21 Oktober 2010

ANDI SUFARIYANTO SUDAH SUKSES DI USIA MUDA DAN PENSIUN UMUR 33 TAHUN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.


Terlanjur nyemplung dan sekalian basah. Itulah yang dialami Andi Sufariyanto, CEO Natural Body Care Pourvous. Sejak masih duduk di bangku kuliah tahun ke-2, Andi menjalankan bisnis awalnya dengan bermodalkan uang Rp 250.000. “Jadi (tahun) 99 saya mulai, mengalami pasang surut, dan baru lumayan pada 1995,” katanya. Sekurangnya ada tujuh janis usaha yang dilakoninya sebelum merintis usaha produk perawatan tubuh. “Pertama jual beli hp, lalu servis hp, cuci mobil, menjual barang serba lima ribu, bisnis software, aksesoris, dan desain,” papar Andi.

Pada September 2007 Andi pun memulai bisnis besarnya ini. “Awalnya dari pesanan, kita nemu orang yang memang butuh produk perawatan untuk pernikahan dia, kebetulan saya searching di database saya, saya punya orang yang bisa bikin. Jadi saya makelar di tengah-tengah,” Andi menuturkan. Setelah jalan, Andi pun mencari tahu melalui internet serta media lain bahwa pasar untuk produk kosmetik yang natural sangat besar. “Di internasional sudah billion, sangat besar,” tegasnya. Berawal dari peluang tersebut, Andi yang sudah memiliki modal dari bisnis-bisnis kecil sebelumnya mulai menggarap bisnis barunya dengan serius.

Pourvous berasal dari bahasa Prancis yang berarti “untuk kamu”. Produk Pourvous sendiri ditujukan bagi perempuan dengan usia di atas 20 tahun. Terdapat berbagai varian yang tersedia, di antaranya body lotion, body butter, foot treatment, massage oil, firming series, shower gel, aromatic pillow, dan teh untuk dikonsumsi. Selama tiga tahun berjalan, produksi untuk satu varian mencapai 2.000 per bulan.

Distribusi produk ini sudah hampir mencapai seluruh kota besar di Indonesia. Selama ini Andi menjual produkny asecara online serta melalui beberapa distributor. “Untuk saat ini kita mencoba sistem outlet. Kita barusan mendirikan outlet di Surabaya, di Tunjungan Plaza,” ujar kelahiran 8 Juli 1981 ini. Beberapa varian Pourvous juga sudah pernah diekspor ke Manila sebanyak dua kali. Menurut Andi, saat ini pihaknya sedang mempelajari ritme bisnis ritel kosmetik yang telah berdiri di Surabaya. “Setelah ritme dapat, kita akan buka (outlet) di Jakarta,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa mereka telah mendapat tawaran dari Pasaraya Grande dan Alun-Alun Grand indonesia. “Tawarannya di-postpone dulu,” kata Andi lagi.

Dengan status sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM), Andi mengakui beberapa kendala yang selama ini dihadapinya. Ia mengatakan, kesulitan utama adalah proses perizinan. Tidak hanya biaya, namun dibutuhkan pula waktu untuk memprosesnya. “Misalnya dapat sertifikat halal, GMP, SNI,” tukasnya. Ia menambahkan, proses perizinan tersebut berkaitan dengan jumlah barang yang akan diproduksi. “Untuk produksi kita bicara untuk produksi per termin, tidak bisa sedikit-sedikit” tandasnya.

Selain Pourvous, di bawah PT Adila Imperium buatan Andi, terdapat pula virtual office. Virtual office berfungsi membantu sebuah kantor dalam menjalankan bisnisnya, sehingga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan. “Virtual office kita segmennya lebih ke ukm, targetnya supaya ukm bisa terakselerasi dengan tidak terbebani biaya operasional bulanan. Karena itu tidak seperti virtual office lainnya yang berada di building, kita ini berada di ruko,” papar Andi.

Setelah melalui perjuangan panjang hingga mencapai tahap sekarang ini, Andi merasa bersyukur dirinya tidak memiliki keinginan untuk bekerja kantoran. Dikemukakannya, ia telah berjani pada dirinya sendiri dan juga ingin membuktikan kepada temannya bahwa ia dapat pensiun dari pekerjaan di umur 33. “Saya terlanjur koar-koar kepada teman-teman bahwa saya tidak mau bekerja kantoran. Dan saya ingin buktikan kepada teman saya, di umur 33 sudah bisa pensiun. Pensiun dalam artian, kerja itu merupakan apa yang ingin dilakukan, bukan yang harus dilakukan,” ucap lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Surabaya ini.

Dukungan orang tua sebenarnya kurang dirasakan oleh Andi. “Kedua orang tua saya tidak berbisnis, mereka bekerja dua-duanya. Jadi didukung tidak, dikekang juga tidak,” imbuhnya. Namun, yang dilakukan Andi untuk mengubah kedua orang tuanya dari yang semula abstain menjadi dukungan adalah dengan melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan seorang anak saat berkuliah yakni berprestasi baik. “Saat kuliah saya pintar bagi-bai waktu, supaya dapat nilai bagus. Kalau nilai sudah bagus orang tua pun tidak akan melarang kita melakukan kegiatan lain seperti misalnya bisnis,” ungkapnya.

Andi pun membagi rahasia suksesnya dalam berkarier menjadi wirausahawan muda. Untuk menjadi sukses diperlukan skill, knowledge dan network. “Skill adalah apa yang kita lalui, knowledge adalah apa yang kita pelajari, dan network adalah siapa yang kita kenal. Modal itu nomor sekian,” katanya. Ke depannya, ia berharap produk kosmetik Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri sekaligus dapat berbicara di pasar global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA