21 Oktober 2010

KAMPUNG GAJAH DEBUT PUTRA MAHKOTA

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah, ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu. Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom.Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesar,” ujar Jeffry., Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton. Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan, katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. Ini tantangan besar buat saya,tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,” imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini. Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian.Kampung Gajah, Debut Sang Putra Mahkota

Tuesday, June 15th, 2010
oleh : Henni T. Soelaeman


Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. “Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah,” ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu. Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom. “Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesar,” ujar Jeffry., Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton.Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. “Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan,” katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. “Ini tantangan besar buat saya,” tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. “Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,” imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini.

Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian. “Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,” kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah. “Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun. Times New Roman,serif;">Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah. “Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut,” kata Jeffry.

Times New Roman,serif;">Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini. Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. “Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,” katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,” sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut. Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,” katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,” katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,” ucap pehobi nonton film ini.

Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. “Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besarkata Jahja.

Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. Banyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!

Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,” kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah.


Jangan membayangkan segerombolan gajah berkeliaran ketika menyebut Kampung Gajah di kawasan Bandung Utara, atau tepatnya di Jalan Sersan Bajuri, sekitar 3,8 km dari Terminal Ledeng. Di kawasan wisata ini, yang ada adalah keelokan panorama Bandung dengan lembah dan pegunungan bak lukisan. Berada di atas ketinggian 900 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 180 derajat, sejauh mata memandang, hamparan alam nan hijau terbentang menakjubkan. Karena ada beberapa patung gajah di depan pintu masuk, ya akhirnya kami namakan Kampung Gajah,ungkap Jeffry Kurniawan, Presiden Direktur PT Cahaya Adipura Sentosa, pemilik dan pengelola kawasan wisata Kampung Gajah yang beroperasi sejak akhir tahun lalu.

Mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, boleh dibilang Kampung Gajah tengah hipsebagai destinasi. Tak semata menyuguhkan keindahan alam terbuka dengan kesejukan udara pegunungan, Kampung Gajah memiliki sarana wisata yang lengkap, mulai dari ATV cross, mini moto, Segway Eco Ride, children playground, buggy, kuda tunggang, sepeda tandem, minibecak, delman limousin, joging track, arung jeram, sky riders, Luge hingga waterboom. Ini kawasan wisata dan outboundterlengkap dan terbesarujar Jeffry.

Untuk kuliner, Jeffry menggandeng mitra. Saat ini ada 30 tenantyang siap memanjakan lidah para pengunjung dengan berbagai makanan Barat dan masakan Sunda. Pihaknya menyediakan kafe dan resto dengan berbagai hidangan, seperti fish thai mango, oxtail, hot chicken spicy, iga bakar rica, iga bakar soya dan sosis bakar/goreng. Sementara untuk wisata belanja, Jeffry mengembangkan factory outletyang juga menggandeng mitra, tetapi dengan sistem konsinyasi. Untuk melengkapi sarana, ia juga tengah mengembangkan convention hall bisa dipakai untuk pesta pernikahan yang bisa menampung sekitar seribu undangan. Tempat ini juga dirancang untuk pertunjukan musik yang bisa menampung 3-4 ribu penonton.

Kampung Gajah berdiri di atas lahan 58 hektare dan telah mengantongi izin pengembangan sampai 200 ha. Ini jelas proyek besar dan prestisius. Menurut seorang sumber SWA, investasi yang digelontorkan untuk membangun proyek ini hampir Rp 800 miliar. Jeffry hanya menjawab dengan senyum ketika ditanya ihwal investasi tersebut. Wah, soal angka itu rahasia dapur perusahaan,” katanya berkilah. Yang pasti, Kampung Gajah merupakan karya besar sekaligus pergulatan awalnya sebagai pengusaha. “Ini tantangan besar buat saya,” tutur kelahiran Bandung, 12 Mei 1977, ini. Boleh dibilang, Jeffry tak mengantongi pengalaman di bisnis wisata. Namun, sang ayah, Ferry Kurniawan, memercayakan proyek besar ini di tangan anak ketiganya itu. “Kepercayaan yang diberikan kepada saya ini adalah sebuah tanggung jawab besar, saya tak boleh menyia-nyiakan,” imbuh sarjana hukum lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini.

Sang ayah memang tidak melepasnya ke medan pertempuran sendirian. Beliau tetap memonitor, kami juga hampir setiap hari berdiskusi,kata Jeffry. Ayahnya yang notabene pengusaha kawakan di Kota Kembang juga menyertakan staf seniornya untuk membimbing Jeffry. Diakui anak ketiga dari enam bersaudara ini, dukungan staf senior ayahnya sangat membantu dirinya dalam mengelola Kampung Gajah. “Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun.

Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah. “Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut kata Jeffry.

Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini.

Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,” sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut. Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,” katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,” katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,” ucap pehobi nonton film ini. Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. “Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besar kata Jahja.

Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. œBanyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip , katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!Saya banyak belajar. Buat saya, ini ibarat saya sekolah lagi, proses pembelajarannya langsung terjun.” Jeffry menjelaskan, awalnya kawasan Kampung Gajah dikenal sebagai Century Hills, kawasan hunian eksklusif dengan konsep resor. Tahun 2004, ayahnya mengambil alih kepemilikan Century Hills. Dalam perjalanannya, Ferry ternyata lebih tertarik mengembangkannya sebagai kawasan wisata terpadu. Pada Oktober 2009, dibuatlah konsep wisata, kuliner dan belanja dengan nama Kampung Gajah.Idenya datang dari ayah saya, kemudian kami mendiskusikannya intens dan ayah menunjuk saya untuk mengeksekusi ide dan konsep tersebut kata Jeffry. Menurutnya, sebagai sebuah destinasi wisata, Bandung belum memiliki kawasan wisata yang menyediakan fasilitas permainan dan outbound yang lengkap. Karena itu, pihaknya tak tanggung-tanggung menghadirkan berbagai sarana permainan yang baru pertama kali ada di Bandung: Segway, Luge, Sky Rider-430 meter (terpanjang di Indonesia) dan waterboom terbesar yang bisa menampung 5-10 ribu orang. Waterboom yang berada di antara lembah-lembah ini direncakan selesai dan bisa beroperasi akhir tahun ini. Tak pelak, didukung sarana bermain yang lengkap itu, Kampung Gajah yang baru beroperasi beberapa bulan mampu menyedot ribuan pengunjung. Setiap Sabtu dan Minggu, Kampung Gajah bisa menyedot 8 ribu pengunjung. Padahal, setiap permainan dibanderol Rp 25-150 ribu. Untuk masuknya sendiri hanya dikenakan biaya parkir. Sayang, Jeffry tak mau bicara soal omset. “Perkembangannya memang di luar ekspektasi kami, ini luar biasa,” katanya semringah. “Ini hasil kerja keras tim,” sambung Jeffry yang setiap hari menghabiskan waktu di Kampung Gajah untuk memonitor dan menjalankan operasional kawasan wisata tersebut.Times New Roman,serif;">Pemilik tubuh atletis yang sudah menikah ini mengaku begitu exciting membangun dan mengelola Kampung Gajah. Ia merasa sangat ditempa menjadi entrepreneur. Pengalaman berinteraksi dengan sekitar 100 karyawan yang memiliki berbagai karakter membuatnya belajar banyak tentang pengelolaan manajemen SDM. “Ini benar-benar pengalaman berharga buat saya,” katanya. Ia merasa dengan kepercayaan yang diberikan sang ayah, jiwa enterpreneurship-nya makin terasah. “Ini modal saya ke depan untuk bisa membangun bisnis sendiri,” katanya. Menurutnya, meski ayahnya memercayakan bisnis besar kepadanya, impiannya membangun kerajaan bisnis sendiri tak pupus. “Bidangnya bisa macam-macam, banyak yang ingin saya tekuni,” ucap pehobi nonton film ini. Melihat kiprah Jeffry sebagai pendatang baru di bisnis wisata, pengamat bisnis Jahja B. Soenarjo menyarankan agar Jeffry bisa lebih banyak belajar kembali pada para senior berpengalaman yang biasa mengembangkan bisnis semacam Kampung Gajah. Ini untuk meredam agresivitas semangat entrepreneurshipdan jiwa muda, mengingat Kampung Gajah adalah sebuah proyek yang sangat luas dan tentu menelan biaya investasi yang cukup besar,” kata Jahja.Selain itu, mengingat sudah begitu banyak kawasan wisata di Bandung, Jahja menegaskan bahwa Jeffry harus benar-benar bisa menciptakan diferensiasinya sehingga Kampung Gajah kelak tidak hanya menjadi tempat wisata yang hip ramai dikunjungi wisatawan, setelah itu meredup. Banyak tempat wisata di Bandung yang mengalami keramaian dalam beberapa waktu kemudian meredup atau biasa-biasa saja setelah lewat masanya, karena tergantikan tempat wisata yang lebih hip katanya. Inilah tantangan yang sesungguhnya buat Jeffry!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA