Pemerintah Indonesia akan berjuang mendapatkan pembagian keuntungan dari negara-negara asing yang memanfaatkan keragaman hayati nusantara. Hal itu akan disampaikan dalam Konferensi Antarpihak untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP-10 CBD) di Nagoya, Jepang, akhir bulan ini.
Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta mengatakan hal tersebut di Jakarta, Rabu (6/10/2010), seusai pertemuan membahas kesiapan Delegasi Republik Indonesia (Delri) untuk konvensi PBB mengenai keragaman hayati.
Delegasi terdiri dari perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Hatta menegaskan agar Delri membulatkan suara untuk memperjuangkan acces and benefit sharing (ABS) atas pemanfaatan hayati asli Indonesia. "Saya tekankan agar Delri satu suara terkait ABS sebab isu ini masih terdapat pertentangan. Negara-negara seperti Jepang, Kanada, Selandia Baru, dan Australia akan sulit menerima ini," katanya.
Topik ABS merupakan salah satu agenda penting yang akan dibahas dalam COP-10 CBD tersebut. Selain itu, masih ada 12 isu utama lain, termasuk strategi global konservasi tumbuhan, kawasan yang dilindungi, keanekaragaman hayati laut dan pesisir, keanekaragaman hayati hutan, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
"Yang menjadi perjuangan utama kita ada tiga, yaitu konservasi, bagaimana memanfaatkannya tapi tetap lestari, dan ABS. Isu pentingnya adalah bagaimana kita mendapatkan akses dan manfaatnya karena selama ini seolah-olah hanya negara lain yang mendapatkan manfaatnya," tambah Hatta.
Salah satu contoh kekayaan hayati Indonesia yang dimanfaatkan negara lain itu adalah rumput laut dan durian papaken. Selama ini rumput laut dari Indonesia sering dimanfaatkan untuk bahan kosmetik di Jepang. Adapun durian papake, yang banyak ditemui di Kalimantan, dimanfaatkan oleh Thailand untuk modifikasi genetik. Sebaliknya, Indonesia juga memanfaatkan kedelai impor untuk tempe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA