17 Oktober 2010

PT: AGUNG PODOMORO BIDIK ASET 8 TRILIUN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

PT Agung Podomoro Land Tbk menetapkan harga saham pencatatan perdana (initial public offering/ IPO) pada kisaran Rp350-Rp450 per saham, dan target dana yang diraup antara Rp2,15 triliun-Rp2,77 triliun.

Di sisi lain, perseroan berencana menggunakan sebagian dana hasil pelepasan 30% sahamnya untuk meningkatkan nilai aset bersihnya (net asset value/ NAV), yang diharapkan melampaui Rp8 triliun dalam waktu dekat.

Direktur Utama Agung Podomoro Trihatma K. Haliman mengatakan saat ini nilai aset bersih perseroan berkisar Rp6 triliun per 30 Juli, karena masih menggunakan sistem pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).

"Namun jika ke depan menggunakan standar akuntansi global yakni international financial reporting standard [IFRS], nilai aset bersih kami tersebut setara dengan Rp8,5 triliun. Dengan pengembangan dan akuisisi lahan, nilai aset kami diharapkan tumbuh lebih besar," tuturnya kemarin.

Hingga akhir Juni 2010, Agung Podomoro membukukan pendapatan Rp1,09 triliun dan laba bersih Rp156,6 miliar. PascaIPO, kinerja tersebut diperkirakan melonjak menjadi Rp2,18 triliun hingga akhir tahun ini.

"Hingga akhir tahun, pendapatan kami akan tumbuh dobel dari hasil yang diperoleh pada Juni 2010," ujar Direktur Agung Podomoro Cesar M dela Cruz.

Direktur PT Indo Premier Securities The Moleonoto mengatakan harga penawaran perdana saham Agung Podomoro ditetapkan dengan rasio harga terhadap laba per saham (price to earning ratio/ PER) sebesar 13 kali-17 kali.

Indo Premier bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi bersama dengan PT Mandiri Sekuritas. Di sisi lain, Deutsche Bank dan JP Morgan membantu menawarkan saham tersebut ke investor internasional.

Menanggapi itu, analis PT Asia Kapitalindo Securities Supriyadi menyebutkan harga penawaran tersebut memang tergolong murah, terlebih karena nilai NAB Agung Podomoro yang mencapai Rp14,5 triliun sesuai dengan penilaian independen yang dilaporkan dalam prospektus.

Dengan posisi NAB tersebut, lanjutnya, posisi Agung Podomoro hampir setara dengan beberapa emiten yang sekarang sudah tercatat di bursa seperti PT Summarecon Tbk dan PT Bumi Serpong Damai Tbk.

Menurut dia, harga penawaran perdana tertinggi emiten tersebut sebesar Rp450 masih lebih rendah dari valuasi NAB per saham. Bisnis mencatat NAB per saham emiten tersebut berkisar Rp700.

Saham Lippo

Dalam kesempatan terpisah, sebanyak 30 investor global membeli 4,1 miliar saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan total senilai Rp2,25 triliun pada 13 Oktober 2010. Menurut Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya, dana tersebut akan ditransfer kepada rekening perseroan pada 22 Oktober 2010.

Dia juga menjelaskan transaksi tersebut dilakukan sebagai jaminan dari rencana aksi korporasi perseroan yakni pelepasan saham terbatas (rights issue) yang akan dilaksanakan pada akhir tahun ini.

“Hasil pnempatan saham itu akan ditempatkan langsung di [rekening]l Lippo. Jadi ini sebagai jaminan dari aksi korporasi [rights issue] itu. Ya, semacam stand by buyer [pembeli siaga],” ujarnya.

Penempatan dana tersebut, lanjutnya, dikelola dan dilaksanakan oleh empat bank investasi global yakni Bank Of America Merril Lynch, CLSA Asia-Pacific Markets, Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA