INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.
Connect Now
Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
Bersama Joseph Kristofel (Associate Research Manager, MarkPlus Insight)
Dari waktu ke waktu, selalu ada trend yang terbentuk. Dari sekian banyak trend, yang mungkin sering kita lihat, adalah trend fashion, trend gaya hidup, trend gaya rambut, trend gaya bicara dan masih banyak lagi.
Bila kita cermati, yang paling cepat dalam menerima dan mengadopsi sebuah trend baru, umumnya dari kalangan anak muda. Fakta ini, bukan baru muncul sekarang, tapi sejak jaman lampau memang sudah demikian adanya. Secara alami, anak muda cepat dalam meresponi hal-hal baru.
Bila melihat trend fashion yang banyak diikuti saat ini, mungkin bagi kalangan “senior” agak menggelikan. Misalnya gaya rambut mohawk, yang jabrik berdiri, gaya rambut kribo, gaya rambut emo. Semua gaya rambut ini, bagi anak muda dianggap keren, modern, terdepan, tapi bagi yang sudah senior, dianggap acak-acakan dan tidak rapi.
Contoh lain yang lebih “gila”, demi mengikuti trend, anak muda rela pakai celana longgar hampir melorot, sambil memamerkan celana boxernya. Yang lain lagi sedang gandrung dengan celana
skinny, yang kadangkala sama sekali tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya.
Semua contoh “pengorbanan” yang dilakukan oleh anak muda ini adalah demi mendapatkan pengakuan selalu terdepan dalam fashion. Lebih baik bagi mereka kelihatan aneh dan menikmati ketidaknyamanan, dibandingkan harus menerima predikat “
out of date”, alias kuno alias jadul dari komunitas mereka.
Dari hasil riset Markplus Insight di enam kota besar Indonesia, ada beberapa trend yang sedang diikuti anak muda dari kelas sosial A dan B saat ini, mulai dari yang tertinggi adalah
facebook, kemudian diikuti oleh trend fashion, trend gaya rambut, trend HP Blackberry, trend warna rambut dan beberapa trend lainnya.
Saat kami melihat temuan riset ini, dan mendapati bahwa fashion, gaya rambut dan warna rambut menjadi trend, bukanlah fakta yang mengherankan. Tapi yang menarik disini adalah fakta bahwa platform sosial media
facebook dan
handphone Blackberry pun termasuk bagian dari trend di kalangan anak muda.
Artinya dua hal tersebut diakui oleh anak muda sebagai media yang dapat menunjukkan “keterdepanan” mereka. Bahkan dalam sebuah Focus Group Disscusion, mereka sebutkan bahwa facebook dan Blackberry menjadi bagian yang penting bagi mereka, “hari gini ngga facebookan mah, nggak
exist mas......” sementara yang lain mengatakan ”bila ketemu temen baru, biasanya nanyanya PIN BB mas, kalau saya nggak punya, malu juga, kan semua orang pake BB”
Anak muda rela berkorban supaya dibilang trendy. Semakin jelas bahwa anak muda tidak ingin tertinggal, tetapi ingin mendapat pengakuan terdepan. Bahkan sering kali, keinginan untuk mendapatkan pengakuan ini, tersirat dari sikap atau ucapan mereka.
Bukankah sering, ketika kita membahas trend tertentu, kemudian salah satu teman kita dikalangan anak muda, bilang ”Wah kemana aja Loe? baru pake sekarang, gua sih udah pake dari tahun kemarin.”
Hasrat anak muda untuk selalu terdepan atau setidaknya dianggap terdepan, membentuk sebuah simbiosis mutualisme antara anak muda dan para trendsetter.
Trendsetter membutuhkan anak muda, yang memiliki sifat responsif terhadap hal-hal baru, untuk menjadi “
early adopter” dari ide-ide dan arah yang mereka buat. Sementara anak muda, membutuhkan trend agar mereka bisa menjadi “early adopter” dan selalu dianggap terdepan.
Bila para pemasar jeli melihat fakta ini, tentu akan menyadari betapa besarnya potensi menggarap pasar anak muda, bila dilakukan dengan strategi yang tepat.
-------------------
Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 800 responden anak muda di 6 kota besar di Indonesia, SES A-B, Umur 16-35, yang dilakukan bulan Februari-Maret 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.
Tulisan 9 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh