INDONESIA PLASA BY: TONI.S
A. Sejarah Pembentukan Kelompok
Komoditas peternakan merupakan komoditas dunia, karena adanya adaptasi hidup ternak yang luas. Hampir seluruh Negara mengenal dengan baik tentang kemoditas sapi yang merupakan penghasil bahan makanan bergizi tinggi. Dengan konsumsi sendiri maupun untuk kebutuhan ekspor. Hal ini memperlihatkan bahwa hanya dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dan peningkatan daya saing, ada peluang bagi Indonesia untuk menjadikan ternak Indonesia sebagai produk dunia, paling tidak dalam upaya memenuhi permintaan dalam negeri.
Keberadaan lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam menujang pembangunan peternakan terutama pada peternakan sapi potong, ini dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan dengan teknologi biogas sebagai sumber energi masyarakat serta limbah biogas tersebut dapat diproses menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Zero waste).
Kegiatan usaha yang kuat dan terarah tentu memerlukan kelembagaan yang kaut dan trasparan agar menjadi wadah pengembangan petani dan peternak, untuk itulah maka dibentuklah suatu kelompok Tani/Tenak dengan Nama Kelompok Tani/Ternak Tibona pada Tanggal 17 Januari 2004 di Dusun Ulugalung Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Propinsi Selatan. Kelompok ini diharapkan menjadi tonggak pengembangan peternakan yang handal dan berwawasan lingkungan dengan mengoptimalkan sumberdaya local yang melimpah didaerahnya dan kedepan diharapkan menjadi cerminan untuk kelompok-kelompok lainnya. Susunan Kepenguran kelompok Tani/Ternak Tibona adalah sebagai berikut:
SUSUNAN PENGURUS KOLOMPOK TANI/TERNAK TIBONA DESA TIBONA KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA
PROPINSI SULAWESI SELATAN
1. Ketua : Abd Rahman, SP
2. Sekretaris : Nurdin
3. Bendahara : Hj.Jumrah, SE
4. Manager : Nuhrah
5. Seksi-Seksi :
1. Saprodi/Pemasaran : Abd Rahman
2. Alsintan : Tuttung
3. Peternakan : Nurdin
4. Simpan Pinjam : Nuhrah
5. Pupuk Kompos : Eddeng
6. Pembenihan : Usman
Untuk mewujudkan cita-cita kedepan Kelompok Tani/Ternak Tibona Mengusung Visi dan Misi sebagai arah pengembangan kelempok, visi dan Misi tersebut adalah:
Visi
“Petani/Peternak Mandiri, Profesional dalam Mewujudkan Mandiri Pangan dan Enargi”.
Misi
1. Dalam setiap akitvitas usaha tani/ternak mengedepankan kelestarian lingkungan
2. Memaksimalkan sumberdaya local dalam aktivitas usahatani
3. Terbuka terhadap penerapan teknologi untuk peningkatan usahatani
4. Menjunjung tinggi profesionalisme usahatani
5. Transpransi pengelolaan kelompok
6. Menjadikan pemerintah sebagai mitra usaha
7. Membuka akses informasi dan akses pasar
STRUKTUR ORGANISASI KOLOMPOK TANI/TERNAK TIBONA
Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani/Ternak Tibona
KETUA
ABD RAHMAN,SP
BENDAHARA
Hj. JUMRAH, SE
SEKRETARIS
NURDIN
KETUA
ABD RAHMAN,SP
MANAGER
NUHRAH
KETUA
ABD RAHMAN,SP
SAPRODI/PEMASARAN
ABD RAHMAN,SP
KETUA
ABD RAHMAN,SP
ALSINTAN & RMU
TUTTUNG
KETUA
ABD RAHMAN,SP
PETERNAKAN
NURDIN
SIMPAN/PNJAM
NUHRAH
PUPUK KOMPOS
EDDENG
PEMBENIHAN PADI
USMAN
ANGGOTA
B. Tujuan
Tujuan pembentukan kelompok tani/ternak Tibona adalah:
1. Sebagai wadah petani/peternak di Desa Tibona untuk berdiskusi mengenai permasalah-permasalan yang dihadapi pada usahatani/ternak dan mencari solusinya
2. Sebagai media pengembangan/penerapan teknologi pertanian dan peternakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
3. Sebagai wadah yang dapat menjembatani antara petani/peternak dengan pemerintah dan stakeholder lainnya dibidang pertanian dan peternakan
4. Memfasilitasi petani dan peternak dalam mendapatkan imput produksi dan pemasaran hasil
5. Mengkordinasi petani/peternak dalam hal manajemen usahatani/ternak
C. Mamfaat
Manfaat yang dirasakan petani/peternak setelah terbentuknya kelompok tani/ternak Tibona adalah:
1. Petani/peternak lebih mudah mendapatkan informasi dan teknologi usahatani/ternak
2. Produktivitas usahatani/ternak meningkat sehingga pendapatan petani/penernak juga ikut meningkat
3. Permasalahan yang dihadapi petani/peternak selama ini semakin dapat diminimalisir
4. Petani/peternak semakin dekat dengan pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha dibidang pertanian dan peternakan
5. Akses modal dan perkembagannya semakin meningkat
6. Populasi ternak dan skala usaha petani semakin meningkat
D. Aktivitas Kelompok
Pada awal berdirinya kelompok hal yang pertama kami lakukan adalah memperkuat internal kelompok dengan melaksanakan rapat setiap bulannya, diawal pelaksanaannya tentu kami menemui banyak kendala yaitu bagaimana anggota bisa aktif dalam pertemuan kolompok yang kami laksanakan setiap tanggal 14 dan hari kerja. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya yang kami temui kendala pada usahatani kami, maka kami berinisiatif untuk mengundang dinas terkait yaitu Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura kabupaten dan Dinas Peternakan kabupaten untuk hadir pada setiap pertemuan kami, Alhadullillah banyak permasalahan Usahatani/ternak dapat kami selesaikan satu/persatu. Untuk mendanai pertemuan kami setiap bulannya, karena anggota kami semakin banyak yang hadir maka kami berinisiatif untuk melakukan arisan kelompok. Selama ini rapat dilakukan di rumah ketua kelompok terus, sehingga menjadi monoton maka pertemuan kami gulirkan pada setiap anggota yang naik arisannya, dan pembiayaan komsumsi akan dipotong pada dana arisan sekaligus untuk dana kelompok.
Pelaksanaan pertemuan kelompok bersama dengan dinas terkait inilah yang menjadikan kami dekat dengan instansi tersebut sehingga informasi dan teknologi semakin dapat kami akses, sejalan dengan itu maka kami mendapatkan bantuan alsintan pertanian patahun 2005 berupa alat perontok padi (power traiser), dan taraktor tangan pengolahan lahan. Sampai saat ini alat tersebut dapat kami kembangkan yang pada awalnya hanya satu sekarang sudah menjadi tiga buah, teknik yang kami lakukan adalah untuk petani yang diluar anggota kami akan disewakan maka keuangan kelompok akan semakin bertambah. Semakin meningkatnya system usahatani yang kami lakukan mengantar kolompok tani Tibona dilirik oleh perusahaan penangkarang benih yaitu PT.Shang Shiang Seri untuk menjadikan kami sebagai petani penangkar benih untuh benih sebar yang dimulai pada tahun 2007 sampai sekarang.
Usaha yang sangat potensial yang dapat kami lakukan adalah usaha peternakan sapi potong. Daerah kami terdiri dari lahan pertanian dan perkebunan, untuk itu kolompok kami juga fokus dalam pengembangan sapi potong ini. Di desa kami terdapat perkebunan karet seluas 1468 ha yang di bawahnya melimpah hijauan dan legume yang dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, selain itu anggota kelompok kami masih memiliki lahan perkebunan yang luas dengan rata-rata kepemilikan 0,5 – 4 ha.
Untuk peningkatan usaha ternak sapi potong kami maka harus di bekcup dengan perbaikan genetic dan penaganan penyakit, karena kami berfikir tidak mungkin bergantung terus dengan pemerintah yang tenaganya sangat terbatas untuk melayani masyarakat, maka kolompok kami berinisiatif untuk mengirim satu orang anggota kami untuk melakukan pelatihan Inseminasi Buatan (IB) dan penanganan penyakit ternak walaupun swadaya kelompok. Setelah pelatihan tersebut Inseminasi Buatan (IB) dan penanganan penyakit sudah ditangani oleh kelompok kami sendiri bahkan sudah melayani peternak yang ada disekitar kelompok. Untuk mempermudah penanganan IB maka rekording ternak kami perketat.
Usaha peternakan yang kami lakukan tidak hanya pada usaha budidaya dan penggemukan saja namun kami telah melakukan pengolahan feses menjadi pupuk kompos. Pada awal usaha pengolahan kompos tahun 2005 masih skala kecil dengan luas pengolahan 6 x 4 m dengan alat seadanya dengan produksi 10 ton perbulan. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin meningkatnya permintaan maka pada tahun 2009 kami meningkatkan usaha dengan memperluas gudang pengolahan menjadi 8 x 12 m dan sudah permanen walaupun alat pengolahannya masih sederhana namun produksi kami sudah meningkat menjadi 50 ton perbulan. Pelaksanaan pemasaran pupuk kompos kami bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Kabupaten Bulukumba, sehingga kami menggunakan kemasan badan usaha tersebut, walaupun pada awalnya kami menggunakan kemasan kelompok kami sendiri.
Pengolahan feses menjadi biogas telah kami lakukan pula, mulai pada tahun 2008, bekerja sama dengan Lingkungan Hidup dan Fakultas Peternakan Unhas sehingga sampai saat ini kami telah memiliki reactor biogas sebanyak 5 buah namun masih skala kecil yaitu 1 M3, namun demikian kami sangat bersyukur dapat mengurangi pengeluaran untuk bahan bakar untuk memasak dan memberikan insfirasi pengembangan biogas yang ada di sekitar kolompok bahkan sekarang sudah mulai menyebar di beberapa titik di Kabupaten Bulukumba.
Hubungan kami dengan pihak akademik dan kolompok ternak semakin meningkat ini ditandai dengan adanya beberapa kunjungan kolompok lain untuk berkunjung kekolompok kami untuk melihat aktivitas kelompok. Dari pihak akademisi kami mendapat kunjungan dari mahasiswa dari Jurusan Peternakan Universitas 45 Makassar dan kunjungan Praktek Lapang dari Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Untuk meningkatkan wawasan anggota dalam hal usahataninya selain melakukan pertemuan rutin kelomok. Kami juga sering mengundang pihak akademisi bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Unhas dan pengusaha dibidang peternakan yaitu THC (Tata Harapan Cemerlang) Takalar untuk memberikan penyuluhan. Kami juga telah melakukan kunjungan ke perusahaan THC untuk melihat langsung peternakan dan pabrik pengolahan pakan ternak potong yang ada disana.
Kelompok tani/ternak Tibona kedepan akan mengembangkan pertanian ramah lingkungan dengan mengusung tema” Desa Tibona Mandiri Pangan dan Energi” konsep ini pada dasarnya sudah berjalan namun masih dalam tahap sosialisasi dan pemantapan system. Semua perangkatnya sudah berjalan dengan menjadikan ternak potong sebagai mesin penghasil daging dan pupuk organik serta energy biogas. Sehingga kedepan diharapkan dapat berkembang secara pesat dan keterlibatan pemerintah untuk mendukung konsep tersebut.
Pada bulan Apri 2009 Bapak Menteri Pertanian Republik Indonesia sempat berkunjung keKecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan dan ketua Kelompok Tani/Ternak Tibona sempat menjelaskan konsep ini kepada beliau dan responnya sangat baik dan mendukung kegiatan kelompok kami.
E. Perkembangan Kelompok
Pengembangan kelompok tidak lepas dari bantuan permodalan dari pemerintah, kelompok tani/ternak Tibona pada tahun 2004 telah mendapat bantuan permodalan kelompok dengan program Bantuan Lansung Masyarakat (BLM) dari pusat sebesar Rp.255.000.000,-. Dana tersebut dialokasikan untuk permodalan anggota untuk usaha peternakan sebanyak 25 orang untuk tahap pertama dengan pembelian ternak 3 ekor sapi sehingga totalnya 75 ekor . Pada tahap pengembalian pertama anggota bertambah 9 orang lagi dengan pengadaan sapi 3 ekor per orang sehingga bertambah lagi 27 ekor dan pengembalian kedua anggota bertambah lagi 7 orang dengan pengadaan sapi 2 ekor perorang dengan jumlah pengadaan 14 ekor jadi total pengadaan sampai awal 2009 ini sebanyak 106 ekor. Total sapi sampai saat ini yang dikelola anggota sebanyak 180 ekor, dari modal usaha yang dikelola anggota sudah melakukan penjualan yaitu pada tahun 2006 menjual sebanyak 44 ekor, tahun 2007 menjual 44 ekor dan pada tahun 2008 menjual sebanyak 41 ekor. Jadi dari modal usaha Rp 255.000.000,- telah menghasilkan sapi sebanyak 309 ekor. Dan perkembangan anggota dari 25 orang menjadi 41 orang.
Pengembangan permodalan selanjutnya, kelompok tani/ternak Tibona mendapatkan program Sarjana Membangun Desa (SMD) untuk tahun 2008 dengan besarnya dana Rp.303.000.000,- yang telah dialokasikan kepada 25 anggota sengan pengadaan sapi 27 ekor induk betina dan 25 ekor bakalan jantan. Perkembangan sapinya masih belum bertambah karena pengadaannya pada awal tahun 2009 jadi baru proses kebuntingan dan masih tahap penggemukan jadi belum ada penjualan. Untuk melihat perkembangan kelompok dan usahanya dapat dilihat dari bagan berikut.
Gambar 2. Bangan Perkembangan Kelompok
Perkembangan kelompok akan terus melebar kenggota yang lain dan diakhir pengembalian pada perguliran pertama diharapkan sudah dapat mandiri. Permodalan yang dikelola kelompok akan bergulir terus kepada anggota yang lainnya.
Untuk pengembangan kelompok selanjutnya, anggota yang mandiri akan ditawarka kepada pihak investor dan perbankan. Untuk memperluas jaringan informasi kelompok Tani/Ternak Tibona telah membuat jaringan diinternet dengan membuat Blogspot dengan nama www.koptantibona.blogspot.com dan dapat berhubungan lewat e-mail www.callink_ag017@yahoo.co.id.
F. Permasalahan yang dihadapi Selama Ini
Dalam suatu aktivitas tentu memiliki tantangan dan hambatan dalam pelaksakannya, di Kelompok Tani/Ternak Tibona memiliki beberapa hal yang menjadi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan diantaranya adalah pengolahan pupuk kompos yang kami lakukan masih sangat sederhana sehingga memelukan mensin pengolahan kompos untuk meningkatkan kualitas dan produksi kami.
Seiring dengan bertambahnya anggota kami maka setiap pertemuan terkadang sudah tidak dimuat ruangan sehingga kami mengharapkan adanya gedung khusus kelompok sebagai ruangan pertemua, pelatiahan, sekaligus sebagai secretariat Kelompok Tani/Ternak Tibona dan menjadi pusat informasi pengembangan pertanian dan peternakan.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kita masih berada dalam lindungan-Nya, untuk menjalankan aktivitas program Sajana Membangun Desa (SMD) di Kelompok Tani Tibona Desa Tibona Kec. Bulukumpa Kab. Bulukumba Sulawesi Selatan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan pula kepada Menteri Pertanian dalam hal ini Dirjen Peternakan yang telah membuat program Sarjana Membangun Desa (SMD) yang sangat membantu dalam pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Bulukumba. Kepada kepala Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan dan terkhusus kepada Bapak Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba dan seluruh jajarannya kami juga ucapakan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) berjalan dengan baik sampai saat ini.
Dalam pelaksanaan Sarjana Membangun Desa pada Kolompok Tani Tibona kerjasama antara peternak dengan sarjana dan pihak Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba berjalan dengan baik ini terbukti dengan kelancaran kegiatan kami. Walaupun dalam perjalanannya tentu menemui beberapa hambatan namun hal tersebut merupakan tantangan bagi kami untuk kita selesaikan dan pelajaran yang sangat berharga untuk kedepannya. Secara singkat kami akan memaparkan gambaran hasil kegiatan yang telah kami lakukan selama program ini berlangsung.
A. Peroduksi dan Produktivitas
Proses awal yang telah kami lakukan dalam proses produksi adalah melakukan pengadaan sapi induk untuk pengembangan dan sapi bakalan untuk penggemukan, dari kegiatan ini kami telah melakukan pengadaan induk sebanyak 27 ekor dan penggemukan sebanyak 25 ekor. Sapi yang telah kami adakan tersebut kami dapatkan dari beberapa daerah dalam Propinsi Sulawesi Selatan Sendiri yaitu dari Kabupaten Sinjai, Kabupaten Maros, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Bulukumba sendiri. Dari proses pengadaan yang telah kami lakukan untuk dana SMD dialokasikan untuk 25 orang anggota yang kami siapkan, namun seiring dengan berjalannya program kerja yang kami lakukan maka kami berinisiativ untuk melakukan pengembagan dengan menawarkan konsep kami kepada beberapa investor untuk menanamkan modalnya kedalam kolompok kami, dan Alhamdulillah kami mendapatkan investor mudah sebanyak 4 orang dengan besarnya investasi yang ditanamkan sebanyak 6 ekor sapi induk yang pengadaanya sudah masuk 2 ekor dan 4 ekor lagi masih dalam proses pengiriman dari Kabupaten Maros jadi total jumlah ternak yang kami akan kelola menjadi 58 ekor sehingga angota kami bertambah 3 orang sehingga totalnya menjadi 28 orang sampai saat ini.
Kondisi ternak yang kami kelolah saat ini adalah untuk sapi induk dari 27 ekor yang ada 10 diantaranya telah bunting dengan proses kawin alam 8 ekor dan Inseminasi Buatan 2 ekor dengan rata-rata kebuntingan antara 2 – 4 bulan dan selebihnya merupakan calon induk yang siap bunting 3 ekor dan 14 lainnya induk sapi yang sudah melahirkan 2 – 3 kali dan siap untuk di IB. Kondisi ternak untuk sapi bakalan 5 ekor sapi Simental yang kami datangkan dari Kabupaten Enrekang merupakan hasil IB dengan induk sapi Perah (FH) dengan rata-rata umur 2 – 4 bulan, sedangkan selebihnya 20 ekor kami dapatkan dari beberapa pengumpul dan peternak yang ada di Kabupaten Bulukumba denga kisaran umur 1,5 – 2 tahun.
Dalam Menunjang proses produksi tentu kami harus mempersiapkan kandang yang sesuai anjuran teknis dan tanaman makanan ternak yang berkualitas. Dalam proses ini anggota sudah 95% telah melaksankan hal tersebut dan untuk dana SMD untuk pembangunan kandang kami fokuskan untuk kandang kelompok yang permanen yang tahap pengerjaannya sudah hampir rampung (85%). Untuk perbaikan Tanaman Makanan Ternak (TMT), perlu kami laporkan bahwa anggota kami pada dasarnya memiliki lahan rata-rata (0.5 – 2 Ha) lahan TMT namum belum dikelola dengan baik.
B. Tindak Lanjut Kegiatan
Tindak lanjut kegiatan yang kami lakukan dalam mengelola usaha peternakan kami adalah melakukan berbagai kegiatan yaitu sapi yang baru datang kami langsung suntik dengan Vitamin dan pemberian obat cacing. Selanjutnya kami melakukan pembuatan demplot Tanaman Makanan Ternak dengan luas 0,5 Ha yang telah ditanami rumput gajah dan rencana selanjutnya akan kami introduksikan berbagai jenis rumput yang memiliki produktivita yang tinggi dan memperbaiki teknis pertanaman rumput dan leguminosa. Untuk mendapatkan bibit rumput tersebut kami telah kerja sama dengan pihak Fakulktas Peternakan Universitas Hasanuddin dan Sarjana pendamping telah melakukan kunjungan ke beberapa peternak yang merupakan lokasi proyek ACIAR yang berada di Kabupaten Bone dan Kabupaten Barru dan hasil kunjungan ini telah mengintoroduksi jenis rumput Paspalum yang telah ditanam sebagai bibit untuk pemaparan hasil kunjungan ini akan diloaksanakan pada tanggal 21 Maret 2009.
Kegiatan lain yang telah kami lakukan adalah melakukan penyuluhan mengenai manajemen pakan bekerja sama dengan Fakultas Peternakan UNHAS dan Pabrik pakan Sapi Poton yaitu PT. Tata Harapan Cemerlang yang berkedudukan di Kabupaten Takalar, yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2009. Dan kami telah rencanakan akan melakukan kunjungan ke lokasi pabrik dan peternakannya, untuk melihat secara langsung pembuatan pakan dan proses peternakan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
C. Dampak
Dampak dari program Sarjana Membangun Desa (SMD) mulai nampak pada kompok tani Tibona dengan bertambahnya populasi ternak yang dikelola anggota kelompok. Manajemen perkandangan mulai berubah yaitu selama ini peternak belum memiliki kandang permanen sekarang anggota kelompok sudah memiliki kandang dengan berlantai beton sehingga kandang yang ada menjadi lebih bersih dan sangat membatu kegiatan usaha pembuatan pupuk kompos yang dilakukan kolompok karena feces yang ada lebih gampang di kumpulkan di tempat pembuatan kompos yang luasnya 96 M2 dengan kapasitas 100 ton. Dampak lain yang dirasakan adalah lebih mudah dalam pengolahan biogas yang dimiliki peternak.
Tatalaksana yang dilakukan peternak mulai berubah yang selama ini digembalakan peternak diperkebunan karet yang memiliki resiko yang tinggi karena ada kemungkinan sapi minum karet sehingga dapat mengakibatkan kematian sedikit demi sedikit mulai berubah bahkan tinggal sebagian kecil yang melakukan hal tersebut. Dampak lain yang kami harapkan adalah seluruh induk sapi yang dimiliki oleh anggota kelompok harus di Inseminasi untuk meningkatkan produktivitas ternak yang ada.
Dampak bagi masyarakat sekitar adalah meraka banyak melakukan kunjungan dan dikusi dengan kelompok tani Tibona, dan bagi perguruan tinggi dijadikan sebagai laboratorium lapangan sebagai contoh pada tangga 14 Februari datang berkunjung masyarakat dari Desa Jalanjang sebanyak 50 0rang, pada tanggal 8 Maret 2009 berkunjung Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas 45 Makasssar dengan jumlah peserta 94 orang, pada tanggal 9 Maret 2009 berkunjung dari 30 Desa Bialo dengan jumlah pesarta 30 orang, dan pada tangga 20 Maret 2009 akan didatangi mahasiswa Fakultas Peternakan Unhas dalam rangka praktek lapang dengan peserta 96 orang.
D. Hambatan
Hambatan yang kami alami selama adalah kebiasaan peternak yang masih dimanjakan oleh lusnya kebun karet yang ada disekitar kampung anggota kelompok sehingga masih mengantungkan sumber pakan pada lahan kebun karet pada hal mereka memiliki kebun rumput sehingga memperhatikan kebun rumput milik sendiri. Kepemilkikan kebun rumput oleh peternak rata-rata jarak dari kandangnya cukup jauh sehingga memerlukan waktu dan tenaga untuk mengankat rumput dari kebun kekandang bahkan kadang menbawa ternak kekebun untuk merumput sehingga akan berdampak dalam pengontrolan penyakit dan pendeteksian birahi atau akan terjadi peluang kawin alam.
Hambatan lain yang kami alami adalah pada proses pengadaan sapi induk selain jarangnya peternak menjual sapi induk, kualitas induk yang baik agak susah didapatkan.
E. Solusi
Solusi yang kami lakukan untuk mengatasi masalah yang kami hadapi adalah membuka jaringan seluas mungkin dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Untuk itu kami telah jaringan diinternet dengan membuat Blogspot dengan nama www.koptantibona.blogspot.com dengan memperlihatkan profil kami walaupun isinya masih perlu banyak perbaikan.
Jaringan juga kami perluas dengan beberapa pedagang pengumpul sapi potong yang ada dikabupaten Bulukumba sendiri dan dibeberapa kabupaten lain Seperti Kabupaten Maros, Sinjai, Enrekang, Bone dan Barru.
Untuk perbaikan manajemen pakan yang ada dikelompok kami akan mengintroduksi berbagai jenis rumput dan legum untuk itu kerja sama kami dengan pihak universitas terutama Fakultas Peternakan Unhas dan para peternak yang ada di Kabupaten Bone, Barru dan Gowa sebagai lokasi program Aciar di Sulawesi Selatan dalam pengembangan pakan ternak produktiv terus kami tingkatkan agar bisa mendapatkan sumber-sumber bibit rumput dan bertukar informasi tentang manajemen pakan.
Dalam waktu dekat ini kami akan menetapkan Desa Tibona sebagai desa mandiri pangan dan energi dengan konsep pengembangan peternakan sapi potong berbasis teknologi dengan sistem Zero Waste. Konsep tersebut pada dasarnya sudah terlaksana di kelompok kami ditandai dengan manajeman kandang yang sudah ada, teknologi Inseminasi Buatan telah dilaksanakan, Feces sudah digunakan menjadi Biogas dan pupuk kompos sehingga dasarnya sudah terbentuk tingga bagaimana konsep tersebut di terrapkan oleh semua anggota. Penetapan Desa Tibona ini menjadi desa mandiri pangan dan energi daharapkan dapat meningkat motivasi kolompok dalam mengembangkan usaha peternakannya dengan konsep yang telah direncanakan.
Peningkatan popusai ternak secara cepat yang akan kami lakukan selain menunggu hasil dari induk-induk yang ada adalah dengan menambah jumlah induk yang ada dengan semakin gencar melakukan promosi kapada seluruh stake holder agar investor semakin banyak berinvestasi kedalam kelompok kami.
Demikian laporan secara singkat kami sampaikan kepada Bapak dan tentunya masih banyak kerurangan sehingga kami memohon kiranya dapat memberikan sumbangsi pemikiran terhadap program Sarjana Membangun Desa (SMD) di Kolompok Tani Tibona Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Akhir kata kami usapkan banyak terima kasih dan salam hangat kami dari peternak sapi potong Kolompok tani Tibona.
1 Sosialisasi hasil pelatihan
2.Persiapan administrasi Kelompok
3.Persiapan pembukuan
4.Pemantapan kandang dan peralatan
5.Pemantapan HMT
6.Persiapan Jaringan/kemitraan
7.Persiapan pengadaan ternak
8.Pembelian Sapi Induk
9.Pembelian Sapi Bakalan
10.Pengadaan obat-obatan dan vitamin
11.Persiapan dan pelaksanaan IB
12.Pelatihan Manajemen pengelolaan usaha peternakan
13.Pertemuan rutin kelompok
14. Pengadaan pakan tambahan
15.Pelaksanaan PKB
16.Pelatihan manajemen pakan
17.Pengadaan Instalasi Biogas
18.Penanganan kelahiran
19.Penjualan sapi bakalan
20.Pengolahan feces dan pemasaran pupuk organik
21.Rekording kelahiran dan perkembangan ternak
22.Pelaporan
OUTPUT KEGIATAN
1.Tersosialisasinya hasil pelatihan yang telah dilakukan SMD
2.Tersedianya administrasi kelompok dan lahirnya kontrak kesepakatan anggota kelompok dengan kelompok yang ditandai dengan kontrak kesepakatan.
3.Tersedianya kandang permanen yang lengkap dengan peralatannya
4.Tersedianya HMT
5.Terjalinnya mitra dalam pengadaan sapi induk dan bakalan serta pemasaran, juga diharapkan lahirnya mitra dalam berinvestasi kedalam kelompok
6.Terinventarisasinya ternak yang aka dibeli oleh kelompok
7.Tersedianya ternak induk yang akan dibudidayakan oleh kelompok
8.Tersedianya ternak yang akan digemukkan oleh kelompok
9.Tersedianya obat-obatan dan vitamin
10.Tersedianya perlengkapan IB dan terlaksananya IB pada sapi Induk
11.Terlaksananya penyuluhan manajemen pengelolaan usaha sapi potong dalam peningkatan pengetahuan kelompok
13.Terjalinnya koordinasi antar anggota kelompok, SMD, Dinas Peternakan setempat dan evaluasi kegiatan
14.Tersedinya pakan tambahan seperti dedak
15.Terdeteksinya Sapi Induk yang bunting
16.Peningkatan pengetahuan kelompok tentang formulasi ransum dan manajemen pengelolaan HMT
17.Tersedianya rektor biogas percontohan sehinnga memacu berkembangnya biogas untuk pemanfaatan feses ternak
18.Lahirnya anak-anak sapi dari sapi bunting pada saat pembelian dan hasil IB
19.Penjualan sapi hasil penggemukan
20.Terciptanya pupuk organik yang tersertifikasi
21.Tersedianya rekording perkembangan ternak dan kelahiran
22.Tersedianya laporan dan hasil evaluasi
PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI BRAHMAN CROSS MELALUI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN SPERMA SEXING DAN TEKNOLOGI BIOGAS
A. Latar Belakang
Pengembangan sapi potong di Sulawesi Selatan sudah sejak dulu diusahakan oleh masyarakatnya dengan kemampuan yang dimiliki dan sumberdaya alamnya yang sangat mendukung sehingga mengantar Sulawesi Selatan sebagai penghasil emas merah (daging sapi) yang cukup besar di Indonesia yang dikenal dengan penghasil sapi Bali. Namun beberapa tahun terakhir ini dengan nama besar yang disandangnya menjadikan propinsi ini lupa diri sehingga menjadi devisit karena tidak membatasi ternak yang keluar dan jumlah pemotongan ternak yang terus meningkat setiap tahunnnya tanpa dibarengi dengan peningkatan populasi dan perbaikan genetik.
Statistik terakhir mencatat bahwa jumlah sapi potong di Sulawesi Selatan tahun 2000 berjumlah 718.164 ekor dan untuk tahun 2004 tinggal 627.981 ekor yang artinya populasi sapi potong dalam kurun waktu tersebut mengalami penurunan secara signifikan, sedang jumlah penyembelihan sapi baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat di RPH untuk tahun 2004 keseluruhannya berjumlah 62.029 ekor. Bila jumlah tersebut ditambahkan dengan penyembelihan gelap, maka jumlah sapi secara komulatif yang dipotong berjumlah 74.242 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan., 2005).
Untuk mengembalikan nama besar propinsi ini tidak ada kata terlambat untuk menyadari kekurangan yang selama ini dialami. Sudah saatnya memanfaatkan kondisi sekarang yang mana masyarakat sudah mulai sadar pentingnya mengelola peternakan dengan baik, karena dengan berternak dengan manajemen yang baik dapat memperoleh hasil lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh pendahulunya. Untuk merespon hal ini seharusnya dilakukan dengan introduksi teknologi peternakan seperti manajemen pakan, teknologi reproduksi, pengolahan hasil petenakan dan pengolahan limbah.
Introduksi teknologi sebenarnya sudah sejak lama dikenal namun masih terkendala dalam penerapannya karena selama ini usaha peternakan sapi potong yang dikelola masyarakat dicirikan dengan skala usaha kecil dengan kepemilikan modal kecil, serta sebagian besar merupakan usaha sampingan. Hal ini menyebabkan jumlah rumah tangga yang dilibatkan sangat besar, bahkan mencapai 60% rumah tangga petani (Ali, dkk, 2006). Masyarakat pada umumnya takut mengambil resiko dengan mengubah kebiasaanya atau menerima teknologi baru, ketakutan ini cukup beralasan karena ternak sapi bagi sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan merupakan tabungan keluarga dimana ternak akan dijual apabila sudah memerlukan uang yang cukup besar, sehingga walaupun ternaknya sudah memilki nilai ekonomis tinggi, namun belum membutuhkan biaya yang besar ternak tersebut masih dipertahankan dan begitu pula sebaliknya apabila sudah saatnya memebutuhkan biaya besar maka ternak tersebut akan dijual walupun nilai ekonomisnya masih rendah sehingga menyebabkan usahanya menjadi tidak efisien.
Hal lain yang menyebabkan rendahnya penyerapan teknologi adalah rendahnya pendapatan peternak karena masih merupakan usaha sampingan sehingga masyarakat enggang mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara maksimal, sedangkan penerapan teknologi memelukan biaya tambahan walau mereka tidak sadar bahwa dengan mengeluarkan sedikit tambahan biaya akan memperoleh mamfaat yang lebih besar untuk peningkatan pendapatan dimasa yang akan datang.
Teknologi yang dapat diterapkan dan sangat dibutuhkan dalam peningkatan populasi, perbaikan lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarkat adalah Inseminasi Buatan Sperma Sexing dan teknologi biogas. Inseminasi buatan sperma sexing adalah teknologi kawin suntik dengan sperma yang sudah diketahui jenis kelamin yang kita inginkan. Teknologi ini diharapkan dapat memperpendek jarak reproduksi yang dengan kawin alam yaitu 28-36 bulan diharapkan dengan teknologi ini dapat diperpendek menjadi 14-16 bulan dan jenis kelamin yang dilahirkan sesuai dengan keinginan dan memperbaiki genetik karena kita dapat memasukkan jenis sapi dengan genetik yang unggul. Teknologi biogas adalah teknologi pemanfaatan feces menjadi gas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumahtangga seperti untuk memasak sebagai pengganti kayu bakar dan minyak tanah, sedangkan limbah biogas itu sendiri yang terdiri dari limbah padat dan cair merupakan sumber pupuk yang sangat potensial karena bersumber dari bahan organik sehingga ramah lingkungan dan sangat membantu usaha pertanian. Sebagian besar peternak secara bersama-sama megelola pertanian sehingga pola ini sangat cocok untuk diintegrasikan, pola seperti ini akan mengurangi input dari luar sehingga petani peternak dapat menguragi pengeluaran dan pendapatan akan meningkat.
Untuk dapat menerapkan teknologi tersebut tentu memerlukan sumberdaya manusia yang berkulitas, namun Sulawesi Selatan memiliki Univesitas Hasanuddin yang merupakan universitas terkemuka di Indonesia dengan Fakultas Peternakannya setiap tahunnya melahirkan sarjana baru yang dapat diandalkan untuk menerapkan teknologi tersebut dimasyarakat.
Keterlibatan pihak akademik lam pnerapan teknologi sudah dilaksanakan dibeberapa daerah seperti di Kabupaten Enrekang dengan pemanfaatan hasil olahan limbah seperti biogas sebagai pengganti bahan bakar juga pupuk organik yang dihasilkan dari hasil permentasi biogas. Konsep ini merupakan usahatani terpadu dengan konsep zero waste. Konsep ini juga telah diperkenalkan melalui kegiatan IPTEKDA IX LIPI kerjasama Yayasan Al-Basyard dengan Fakultas Peternakan Unhas melalui integrasi penggemukan sapi dengan perkebunan kakao dan vanili (lampiran gambar) berjalan dengan baik. Sebagai gambaran, kebun kakao dan vanili UKM pelaksana yang dulunya membutuhkan pupuk anorganik sejumlah 800 – 900 kg pertahun per hektarnya saat ini tidak lagi menggunakan pupuk anorganik tetapi hanya menggunakan pupuk organik padat dan cair yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Hal ini di dukung karena konstruksi kandang memang diletakkan di tengah kebun petani sehingga memudahkan pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik.
Salah satu daerah yang sangat potensial untuk penerapan teknologi ini adalah Kabupaten Bulukumba mengingat letak daerah tersebut terletak didaerah selatan propinsi Sulawesi Selatan sehingga dapat menjadi cikal bakal penerapan teknologi untuk kabupaten yang ada disekitarnya. Potensi lain yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba adalah populasi ternak sapinya yang cukup besar yaitu 65.114 ekor pada tahun 2006, dan memiliki lahan yang subur serta sumber pakan yang melimpah. Jenis sapi yang diternakkan pada umumnya sapi bali dengan pengelolaan yang selama ini dilakukan oleh masyrakatnya masih tradisional sehingga pendapatan yang diperoleh peternak masih rendah, sehingga diharapkan dengan kegiatan Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Brahman Cross Melalui Pengembangan Teknologi Inseminasi Buatan Sperma Sexing Dan Teknologi Biogas, dapat meningkatkan pendapatan peternak.
B. Tujuan dan Sasaran
B.1 Tujuan Kegiatan ini adalah :
1. Meningkatkan mutu genetik sapi potong sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan bibit/bakalan pada sumber luar negeri (import) melalui pendekatan bioteknologi serta introduksi bibit (semen) unggul melalui metoda inseminasi buatan berbasis sperma sexing.
2. Percepatan produksi bibit sapi potong bermutu untuk meningkatkan populasi sapi-sapi lokal (masyarakat dan mitra industri).
3. Meningkatkan potensi pengembangan dan pemanfaatan teknologi peternakan modern dalam sistem perbibitan (breeding) yang dikelola oleh mitra industri.
4. Introduksi inovasi teknologi yang well proven yang bermanfaat bagi peningkatan produktivitas ternak sapi potong dan perbaikan manajemen usaha (economic impact).
5. Merangsang peternak untuk mengikuti kegiatan penggemukan sapi potong dan pemanfaatan pupuk organik.
6. Meningkatkan pendapatan peternak melalui usaha pemeliharaan ternak sapi potong dan pengolahan limbah secara terpadu.
7. Mendukung penerapan teknologi pertanian organik ramah lingkungan untuk mewujudkan konsep Sustainable Agriculture.
B.2. Sasaran yang diharapkan dicapai adalah:
1. Meningkatkan produktivitas ternak sapi potong sebagai dampak upaya peningkatan mutu genetik ternak dari introduksi bibit unggul.
2. Meningkatkan ketersediaan sumber bibit yang unggul yang dapat disebar guna meningkatkan populasi ternak sapi potong sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan asal ternak.
3. Terbentuknya sentra perbibitan ternak sapi potong yang diindikasikan dengan meningkatnya populasi dasar induk sapi potong yang ada di unit perbibitan mitra industri.
4. Meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi, diantaranya teknologi perbibitan secara intensif (breeding intensif), produksi dan aplikasi teknologi inseminasi buatan berbasis sperma sexing, teknologi pengolahan limbah pertanian, serta pemanfaatan kotoran ternak sebagi sumber gasbio untuk produksi pupuk organic
5. meningkatnya pendapatan masyarakat karena meningkatnya nilai jual ternak sapi potong hasil IB dan terjadinya diversivikasi usaha (Memproduksi pupuk organik yang berkualitas dalam jumlah yang memadai melalui pemanfaatan kotoran ternak sapi potong)
6. Meningkatnya keterampilan peternak utamanya dalam inseminasi buatan sperma sexing dan teknologi biogas.
Diposkan oleh Tibona SMD 2008 di 07.09 0 komentar
Profi Kelompok
UKM yang terlibat adalah kelompok tani-ternak Tibona Dusun Ulu Galung Desa Tibona Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Kelompok tani ternak ini telah lama bergelut dalam bidang peternakan yaitu peternakan sapi Bali yang dikelola secara tradisional dan merupakan usaha sampingan dengan kepelikan ternak yang masih kecil (1 – 2 ekor) walaupu ada peternak yang sudah mengkandangkan ternaknya hanya sebagian kecil dan belum melakukan memanfaatkan teknologi pakan. Khususnya usaha tani padi, jagung dan palawija sebagai usaha pokok juga masih dikelola secara tradisional.
Sapi yang kembangkan merupakan jenis sapi lokal yang pertumbuhannya sangat lambat dan masih melakukan sistem perkawinan alam jadi siklus reproduksinya juga masih panyang hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Introduksi teknologi diharapkan mampu mengubah sistem pengelolaan usahanya ke arah sistem usaha peternakan yang intensif dengan mengembangkan sapi Brahman Cross yang pertumbuhannya lebih cepat dan secara genetik lebih unggul dibandingkan sapi Bali yang dikelola saat ini. Introduksi teknologi Inseminasi Buatan Sperma Sexing diharapkan dapat dapat memperpendek siklus reproduksi serta ternak yang dikandangkan dapat memanfaatkan fecesnya sebagai sumaber biogas dan sumber pupuk organik secara komersial maka dengan sendirinya pendapatan peternak akan meningkat.
Peternak yang terpilih merupakan peternak yang memiliki jiwa wirausaha tinggi dan merupakan peternak yang sudah lama mengembangkan peternakan sapi Bali. Rata-rata pengalaman mereka lebih dari 5 tahun, Usahatani ternak yang dilakukan selama ini berupa usaha Pengembangan sapi Bali meskipun beberapa dari mereka telah memelihara ternak dalam bentuk usaha sampingan (peternak yang terpilih telah memelihara ternak dalam skala kecil). Profil peternak yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini tahun 2008 di Kabupaten Bulukumba, terlampir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA