30 Januari 2011
PT MARTINA BERTO BANGUN PABRIK 135 MILIAR 10 HEKTAR
INDONESIA PLASA
Jakarta, 30/1
PT Martina Berto Tbk (MBTO) tengah merencanakan pembangunan pabrik herbal diatas lahan seluas 10 hektar pada semester kedua 2011 dengan nilai investasi senilai Rp130 miliar di daerah kawasan industri Cikarang, Jawa Barat.
"Pabrik herbal ini pada semester kedua tahun ini baru dimulai pembuatannya, kita ada 10 hektar, 6 hektar untuk pabrik dan sisa lahannya dibangun kampoeng Djamu Organik yang isinya berbagai macam tumbuhan herbal," kata Direktur Utama MBTO, Bryan Tilaar saat kunjungan Kampoeng Djamu Organik (KaDO) di Cikarang, Kemarin.
Ia menambahkan, perusahaan ingin menciptakan konsep `green plant` sesuai dengan visi perusahaan yang berorientasi sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan.
Pembangunan pabrik herbal ini, lanjut dia, melibatkan sejumlah universitas-universitas yang berorientasi pada herbal untuk memaksimalkan mengenai riset tentang obat herbal dan hasilnya akan dimanfaatkan bersama.
"Saat ini belum banyak riset-riset mengenai obat herbal yang belum dapat dimaksimalkan maka dari itu, kita bekerjasama salah satunya dengan universitas Andalas," kata dia.
Ia memaparkan, obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam dan benar-benar bebas dari semua jenis efek samping.
Pada kesempatan itu, dihadiri pula Rektor Universitas Andalas (Unand) Musliar Kasim, dan segenap jajaran direksi perusahaan yang tergabung dalam Martha Tilaar Group.
Bryan menambahkan, Riset yang dilakukan Perusahaan yakni dengan budidaya obat dengan membangun sebuah pusat pelatihan tanaman organik dikawasan cikarang, Jawa Barat.
Martina Berto, kata dia, telah menganggarkan 2 persen dananya dari hasil penjualan pada 2011 untuk mengembangkan produk dan riset (Riset and develovment) atau sekitar 6 miliar hingga 13 miliar.
Bryan menganalogikan kerja herbal dengan filosofi tukang pos. Tanaman herbal akan mengirim khasiat ke organ yang membutuhkan saja, sementara organ yang tidak membutuhkan tidak akan dimasuki.
"Kelebihan akan langsung dibuang melalui saluran pembuangan. Tidak akan tersimpan," ujarnya.
Jumlah tersebut, lanjut dia, rencananya difokuskan untuk melakukan penelitian demi mengembangkan item baru dari setiap merek produk perusahaan.
"Itu kami lakukan rutin setiap tahun dan kini lebih kita perluas dengan menggandeng beberapa kalangan akademisi dan universitas," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Martina Berto, Kilala Tilaar mengatakan setidaknya akan ada delapan macam jenis produk baru di 2011, mulai dari merek Sari ayu, Caring, PAC Martha tilaar, puspita Martha, Belia, Cempaka, Biokos dan Mirabella Cosmetic.
Dari seluruh item produk terbaru tersebut, kata dia, diharapkan dapat menyumbang 5 persen dari total penjualan perseroan senilai Rp664 miliar target yang ingin dicapai di tahun 2011.
"Jadi setiap tahun pasti ada produk baru," ujarnya.
Ia mengatakan, hingga saat ini sudah ada sekitar 600 tanaman obat yang ditanam dari total 650 tanaman obat yang ditanam di Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan tanaman obat yang langka dan hampir punah seperti Kay Rapat, Ngasari, Lobi-lobi, Kay garu, dan kayu ules.
Seperti diketahui, PT Martina Berto Tbk (MBTO) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada, (Kamis, 13/1) dan di catat di papan pengembangan bursa.
Perseroan melepas 355 juta saham ke publik dan memperoleh dana dari hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp262,700 miliar.
Dana hasil dari IPO sebesar 50 persen akan dipergunakan untuk pembangunan pabrik baru di Cikarang dan penambahan kapasitas, modernisasi mesin, peralatan serta utilitas. Sekitar 20 persen untuk pembayaran hutang di bank. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan.
Pada 2010 lalu, perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp574,773 miliar dengan beban usaha Rp258,118 miliar, dan laba bersih senilai Rp36,665 miliar.
PENGUSAHA DUNIA BELUM BEGITU KENAL BAIK INDONESIA
INDONESIA PLASA
Pengusaha Dunia Belum Kenal Baik Indonesia
Minggu, 30 Januari 2011 06:24 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tadi pagi misalnya saya bertemu dengan komunitas bisnis internasional, mereka mengatakan sepertinya Indonesia belum diketahui secara luas seperti India dan China. Persepsi, citra, berita dari Indonesia menurut mereka belum sepenuhnya diketahui dan ditangkap oleh masyarakat internasional
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia belum dikenal secara baik seperti halnya India dan China oleh para pengusaha Dunia.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu Kompleks Bandara Internasional Zurich, Swiss, sebelum kembali ke tanah air pada Sabtu sore, Presiden mengatakan para pengusaha dunia yang ditemuinya selama menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos pada 27-28 Januari 2011 mengaku belum memiliki pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang Indonesia.
"Tadi pagi misalnya saya bertemu dengan komunitas bisnis internasional, mereka mengatakan sepertinya Indonesia belum diketahui secara luas seperti India dan China. Persepsi, citra, berita dari Indonesia menurut mereka belum sepenuhnya diketahui dan ditangkap oleh masyarakat internasional," tuturnya.
Karena itu, Presiden mengatakan, kehadirannya di WEF juga digunakan sebagai kesempatan untuk menjelaskan kepada kalangan bisnis dunia tentang kondisi Indonesia.
Kepada para pengusaha dunia itu, Kepala Negara mengaku memberi penjelasan apa adanya tentang Indonesia seperti kemajuan yang telah dicapai di segala bidang beserta berbagai persoalan yang masih harus diselesaikan oleh pemerintah antara lain memperbaiki iklim usaha, memastikan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang harus terus menerus dilakukan.
"Jangan ditutup-tutupi, biar dunia tahu kita masih melakukan perbaikan. Sebagian hasilnya nyata, sebagian lagi masih diupayakan," ujarnya.
Menurut Presiden, para pengusaha dunia yang diberi penjelasan langsung tentang Indonesia oleh kepala negara menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia.
"Semakin mengetahui tentang Indonesia, semakin ingin mereka bekerja sama dan bermitra dengan kita. Apalagi mereka berasal dari negara-negara maju maka manfaatnya bisa kita dapatkan," katanya.
Presiden juga mengaku, banyak pengusaha yang mengatakan langsung kepadanya bahwa mereka sudah berinvestasi dan ingin menambah lagi investasinya dan yang belum nampaknya ingin datang ke Indonesia.
"Saya sambut itu kalau betul-betul bisa meningkatkan benefit untuk kita," tuturnya.
Para pengusaha dunia itu, menurut Presiden, saat ini sudah tahu bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah peringkat ketiga di Asia setelah China dan India dengan kapasitas ekonomi yang semakin besar dan kuat.
Presiden Yudhoyono mengatakan kehadirannya di forum WEF juga mengemban tanggung jawab moral sebagai Ketua ASEAN guna menjelaskan kepada dunia bahwa Indonesia dan kawasan Asia Tenggara juga berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Asia.
"Sebagai Ketua ASEAN saya punya kewajiban moral untuk kasih tahu dunia bahwa Indonesia dan ASEAN adalah kawasan yang bertumbuh dan patut bermitra dengan mereka," katanya.
Presiden Yudhoyono juga memanfaatkan kehadirannya di WEF untuk mengundang para pengusaha dunia menghadiri WEF Asia timur yang digelar di Indonesia pada Juli 2011.
Keberhasilan penyelenggaraan WEF Asia Timur di Jakarta nanti, menurut dia, akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia untuk menambah jaringan kepada dunia usaha internasional agar peluang peningkatan investasi semakin terbuka.
Terinspirasi oleh penyelenggaraan WEF setiap tahun di Davos yang dipandang sebagai ajang bergengsi berkumpulnya para pengusaha dunia, Presiden pun mengutarakan idenya untuk menggelar forum serupa di Indonesia dalam bidang kebudayaan.
"Dengan demikian Indonesia akan berperan dalam jalinan kerja sama global. Ini pikiran saya mudah-mudahan bisa dimatangkan. Ini untuk kepentingan bangsa kita sendiri," demikian Presiden.
Zurich (ANTARA News) - Pemerintah terus memantau harga-harga komoditas pangan dalam beberapa bulan kedepan agar kenaikan harga tidak wajar yang bisa menyulitkan ekonomi masyarakat dapat segera diketahui.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu kompleks Bandara Internasional Zurich sebelum kembali ke tanah air pada Sabtu sore, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pemerintah juga ingin memastikan ketersediaan bahan pangan dengan harga terjangkau terkait dengan lonjakan harga pangan di dunia yang telah mengakibatkan inflasi global.
"Pada tingkat regional kita ingin memastikan daerah-daerah kita yang memproduksi beras tidak gagal. Itu juga salah satu upaya dalam negeri bagaimana menghadapi kenaikan pangan ini terus terjadi. Program stabilisasi juga dilakukan, kita lihat nanti mana komoditas yang bulan-bulan ke depan kenaikannya tidak wajar," jelasnya.
Pemerintah, lanjut Presiden, juga telah menyiapkan beberapa kebijakan seperti inisiatif fiskal, operasi pasar, maupun melalui mekanisme ekspor dan impor apabila lonjakan harga pangan terus terjadi sehingga harga di tingkat masyarakat masih bisa terjangkau.
Apabila diperlukan, Presiden juga akan mengajak dunia usaha untuk membantu masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau bina lingkungan.
"Ada juga rencana kontigensi akhir manakala harga-harga memberatkan rakyat tentu akan saya pikirkan inisiatif dengan anggaran kita dan berjuang ke DPR apabila harga pangan sungguh memberatkan warga," katanya.
Presiden pun berharap secara global negara-negara di dunia dapat merumuskan kebijakan guna meredam lonjakan harga pangan agar negara pengekspor pangan tidak secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya yang bisa mengancam ketahanan pangan negara lain.
Masalah kenaikan harga pangan dan ketersediaan pangan dunia menjadi salah satu sorotan dalam diskusi utama bertema redefinisi pembangunan berkelanjutan yang dibuka oleh pidato Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon dan dihadiri juga oleh Presiden Yudhoyono sebagai panelis.
Pengusaha Dunia Belum Kenal Baik Indonesia
Minggu, 30 Januari 2011 06:24 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tadi pagi misalnya saya bertemu dengan komunitas bisnis internasional, mereka mengatakan sepertinya Indonesia belum diketahui secara luas seperti India dan China. Persepsi, citra, berita dari Indonesia menurut mereka belum sepenuhnya diketahui dan ditangkap oleh masyarakat internasional
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia belum dikenal secara baik seperti halnya India dan China oleh para pengusaha Dunia.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu Kompleks Bandara Internasional Zurich, Swiss, sebelum kembali ke tanah air pada Sabtu sore, Presiden mengatakan para pengusaha dunia yang ditemuinya selama menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos pada 27-28 Januari 2011 mengaku belum memiliki pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang Indonesia.
"Tadi pagi misalnya saya bertemu dengan komunitas bisnis internasional, mereka mengatakan sepertinya Indonesia belum diketahui secara luas seperti India dan China. Persepsi, citra, berita dari Indonesia menurut mereka belum sepenuhnya diketahui dan ditangkap oleh masyarakat internasional," tuturnya.
Karena itu, Presiden mengatakan, kehadirannya di WEF juga digunakan sebagai kesempatan untuk menjelaskan kepada kalangan bisnis dunia tentang kondisi Indonesia.
Kepada para pengusaha dunia itu, Kepala Negara mengaku memberi penjelasan apa adanya tentang Indonesia seperti kemajuan yang telah dicapai di segala bidang beserta berbagai persoalan yang masih harus diselesaikan oleh pemerintah antara lain memperbaiki iklim usaha, memastikan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang harus terus menerus dilakukan.
"Jangan ditutup-tutupi, biar dunia tahu kita masih melakukan perbaikan. Sebagian hasilnya nyata, sebagian lagi masih diupayakan," ujarnya.
Menurut Presiden, para pengusaha dunia yang diberi penjelasan langsung tentang Indonesia oleh kepala negara menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia.
"Semakin mengetahui tentang Indonesia, semakin ingin mereka bekerja sama dan bermitra dengan kita. Apalagi mereka berasal dari negara-negara maju maka manfaatnya bisa kita dapatkan," katanya.
Presiden juga mengaku, banyak pengusaha yang mengatakan langsung kepadanya bahwa mereka sudah berinvestasi dan ingin menambah lagi investasinya dan yang belum nampaknya ingin datang ke Indonesia.
"Saya sambut itu kalau betul-betul bisa meningkatkan benefit untuk kita," tuturnya.
Para pengusaha dunia itu, menurut Presiden, saat ini sudah tahu bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah peringkat ketiga di Asia setelah China dan India dengan kapasitas ekonomi yang semakin besar dan kuat.
Presiden Yudhoyono mengatakan kehadirannya di forum WEF juga mengemban tanggung jawab moral sebagai Ketua ASEAN guna menjelaskan kepada dunia bahwa Indonesia dan kawasan Asia Tenggara juga berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Asia.
"Sebagai Ketua ASEAN saya punya kewajiban moral untuk kasih tahu dunia bahwa Indonesia dan ASEAN adalah kawasan yang bertumbuh dan patut bermitra dengan mereka," katanya.
Presiden Yudhoyono juga memanfaatkan kehadirannya di WEF untuk mengundang para pengusaha dunia menghadiri WEF Asia timur yang digelar di Indonesia pada Juli 2011.
Keberhasilan penyelenggaraan WEF Asia Timur di Jakarta nanti, menurut dia, akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia untuk menambah jaringan kepada dunia usaha internasional agar peluang peningkatan investasi semakin terbuka.
Terinspirasi oleh penyelenggaraan WEF setiap tahun di Davos yang dipandang sebagai ajang bergengsi berkumpulnya para pengusaha dunia, Presiden pun mengutarakan idenya untuk menggelar forum serupa di Indonesia dalam bidang kebudayaan.
"Dengan demikian Indonesia akan berperan dalam jalinan kerja sama global. Ini pikiran saya mudah-mudahan bisa dimatangkan. Ini untuk kepentingan bangsa kita sendiri," demikian Presiden.
Zurich (ANTARA News) - Pemerintah terus memantau harga-harga komoditas pangan dalam beberapa bulan kedepan agar kenaikan harga tidak wajar yang bisa menyulitkan ekonomi masyarakat dapat segera diketahui.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu kompleks Bandara Internasional Zurich sebelum kembali ke tanah air pada Sabtu sore, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pemerintah juga ingin memastikan ketersediaan bahan pangan dengan harga terjangkau terkait dengan lonjakan harga pangan di dunia yang telah mengakibatkan inflasi global.
"Pada tingkat regional kita ingin memastikan daerah-daerah kita yang memproduksi beras tidak gagal. Itu juga salah satu upaya dalam negeri bagaimana menghadapi kenaikan pangan ini terus terjadi. Program stabilisasi juga dilakukan, kita lihat nanti mana komoditas yang bulan-bulan ke depan kenaikannya tidak wajar," jelasnya.
Pemerintah, lanjut Presiden, juga telah menyiapkan beberapa kebijakan seperti inisiatif fiskal, operasi pasar, maupun melalui mekanisme ekspor dan impor apabila lonjakan harga pangan terus terjadi sehingga harga di tingkat masyarakat masih bisa terjangkau.
Apabila diperlukan, Presiden juga akan mengajak dunia usaha untuk membantu masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau bina lingkungan.
"Ada juga rencana kontigensi akhir manakala harga-harga memberatkan rakyat tentu akan saya pikirkan inisiatif dengan anggaran kita dan berjuang ke DPR apabila harga pangan sungguh memberatkan warga," katanya.
Presiden pun berharap secara global negara-negara di dunia dapat merumuskan kebijakan guna meredam lonjakan harga pangan agar negara pengekspor pangan tidak secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya yang bisa mengancam ketahanan pangan negara lain.
Masalah kenaikan harga pangan dan ketersediaan pangan dunia menjadi salah satu sorotan dalam diskusi utama bertema redefinisi pembangunan berkelanjutan yang dibuka oleh pidato Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon dan dihadiri juga oleh Presiden Yudhoyono sebagai panelis.
INDONESIA BERHARAP AGAR MESIR PERBAIKI KONDISI DN
INDONESIA PLASA
Indonesia Harap Mesir Segera Atasi Kondisi DN
Pemerintah Indonesia berharap Mesir dapat segera menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi dalam negerinya dan menghindari jatuhnya lebih banyak korban jiwa.
"Perkembangan situasi di Mesir memang memprihatinkan, saya berharap sebagai negara bersahabat Mesir, masalah dalam negeri itu bisa diatasi dengan baik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Radisson, kompleks Bandara Internasional Zurich, Swiss, Sabtu.
Dalam keterangan persnya sebelum kembali ke Indonesia setelah melakukan lawatan ke India dan Swiss selama satu pekan, Presiden menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan melakukan intervensi dan hanya berharap agar Mesir mencapai solusi yang dapat diterima seluruh rakyat Mesir.
"Indonesia tidak berada pada (posisi) intervensi dan mungkin ada solusi bijak sesuai kepentingan dan manfaat bangsa Mesir sendiri dan sekali lagi bisa dihindari korban jiwa tak perlu," katanya.
Presiden, yang mengaku mengikuti perkembangan di Mesir dengan cermat, mengatakan bahwa pemerintah telah memastikan menjamin keamanan warga negara Indonesia di Mesir.
"Kepentingan kita untuk melindungi warga negara yang ada di Mesir," ujar Presiden yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Menkeu Agus Martowardojo, dan Menpora Andi Mallarangeng.
Sementara itu beberapa waktu terakhir merebak huru-hara unjuk rasa para pemuda di Kairo yang menuntut agar Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur dan melakukan reformasi politik.
Aksi unjukrasa di Mesir ini diilhami oleh revolusi di Tunisia yang menyebabkan tergulingnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang kini melarikan diri ke Arab Saudi setelah mendapat tekanan keras rakyat dalam aksi demo selama beberapa hari.
Presiden Ben Ali yang memerintah selama 23 tahun dituduh melakukan korupsi, keluarganya menumpuk kekayaan, sementara itu rakyatnya menderita. Sebagian anggota keluarganya lari ke Kanada.
Sampai Sabtu situasi di Kairo masih rentan, aksi unjuk rasa sewaktu-waktu bisa muncul kembali, sementara itu semua saluran komunikasi termasuk telepon seluler, telepon rumah dan internet diblokir.
Indonesia Harap Mesir Segera Atasi Kondisi DN
Pemerintah Indonesia berharap Mesir dapat segera menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi dalam negerinya dan menghindari jatuhnya lebih banyak korban jiwa.
"Perkembangan situasi di Mesir memang memprihatinkan, saya berharap sebagai negara bersahabat Mesir, masalah dalam negeri itu bisa diatasi dengan baik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Radisson, kompleks Bandara Internasional Zurich, Swiss, Sabtu.
Dalam keterangan persnya sebelum kembali ke Indonesia setelah melakukan lawatan ke India dan Swiss selama satu pekan, Presiden menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan melakukan intervensi dan hanya berharap agar Mesir mencapai solusi yang dapat diterima seluruh rakyat Mesir.
"Indonesia tidak berada pada (posisi) intervensi dan mungkin ada solusi bijak sesuai kepentingan dan manfaat bangsa Mesir sendiri dan sekali lagi bisa dihindari korban jiwa tak perlu," katanya.
Presiden, yang mengaku mengikuti perkembangan di Mesir dengan cermat, mengatakan bahwa pemerintah telah memastikan menjamin keamanan warga negara Indonesia di Mesir.
"Kepentingan kita untuk melindungi warga negara yang ada di Mesir," ujar Presiden yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Menkeu Agus Martowardojo, dan Menpora Andi Mallarangeng.
Sementara itu beberapa waktu terakhir merebak huru-hara unjuk rasa para pemuda di Kairo yang menuntut agar Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur dan melakukan reformasi politik.
Aksi unjukrasa di Mesir ini diilhami oleh revolusi di Tunisia yang menyebabkan tergulingnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang kini melarikan diri ke Arab Saudi setelah mendapat tekanan keras rakyat dalam aksi demo selama beberapa hari.
Presiden Ben Ali yang memerintah selama 23 tahun dituduh melakukan korupsi, keluarganya menumpuk kekayaan, sementara itu rakyatnya menderita. Sebagian anggota keluarganya lari ke Kanada.
Sampai Sabtu situasi di Kairo masih rentan, aksi unjuk rasa sewaktu-waktu bisa muncul kembali, sementara itu semua saluran komunikasi termasuk telepon seluler, telepon rumah dan internet diblokir.
INDONESIA TAWARKAN 9 AREA INVESTASI KE INDIA
INDONESIA PLASA
New Delhi
Indonesia menawarkan sembilan area investasi kepada perusahaan India yang dapat membawa keuntungan bagi kedua pihak.
Tawaran itu disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada forum bisnis di New Delhi, Selasa, yang dihadiri 500 pengusaha India yang tergabung dalam Associated Chambers of Commerce and Industry of India (Assocham), Confederation of Indian Industry (CII), dan Federation of Indian Chambers on Commerce and Industry (FICCI).
"Ada banyak area kerja sama, tapi akan saya tekankan khususnya sembilan sektor," kata Presiden dalam sambutannya yang disampaikan dalam Bahasa Inggris.
Presiden menyebutkan dua area pertama adalah infrastruktur dan transportasi seperti pembangunan pembangkit listrik, pelabuhan, jalan raya, dan bandara.
Untuk itu, Kepala Negara menjanjikan revitalisasi iklim investasi yang dapat menarik pihak swasta seperti penyederhanaan birokrasi dan peraturan bagi swasta yang ingin berinvestasi di bidang infrastruktur.
Selain itu, kata Presiden, pemerintah Indonesia juga menyiapkan jaminan untuk skema pendanaan serta peraturan tentang penggunaan tanah untuk pembangunan proyek infrastruktur.
Area ketiga, menurut Presiden, adalah teknologi informasi dan komunikasi karena Indonesia dan India bisa saling bertukar pengalaman dalam menghubungkan komunikasi di negara luas yang berpenduduk banyak.
"Kekuatan India dalam bidang ini, saya melihat potensi besar untuk kerja sama di bidang ini," ujarnya.
Area keempat adalah industri makanan beserta riset dan teknologi untuk pengembangan bidang tersebut. Presiden mencontohkan nilai tambah yang bisa dinikmati oleh Indonesia dan India melalui impor minyak sawit yang saat ini banyak dilakukan oleh India dari Indonesia.
Area kelima, lanjut Presiden, adalah bidang energi termasuk pengembangan energi terbarukan bagi kebutuhan Indonesia dan India. Presiden menjanjikan insentif dari pemerintah bagi perusahaan yang berminat mengembangkan energi geothermal dan energi bersih lainnya.
Area keenam adalah industri pertambangan diikuti oleh sektor manufaktur sebagai area ketujuh
Area kedelapan adalah industri kreatif yang menurut Presiden menyediakan ruang luas bagi kontak antara masyarakat India dan Indonesia guna saling berbagi kekayaan warisan budaya.
"Akan ada kolaborasi antara musisi Indonesia dan India, desainer pakaian, arsitek, dan lain sebagainya," ujarnya.
Area kesembilan adalah bidang pelatihan, pendidikan, serta inovasi karena India memiliki kekuatan di bidang riset dan teknologi yang bisa dipelajari oleh Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono menyampaikan harapannya agar hubungan ekonomi antara Indonesia dan India dapat lebih dipererat.
Nilai perdagangan antara Indonesia dan India mengalami kenaikan dari 4 miliar dolar AS pada 2005 menjadi 12 miliar dolar AS pada 2010. Dalam lima tahun ke depan nilai itu diharapkan naik menjadi dua kali lipat pada angka 25 miliar dolar AS.
Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan optimismenya bahwa target tersebut dapat dicapai.
"Intinya dalam lima tahun nilai perdagangan kita dengan India naik tiga kali lipat, jadi lima tahun ke depan diharapkan naik dua kali lipat. Apalagi kalau investasi itu jalan karena investasi mendorong perdagangan juga," katanya.
Optimisme Mendag didasari oleh pertumbuhan ekonomi India yang berada pada kisaran tujuh dan delapan persen sehingga akan menimbulkan permintaan yang cukup tinggi.
Menurut Mari, investasi India di Indonesia bisa dilihat dalam skala yang lebih luas untuk memenuhi pasar Asia Tenggara.
Selain itu, Mari juga yakin hubungan dagang Indonesia-India dapat lebih diperluas untuk mencari nilai tambah dari ekspor dan impor barang mentah yang saat ini dilakukan oleh kedua negara.
Presiden: India dan China Jangan Dipandang Ancaman
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia tidak perlu memandang India maupun China sebagai ancaman, melainkan harus dianggap sebagai mitra bagi kepentingan ekonomi Indonesia.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu kompleks Bandara Internasional Zurich sebelum bertolak kembali ke Tanah Air, Sabtu sore, Presiden menjelaskan hasil kunjungan kerja ke India dan Swiss pada 24-29 Januari 2011.
"Kita tidak boleh persepsikan India dan Tiongkok sebagai ancaman, bisa saja kita bersaing untuk hal-hal tertentu, tapi harus bermitra untuk kepentingan kita," ujarnya.
Apabila Indonesia bisa meningkatkan ekspor ke India yang berpenduduk 1,2 miliar jiwa dengan pasar yang semakin kuat dan besar, jelas Presiden, maka industri dalam negeri akan semakin meningkat yang selanjutnya pasti menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
"Itu manfaatnya nyata kita rasakan. Itu mata rantai dari kemampuan kita untuk memasarkan lebih banyak lagi ke India maupun ke Tiongkok. Demikian juga dengan investasi," ujarnya, menegaskan.
Pada kunjungan kerja Presiden Yudhoyono ke India dilakukan penandatanganan 18 nota kesepahaman antara perusahaan Indonesia dan India senilai 15,12 miliar dolar AS.
Pemerintah Indonesia dan India juga melakukan penandatanganan kerja sama 11 nota kesepahaman di berbagai bidang sebagai implementasi dari kemitraan strategis komprehensif yang disepakati kedua negara pada 2005.
Menurut Presiden, kemitraan strategis tersebut jangan hanya dilihat dari sisi investasi dan kerja sama ekonomi, tetapi juga agar kedua negara dapat saling belajar dan bertukar pengalaman untuk kemajuan masing-masing negara.
Untuk lebih meningkatkan kerja sama ekonomi India-Indonesia, kata Presiden, akan diselenggarakkan "CEO Summit" yang dihadiri oleh dunia usaha kedua negara, guna mengidentifikasi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan
New Delhi
Indonesia menawarkan sembilan area investasi kepada perusahaan India yang dapat membawa keuntungan bagi kedua pihak.
Tawaran itu disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada forum bisnis di New Delhi, Selasa, yang dihadiri 500 pengusaha India yang tergabung dalam Associated Chambers of Commerce and Industry of India (Assocham), Confederation of Indian Industry (CII), dan Federation of Indian Chambers on Commerce and Industry (FICCI).
"Ada banyak area kerja sama, tapi akan saya tekankan khususnya sembilan sektor," kata Presiden dalam sambutannya yang disampaikan dalam Bahasa Inggris.
Presiden menyebutkan dua area pertama adalah infrastruktur dan transportasi seperti pembangunan pembangkit listrik, pelabuhan, jalan raya, dan bandara.
Untuk itu, Kepala Negara menjanjikan revitalisasi iklim investasi yang dapat menarik pihak swasta seperti penyederhanaan birokrasi dan peraturan bagi swasta yang ingin berinvestasi di bidang infrastruktur.
Selain itu, kata Presiden, pemerintah Indonesia juga menyiapkan jaminan untuk skema pendanaan serta peraturan tentang penggunaan tanah untuk pembangunan proyek infrastruktur.
Area ketiga, menurut Presiden, adalah teknologi informasi dan komunikasi karena Indonesia dan India bisa saling bertukar pengalaman dalam menghubungkan komunikasi di negara luas yang berpenduduk banyak.
"Kekuatan India dalam bidang ini, saya melihat potensi besar untuk kerja sama di bidang ini," ujarnya.
Area keempat adalah industri makanan beserta riset dan teknologi untuk pengembangan bidang tersebut. Presiden mencontohkan nilai tambah yang bisa dinikmati oleh Indonesia dan India melalui impor minyak sawit yang saat ini banyak dilakukan oleh India dari Indonesia.
Area kelima, lanjut Presiden, adalah bidang energi termasuk pengembangan energi terbarukan bagi kebutuhan Indonesia dan India. Presiden menjanjikan insentif dari pemerintah bagi perusahaan yang berminat mengembangkan energi geothermal dan energi bersih lainnya.
Area keenam adalah industri pertambangan diikuti oleh sektor manufaktur sebagai area ketujuh
Area kedelapan adalah industri kreatif yang menurut Presiden menyediakan ruang luas bagi kontak antara masyarakat India dan Indonesia guna saling berbagi kekayaan warisan budaya.
"Akan ada kolaborasi antara musisi Indonesia dan India, desainer pakaian, arsitek, dan lain sebagainya," ujarnya.
Area kesembilan adalah bidang pelatihan, pendidikan, serta inovasi karena India memiliki kekuatan di bidang riset dan teknologi yang bisa dipelajari oleh Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono menyampaikan harapannya agar hubungan ekonomi antara Indonesia dan India dapat lebih dipererat.
Nilai perdagangan antara Indonesia dan India mengalami kenaikan dari 4 miliar dolar AS pada 2005 menjadi 12 miliar dolar AS pada 2010. Dalam lima tahun ke depan nilai itu diharapkan naik menjadi dua kali lipat pada angka 25 miliar dolar AS.
Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan optimismenya bahwa target tersebut dapat dicapai.
"Intinya dalam lima tahun nilai perdagangan kita dengan India naik tiga kali lipat, jadi lima tahun ke depan diharapkan naik dua kali lipat. Apalagi kalau investasi itu jalan karena investasi mendorong perdagangan juga," katanya.
Optimisme Mendag didasari oleh pertumbuhan ekonomi India yang berada pada kisaran tujuh dan delapan persen sehingga akan menimbulkan permintaan yang cukup tinggi.
Menurut Mari, investasi India di Indonesia bisa dilihat dalam skala yang lebih luas untuk memenuhi pasar Asia Tenggara.
Selain itu, Mari juga yakin hubungan dagang Indonesia-India dapat lebih diperluas untuk mencari nilai tambah dari ekspor dan impor barang mentah yang saat ini dilakukan oleh kedua negara.
Presiden: India dan China Jangan Dipandang Ancaman
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia tidak perlu memandang India maupun China sebagai ancaman, melainkan harus dianggap sebagai mitra bagi kepentingan ekonomi Indonesia.
Dalam konferensi pers di Hotel Radisson Blu kompleks Bandara Internasional Zurich sebelum bertolak kembali ke Tanah Air, Sabtu sore, Presiden menjelaskan hasil kunjungan kerja ke India dan Swiss pada 24-29 Januari 2011.
"Kita tidak boleh persepsikan India dan Tiongkok sebagai ancaman, bisa saja kita bersaing untuk hal-hal tertentu, tapi harus bermitra untuk kepentingan kita," ujarnya.
Apabila Indonesia bisa meningkatkan ekspor ke India yang berpenduduk 1,2 miliar jiwa dengan pasar yang semakin kuat dan besar, jelas Presiden, maka industri dalam negeri akan semakin meningkat yang selanjutnya pasti menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
"Itu manfaatnya nyata kita rasakan. Itu mata rantai dari kemampuan kita untuk memasarkan lebih banyak lagi ke India maupun ke Tiongkok. Demikian juga dengan investasi," ujarnya, menegaskan.
Pada kunjungan kerja Presiden Yudhoyono ke India dilakukan penandatanganan 18 nota kesepahaman antara perusahaan Indonesia dan India senilai 15,12 miliar dolar AS.
Pemerintah Indonesia dan India juga melakukan penandatanganan kerja sama 11 nota kesepahaman di berbagai bidang sebagai implementasi dari kemitraan strategis komprehensif yang disepakati kedua negara pada 2005.
Menurut Presiden, kemitraan strategis tersebut jangan hanya dilihat dari sisi investasi dan kerja sama ekonomi, tetapi juga agar kedua negara dapat saling belajar dan bertukar pengalaman untuk kemajuan masing-masing negara.
Untuk lebih meningkatkan kerja sama ekonomi India-Indonesia, kata Presiden, akan diselenggarakkan "CEO Summit" yang dihadiri oleh dunia usaha kedua negara, guna mengidentifikasi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan
Langganan:
Postingan (Atom)