17 November 2010

Bagaimana Kate Membuat Pangeran William Bertekuk Lutut

INDONESIA PLASA BY: TONI.S
DAILY MAIL');" width="70" border="0" height="52" hspace="2"> PEOPLE');" width="70" border="0" height="52" hspace="2">
Kate Middleton dalam peragaan busana di kampusnya, yang pertama kali menarik perhatian William (kiri).

Seperti Putri Diana sebelum menikahi Pangeran Charles, Kate Middleton bukan datang dari kalangan berdarah biru. Perempuan 28 tahun ini datang dari keluarga kelas menengah. Ayahnya, Michael, seorang pengusaha, sedangkan ibunya, Carole, mantan pramugari.

Namun, tidak seperti Putri Diana yang dikenal lembut dan polos sebelum menikah, Kate adalah tipikal perempuan Inggris modern yang cool dan cerdas. "Ia perempuan yang sangat matang, menarik, dan populer, khususnya di kalangan laki-laki. Tetapi, ia selalu mampu mengontrol dirinya, dan perilakunya tidak tercela," tutur teman-temannya.

Di sekolah, Kate dikenal aktif. Ia sangat sporty, menguasai olahraga renang, netball, hoki, tenis, basket, dan badminton, dan mencetak rekor di sekolahnya untuk lompat tinggi. Meskipun ia dan William sudah saling mengenal sejak tahun 2001, ketika kuliah di St Andrews University, sosok Kate pertama kali menarik perhatian Sang Pangeran ketika tampil dalam fashion show untuk amal di kampusnya. Kate saat itu tampil mengenakan gaun lace hitam yang tembus pandang, menampakkan bra dan bikini hitamnya.

"Wow!" seru William pada sahabatnya, Fergus Boyd. "Kate seksi banget!"

Meskipun demikian, mereka tak langsung berkencan. Saat itu Kate masih berpacaran dengan mahasiswa lain, Rupert Flinch, sedangkan William dekat dengan seorang temannya, Jecca Craig. Tak diketahui secara pasti kapan William jadian dengan Kate. Namun, kisah cinta mereka terungkap ketika mereka bermain ski bersama di Klosters, Swiss, Maret 2004.

Banyak yang meragukan motivasi Kate untuk mengencani William. Ada pula yang menuduh bahwa Carole sengaja memasukkan putrinya ke St Andrews hanya karena ia tahu Pangeran William kuliah di sana. Teman-teman dekat Kate menertawakan tuduhan ini, tetapi keluarga Middleton tampaknya merasa sakit hati. Sampai putus dari William pada tahun 2007 pun, Kate masih terganggu dengan cemoohan orang terhadap keluarganya.

Apa pun tuduhan orang, pasangan ini ternyata makin dekat. Bahkan, pada tahun kedua mereka sudah tinggal bersama di apartemen William di Clarence House. Kate membagi waktunya dengan tetap tinggal di rumah orangtuanya di Berkshire, Bucklebury, di kamar yang telah ditempatinya sejak umur 14 tahun.

Menurut teman-temannya, Kate tetap membawa gaya kelas menengahnya yang klasik selama kuliah di St Andrews. Ia hampir tidak berubah meskipun menghadapi dunia baru yang diperkenalkan William padanya. Teman-teman William menjadi teman-temannya juga, dan keluarga kerajaan pun menyambutnya dengan hangat. Mereka berdua saling mengunjungi orangtua masing-masing. Bahkan, Kate juga mendampingi William dalam berbagai acara pernikahan keluarga kerajaan.

"Mereka menyukai Kate karena ia selalu menjadi dirinya sendiri," kata seorang teman dari keluarga kerajaan. "Ia santai, tetapi tegas, dan tak pernah takut memeringatkan William jika menurutnya pria itu salah. William menyukai kebebasan yang ditawarkan Kate, hal ini sangat berbeda dari sosok gadis yang dikira orang hanya diam menunggu ditelepon oleh William."

Kate juga tak mengandalkan kedekatannya dengan William untuk meniti kariernya. Mungkin itu sebabnya, kariernya pun tak begitu cemerlang. Ia sempat bekerja sebagai buyer untuk jaringan toko Jigsaw, yang dimiliki oleh teman-teman keluarganya. Belum lama ini ia juga bertindak sebagai fotografer Party Pieces. Tugasnya, memotret produk untuk ditayangkan dalam situs perusahaan tersebut.

2 komentar:

  1. Can add to the beauty of the landscape when used correctly.
    Wood chips: This material contains bark, and wood
    of various sizes. Sure, you had your occasional exception that stupidly borrowed from the
    local loan shark, but most learned to live on less.


    Here is my blog post ... mulching

    BalasHapus
  2. This simulator combines the realistic control panels and control experience with
    the military element. These originally were quartz crystals
    from the River Rhine in a region noted for gem-cutting,
    particularly the town of Idar-Oberstein. You can train up your hobo so that you can kill other hobos even more easily, and it is
    a very addicting game. Still, within each of these types of simulation games, certain games tend to rise
    to the top. Retain on your own and these you enjoy in the gaming.

    BalasHapus

INDONESIA PLASA