namanya. Sebelumnya, selama 8 tahun ia bekerja sebagai profesional perusahaan asing di Jakarta yang kerap ditugaskan ke berbagai negara. Suatu ketika ia mengidap penyakit yang mengharuskannya operasi dan istirahat total selama 6 bulan. Ni Luh pun memutuskan berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya di Bali. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, plus passion-nya yang meledak-ledak pada dunia persepatuan, ia membuat sepatu handmade yang khusus menyasar kelas atas. Pasar yang dibidik pun tak tanggung-tanggung: Eropa.
Kini, kendati baru didirikan tahun 2004, sepatu merek Nilou (pelesetan dari namanya dan terdengar seperti bahasa Prancis) telah menjadi bagian dari gaya hidup sejumlah orang kaya di Eropa. “Saya memang nekat, saya tidak mau sekadar jualan, saya sudah punya target pasar,” kata Ni Luh bersemangat. Menarik, memang, mengungkap eksportir yang gigih mengerek merek sendiri, sehingga selain mengharumkan nama Indonesia di pentas bisnis global, juga mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
Nah, kisah-kisah seperti itulah yang akan Anda baca dalam Sajian Utama SWA kali ini. Mereka adalah jago ekspor yang telah membuktikan diri mampu bertarung dan menang di percaturan pasar global, sehingga layak mendapatkan Primaniyarta Award 2010, hasil kerja sama Majalah SWA dengan Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departemen Perdagangan RI. Penjuriannya melibatkan berbagai pihak: asosiasi bisnis, perbankan, asuransi, jurnalis, pakar hak cipta intelektual, praktisi bisnis senior dan akademisi. Adapun pemeringkatan pemenangnya dilakukan berdasarkan empat kategori: eksportir skala besar (PMA dan PMDN); eksportir yang sukses membangun merek global; eksportir UKM; eksportir kategori industri kreatif.
Dengan menguraikan secara detail langkah-langkah mereka sedari awal hingga menjadi eksportir jempolan, diharapkan semakin memacu gairah dan semangat para pengusaha Indonesia yang selama ini hanya sibuk berkutat menggarap pasar domestik yang belakangan cenderung jenuh.
Dorongan untuk ekspor jelas semakin relevan buat pengusaha kita saat ini. Sebab, fakta memperlihatkan bahwa kinerja ekspor nasional tahun ini (2010) diprediksi bakal menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Puncaknya Agustus lalu, ketika ekspor nonmigas Indonesia mencapai US$ 11,8 miliar. Penguatan kinerja ini didorong oleh meningkatnya ekspor produk industri sebesar 14,7% dari bulan sebelumnya, dan lebih tinggi 38% dibanding bulan yang sama tahun 2009. Sementara ekspor kumulatif nonmigas periode Januari-Agustus 2010 meningkat 36,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Jadi, tunggu apa lagi?
RIANA MEILIA WALAU BERAT NAMUN HASIL NYA SEPADAN DENGAN MUTIARA LOMBOK
Menjalankan sebuah bisnis memang dibutuhkan niat serta usaha. Seseorang tidak bisa setengah-setengah dalam menekuni bisnisnya. Seperti Riana Meilia, owner Lombok NTB Pearl, yang menghabiskan dua tahun waktunya untuk mempelajari seluk beluk mutiara sebelum terjun ke bisnis mutiara. “Pertama masuk ke bisnis mutiara biasa kualitas rendah dan mutiara setengah bulat,” ujarnya. Namun bisnis tersebut akhirnya tidak berjalan lama karena para pembelinya menginginkan mutiara berkualitas tinggi. Akhirnya setelah melakukan riset serta mempelajari mengenai mutiara, ia pun berlaih menekuni bisnis mutiara berkualitas tinggi sejak 10 tahun silam.
Inovasi dan kreativitas senantiasa dilakukan oleh Riana. Ibu tiga anak ini selalu membuat desain mutiara rancangannya dengan jumlah terbatas. “Saya belajar merancang secara otodidak, dan yang saya hasilkan adalah desain yang unik dengan jumlah terbatas agar ekslusif,” katanya. Karena selama ini yang bertugas mendesain perhiasan hanya dirinya, Riana tidak memungkiri jika jumlah produknya pun tidak terlalu banyak. Untuk membuat perhiasannya menjadi barang jadi yang dapat dipasarkan, Riana mempekerjakan beberapa pengrajin untuk membantunya. Selama ini, jumlah pengrajinnya tidak lebih dari sepuluh orang, namun menurutnya yang terpenting masing-masing dari mereka memiliki kemampuan yang handal.
Diakuinya, selain membuat desain perhiasan, tantangan yang selama ini juga dialaminya adalah kesulitan untuk mencari mutiara kualitas tinggi tersebut. “Untuk menemukan (mutiara kualitas tinggi) butuh usaha keras dan tekun,” ucapnya. Namun karena Riana sudah berkomitmen untuk terus menjalankan secara serius bisnis ini, ia pun menganggap semua tantangan yang berhasil dilaluinya akan memberi hasil yang sepadan. “Dari situ bisnis dapat berkembang,” imbuhnya.
Salah satu contoh inovasi produknya adalah penggunaan mutiara yang dikombinasikan dengan kulit kerang dan batu-batu alam.bukan hanya terkait mutiara tetapi juga kulit kerang yang dikombinasikan dengan mutiara atau dengan batu-batu alam. “Kulit kerang memiliki warna alami yang beragam dan menarik. Ini dapat dipadupadankan pula dengan batu-batu alam misalnya dari Kalimantan,” papar istri Nurjaya Aini Tasin. Guna meningkatkan nilai jual produk dagangannya, perhiasan yang didesain Riana terdapat pula dari bahan perak yang dilapis emas putih.
Strategi promosi juga cukup diperhatikan oleh Riana guna mendongkrak penjualan dan memperkenalkan produknya. “Saya rajin ikut pameran di luar Lombok, misalnya di Jakarta. Dan beberapa kali produk saya dibawa oleh penyelenggara (pameran) untuk dipamerkan di luar negeri. Produk saya saat ini sudah banyak pula yang dieksport, dikenal berkat pameran,” tuturnya. Pertama kali Riana mengikuti pameran di Jakarta adalah setahun setelah mantap menggeluti bisnis mutiara kualitas tinggi, yakni pada 2001. dalam pameran tersebut, produk yang dibawanya mendapat sambutan hangat dari penggemar perhiasan mutiara. Tahun lalu, kerajinan bros liontin capung karya Riana juga mendapatkan penghargaan ketika dipamerkan dalam Gelar Produk Kerajinan Indonesia yang berlangsung di Jakarta Convention Center untuk kategori Produk Kriya Potensi Ekspor
Mutiara laut yang dijual Riana bentuknya tidak bulat seperti mutiara pada umumnya. Ia mengatakan, bentuk mutiara laut bermacam-macam, tidak selalu bulat. “Dan mutiara itu tidak bisa diasah,” tegasnya. Untuk setiap produknya, Riana mematok tarif beragam mulai dari Rp 500.000 hingga ratusan juta. Semua bergantung pada modelnya, ukurannya, serta kualitasnya. Sampai dengan saat ini, Riana hanya memiliki satu showroom di Mataram Lombok, NTB dan belum berencana untuk membuka cabang lain. Ke depannya Riana berharap produknya akan lebih dikenal baik di dalam maupun di luar negeri.
SOSOK RUFI MEMBANGUN BISNIS ALAT KESEHATAN DARI NOL KINI OMSET NYA CAPAI RATUSAN MILIAR
Rufi Irman Susanto sukses menembus pasar alat kesehatan di Indonesia. Dari nol, PT Fondaco Mitratama yang dia bangun bersama dua temannya, kini beromset lebih dari Rp 100 miliar.
Jumat 31 Desember 1999, beberapa menit sebelum pergantian malam menuju milenium ketiga. Di sebuah ruko tiga lantai di Jl. Biak, Jakarta Pusat, Rufi Irman Susanto duduk dengan gelisah bersama beberapa karyawannya. Mereka menatapi beberapa telepon yang ada. Ketegangan makin mencekam saat jarum jam menunjukkan pukul 00:00, tanda tahun 2000 pertama terlewati. Ketika Jakarta dan seisi dunia berpesta, pria yang kala itu berusia 27 tahun itu, bersama karyawannya, serentak mengangkat gagang telepon dan menghubungi 20 rumah sakit yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. “Hasilnya aman, tidak ada peralatan kesehatan kami yang bermasalah karena millennium bugs,” ujarnya mengenang.
Itulah bukti komitmen Rufi terhadap kliennya, yakni rumah-rumah sakit yang telah memercayainya. Wajar jika Rufi sangat khawatir akan gangguan pada produknya. Pasalnya, di bisnis alat kesehatan, gangguan yang muncul bisa mengorbankan nyawa pasien. “Karena itu, kami sangat berkomitmen terhadap pelayanan dan layanan pascajual,” ujar pendiri, pemilik dan Presdir PT Fondaco Mitratama (FM), distributor alat kesehatan untuk bagian jantung, perlengkapan instalasi gawat darurat (IGD) dan kamar operasi, instrumen bedah dan juga alat peraga untuk pendidikan kesehatan.
Berkat keteguhan komitmen Rufi beserta mitra pendirinya – Franky Tan dan Tjandra Miharja – kini FM yang berawak 280 karyawan itu sukses menembus angka penjualan di atas Rp 100 miliar per tahun. Pertumbuhan perusahaan yang resmi berdiri pada 2005 (sebenarnya telah beroperasi sejak 1997) itu mencapai 20% setiap tahun. Jumlah kliennya kini mencapai 500 rumah sakit dan 300 klinik. Tak kurang dari 2.700 item alat kesehatan, mulai dari alat tes darah hingga CT Scan dan MRI dari 12 merek, didistribusikan FM. Merek yang diageni secara eksklusif antara lain General Electric (GE), Hamilton Medical, Abbot, LMA, SLE, dan Hamilton Vygon.
Padahal, dulu, saat merintis bisnisnya, Rufi sempat “berkantor” di salah satu kamar hotel di Surabaya. “Mau bagaimana lagi, perusahaan baru, dana terbatas, sementara saya harus memasuki pasar Surabaya, ya jadi ngantor di hotel, hahaha,” ujar Rufi mengenang perjuangan dia dan mitranya.
Memang, saat awal berdiri, segmen pasar alat medis yang disasar Rufi dkk. sudah dikuasai pemain besar. “Di antaranya, Philips berjaya menguasai pasar monitor, begitu pula di kategori lain dikuasai pemain besar lainnya,” tutur sarjana bisnis lulusan Saint Leo University, Florida, Amerika Serikat itu. Namun, saat itu Rufi melihat ada kelemahan pemain besar di bidang distributor alat kesehatan. “Mereka supermarket. Punya semua alat kesehatan tapi tidak tahu mengedukasi dokter tentang kualitasnya.”
Karena itu, Rufi memilih segmen yang cukup menguntungkan buat disasar. Ia pun mulai bergerilya mencari berbagai prinsipal yang memiliki produk yang baik, meskipun produk itu tidak murah dan belum dikenal di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Rufi mengikuti berbagai pameran alat kesehatan di AS dan Eropa di bidang jantung, perlengkapan IGD dan kamar operasi, instrumen bedah dan juga alat peraga untuk pendidikan kesehatan. “Bahkan, ketika itu, pameran pun saya pilih yang spesifik, seperti cardiology congress,” kata Rufi seraya memaparkan paradigmanya bahwa perusahaan yang bagus pastilah fokus di bidangnya.
Salah satu hasil buruannya adalah produk ventilator (alat bantu napas) merek Hamilton Medical asal Swiss. “It’s a very good product dengan mode adaptive support ventilation (ASV) yang bisa membantu otot paru-paru orang bernapas karena menempatkan alat sensornya di mulut,” ujarnya. Kini ASV adalah salah satu alat ventilator yang sangat besar penjualannya di Indonesia. Padahal, dulu produk ventilator dikuasai Siemens.
Rufi juga tak jenuh merayu para prinsipal di Singapura yang “menadahi” berbagai produk perusahaan-perusahaan AS. Contohnya alat diagnosis kardiologi buatan GE. Produk itu awalnya “ditahan” di Singapura, tidak masuk Indonesia. Alasannya, menurut Rufi, perusahaan di AS tidak mau tahu pasar Asia Tenggara hingga akhirnya semua pemasaran diserahkan ke Singapura untuk mengurusi semuanya. “Akhirnya, setelah saya yakinkan potensi pasar di Indonesia dan cara memasarkannya, mereka mau menyerahkan ke saya. I have a way to convince people,” ujar Rufi sambil tersenyum.
Setelah memegang beberapa merek dan produk, Rufi dkk. mulai menggarap pasar. Langkah pertama, mengontak para dokter untuk mengajarinya dunia kedokteran. “I’m very lucky. Ada a few good doctor di Surabaya yang mengajari saya dunia kedokteran,” ujarnya. Rufi sadar, sebagai perusahaan baru, ia harus memperkenalkan diri. Ia pun melakukan terobosan pemasaran dengan meminjamkan produknya ke berbagai rumah sakit untuk langsung dipakai pasien. Setelah berbagai demo, akhirnya banyak yang mulai percaya.
Rufi pun rajin mengedukasi pasar secara intens ke kalangan dokter di rumah-rumah sakit yang memakai produknya. “Saya lihat dokter perlu edukasi,” papar Rufi yang akhirnya mengirim beberapa dokter key opinion leader di Indonesia ke Swiss dan sebagainya untuk mempelajari teknologi alat kesehatan. Dalam pikirannya, jika dokter sudah paham peralatan berkualitas, mereka pasti akan memilih peralatan itu.
Tak ketinggalan berbagai pameran dan simposium digelar. Di antaranya, pameran alat-alat kesehatan IGD di Yogyakarta. Tak kurang dari empat simposium digelar setiap tahun. Belum lagi seminar kecil yang diadakan setiap bulan.
Demi meluaskan pasar dan kesiagaan layanan pascajual, FM juga membuka empat kantor cabang di Bandung, Surabaya dan Medan. “Salah satu faktor keunggulan kami adalah komitmen service 24 hours on call yang benar-benar kami wujudkan,” tutur Rufi. Jadi, kala itu hingga sekarang, setiap kali ada produk FM yang bermasalah, FM langsung menerjunkan teknisinya plus alat cadangan yang dipinjamkan ke klien. Jadi, ketika produk diperbaiki, klien tetap dapat menangani pasien. “Kini kami memiliki 70 teknisi yang tersebar di Jakarta dan kantor-kantor cabang.”
Hasilnya, tahun 1998, sebagai perusahaan baru, omsetnya sudah menembus Rp 30 miliar. Dan tahun 2001 FM berhasil meraih return on investment. “Terus terang, uang bukan tujuan. Sesuai misi kami, tujuan kami adalah helping you to save more lives,” kata Rufi seraya memaparkan prinsip bisnisnya yang selalu ingin membuat terobosan di industrinya.
Salah satu tonggak keberhasilan Rufi adalah ketika berhasil menembus pasar alat kardiologi dan ventilator di Surabaya pada 1998. “Saat itu Surabaya dikuasai merek lain,” ujarnya. Namun, bertepatan dengan momentum pembukaan dua rumah sakit besar, di antaranya RS Husada Utama, pihaknya berhasil memasukkan produknya. “Sejak itulah, Surabaya bisa dimasuki,” papar Rufi.
Perusahaannya pun terus berkembang hingga kini kantor pusatnya menempati sebuah gedung lima lantai seluas 2 ribu m2 di Jl. Taman Tanah Abang II, Jakarta Pusat. “Kini, produk-produk kami rata-rata berada di nomor satu atau dua di segmennya. Bohong kalau kompetitor tidak takut pada kami,” ujarnya sambil tersenyum kecil.
Berbagai pembenahan sistem manajemen pun terus dilakukan. Antara lain, menempatkan 6 manajer produk untuk menangani masing-masing kategori produknya, yakni produk kardiologi, monitoring, operating theatre, anestesi, area kritis dan ventilator. Ia juga menerapkan Oracle untuk meng-online-kan sistem penjualan. “Sekarang, data penjualan dan inventori di Jakarta bisa saya lihat seketika,” ujarnya. Ke depan, Rufi berharap bisa memasuki pasar manufaktur alat kesehatan. “Kini sedang dalam perencanaan.”
Uniknya, Rufi kini memasuki pula bisnis salon dengan mendirikan salon kelas atas Hair Studio Shunji Matsuo yang gerai pertamanya baru dibuka pada 1 Juni 2010 di Dharmawangsa Square lantai dua. “Seperti saya bilang, saya ingin membuat terobosan di setiap bisnis yang saya geluti.”
Di bisnis salon ini pun Rufi tidak main-main. Direncanakan, dalam lima tahun ke depan akan membuka 200 gerai. Karena itu, dia sudah menyiapkan lantai empat gedung kantornya untuk disulap menjadi akademi penata rambut. “I need my own army untuk menciptakan hair stylist bertaraf internasional,” katanya. Bahkan, Rufi berencana membuka SMK Hair Stylist.
Menanggapi bisnis Rufi, Sumardy, konsultan pemasaran dari Octovate, menjelaskan, bisnis Fondaco adalah business to business. “Karena itu, kuncinya terletak pada relationship dengan partner dan yang paling cocok adalah direct marketing. Rufi sudah tepat dalam hal pemasaran,” ujarnya. Sumardy melanjutkan, dengan kombinasi produk yang bagus dari prinsipal terpercaya, membuat FM memiliki kombinasi keunggulan yang baik.HARGA MINYAK DUNIA NAIK SETELAH AS MENAIKKAN STOK MINYAK NYA
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman November, melonjak 2,28 dolar menjadi ditutup pada 81,77 dolar per barel setelah jatuh 3,59 dolar pada Selasa dalam kejatuhan terbesar satu hari sejak awal Februari.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember melompat 2,50 dolar AS menjadi 83,60 dolar per barel. Kontrak jatuh 3,27 dolar pada Selasa.
Keuntungan muncul setelah Departemen Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah naik sedikit minggu lalu, sementara produk sulingan (destilat) menunjukkan penurunan lebih besar dari yang diperkirakan.
Stok minyak mentah naik 700.000 barel dari minggu sebelumnya menjadi 361,2 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Oktober kurang dari yang diperkirakan oleh sebagian besar analis, sedangkan persediaan bahan bakar distilat turun sebesar 2,2 juta barel.
"Beberapa melihat penurunan besar sebagai kesempatan untuk membeli. Itu sebabnya harga naik sedikit," kata Victor Shum, seorang analis di konsultan energi Purvin & Gertz.
"Koreksi dalam minyak pada hari Selasa adalah hasil dari langkah mengejutkan China untuk menaikkan suku bunga. Ketakutan adalah bahwa China akan memperlambat pertumbuhan ekonominya dan akan mengurangi pembelian komoditas dan segala sesuatu yang lainnya."
China pada Selasa menaikkan suku bunga seperempat poin untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun, yang mengguncang pasar global.
Shum mengatakan minyak diperkirakan pulih karena faktor-faktor yang mendorong harga di atas 80 dolar per barel tetap, termasuk ekspektasi umum pelemahan dalam dolar AS.
Pemogokan di Prancis yang mengancam melumpuhkan ekonomi, juga membantu mendorong harga minyak lebih tinggi karena aksi massa yang menyebabkan pasokan bahan bakar berkurang, Shum mengatakan.(*)
TIGA KEMENTRIAN DAN BPK TERIMA CPNS CARA PENDAFTARAN NYA BACA BERITA INI
Pendaftaran Bisa via Online dan Kantor Pos
JAMBI - Ini kabar gembira bagi pencari kerja di Jambi. Saat ini, tiga Kementerian Republik Indonesia (RI) membuka lowongan CPNS bagi seluruh warga Indonesia. Ketiga kementerian itu, yakni Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Sedangkan, untuk penerimaan CPNS di Kemenbudpar RI, lamaran dapat dikirimkan via pos dengan tujuan Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi Kemenbudpar RI, Jalan Medan Merdeka Barat, Nomor 17, Jakarta Pusat. Selain itu, informasi lowongan CPNS Kemenbudpar RI ini juga dapat diakses melalui website www.budpar.go.id.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Jambi Abu Sucamah dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi Didi Wurjanto, membenarkan adanya penerimaan CPNS di dua kementerian tersebut. Namun, menurut dia, penerimaan CPNS yang diumumkan dari pusat tersebut tidak diteruskan di instansi di tingkat provinsi.
“Kita tidak ada menerima pengumuman tersebut. Namun, bila telah ada di internet, itu berarti dapat diakses siapa saja, dan dapat langsung mengikuti prosedurnya,” kata Abu Sucamah.
Kepala Disbudpar Provinsi Jambi Didi Wurjanto mengatakan hal senada. Menurut dia, penerimaan CPNS dari pusat itu tentunya berbeda dengan penerimaan CPNS yang dilakukan Disbudpar Provinsi Jambi sendiri. “Rekrutmen dari dinas (Disbudpar), masih ditangani oleh Pemprov Jambi (BKD Provinsi Jambi),” kata Didi.
Pendaftaran CPNS di Kementan RI dimulai 14-21 Oktober pada pukul 10.00 secara online via website. Lalu, penerimaan CPNS di Kementerian PU RI dibuka mulai hari ini 18 - 31 Oktober, juga via website. Sementara itu, berkas lamaran CPNS di Kemenbudpar dapat dikirim melalui pos dengan alamat Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi Kemenbudpar RI, pada 26, 27, 28 Oktober, pukul 08-12.00.
Penerimaan CPNS di Kemenbudpar membutuhkan lulusan dari D-III, D-IV, dan S-1. Untuk penerimaan CPNS Kementan RI menerima lulusan S-2, dan SMK Jurusan Pertanian. Sedangkan penerimaan CPNS Kementan RI menerima lulusan dari D-III, D-IV, S-1, dan S-2.
Syarat umum, WNI yang memiliki kualifikasi pendidikan (jenjang dan jurusan) sesuai formasi yang dibutuhkan, usia minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun. Kemudian, sehat jasmani dan rohani, tidak terikat kerja/ikatan dinas dengan instansi pemerintah dan badan swasta lainnya. Tidak terlibat langsung dengan organisasi yang bertentangan dengan pancasila, UUD 1945, Negara, dan Pemerintah (PUNP), tidak pernah tersangkut pidana, atau kasus narkoba.
Selain itu juga ada persyaratan melengkapi berkas SKCK, dan dapat mengoperasikan beberapa komputer. Syarat khusus lainnya, di antaranya lulus tes TOEFL yang akan diutamakan dari berkas lamaran. Mengenai syarat lengkapnya dapat dapat diakses melalui internet dalam informasi lowongan CPNS itu.
Penempatan CPNS tersebut, telah ditetapkan oleh pusat sesuai dengan formasi penempatannya di seluruh Indonesia.
Selain tiga kementerian, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia juga membuka lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) golongan III dan II bagi sarjana (S-1), Diploma III dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk ditempatkan pada kantor pusat atau kantor perwakilan BPK RI Seluruh Indonesia.
Formasi yang dibutuhkan BPK RI untuk sarjana adalah, S-1 Akutansi, Manajemen, Ekonomi Studi Pembangunan, Ilmu Komunikasi, Hukum, Administrasi Negara, Sastra Indonesia, dan Sastra Inggris. Lalu, Statistik, Agribisnis, Teknik Komputer/Informatika, Teknik Sipil, Teknik Pertambangan/Geologi, Teknik Industri, Kehutanan Kelautan, Teknik Kimia dan S-1 Teknik Lingkungan.
Kemudian untuk D-III adalah, D-III Adminstrasi/Manajemen/Sekretaris, Teknik Elektro/Mesin, Ilmu Perpustakaan/Kearsipan, Akuntansi dan DIII komputer. Sedangkan untuk SMK adalah SMK jurusan Administrasi/Manajemen dan SMK jurusan Teknik Elektro/Mesin.
Untuk persyaratan akademis S-1 dan D-III, adalah lulusan perguruan tinggi yang terakreditasi Badan Akreditasi Nasional dengan kategori A dengan IPK minimal 3,00. Sementara itu persyaratan akademis untuk lulusan SMK, memiliki surat hasil ujian nasional dengan nilai masing-masing mata pelajaran. Di antaranya Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris lebih dari atau sama dengan 7,00.
Persyaratan lainnya untuk S-1, adalah berusia setinggi-tingginya 32 tahun per tanggal 1 Mei 2011 dan berusia setinggi-tingginya 25 tahun per tanggal 1 Mei 2011 untuk D-III. Untuk SMK, berusia setinggi-tingginya 22 tahun dan serendah-rendahnya 18 tahun per 1 Januari 2011.
Cara pendaftaran CPNS BPK RI ini adalah dengan mengisi formulir lamaran yang tersedia secara online pada laman CPNS BPK RI http://cpns.bpk.go.id mulai tanggal 14 hingga 18 oktober 2010. Kemudian mengirim berkas lamaran yang dilampiri print out bukti registrasi pendaftaran dan diterima pantia paling lambat 23 oktober 2010. Berkas lamaran ditujukan pada panitia penerimaan CPNS BPK RI Po box 1401 JKP 10210.