28 Januari 2011

LENGKAP MENGENAI RAMALAN

INDONESIA PLASA





Orang-orang cenderung lebih memercayai ramalan yang baik ketimbang yang buruk karena mereka butuh motivasi dalam hidup
Membaca ramalan kerap dikaitkan dengan hobi kaum perempuan. Coba saja lihat ketika mereka sedang membaca majalah, pasti rubrik ramalan bintang yang mereka buka lebih dulu.

Namun Ratih Ibrahim, psikolog dari lembaga Personal Growth, menolak bila perempuan dikatakan lebih membutuhkan atau menyukai dunia ramalan. Dalam opininya, semua orang pada dasarnya membutuhkan prediksi akan masa depan untuk menjamin keberlangsungan hidupnya. Prediksi yang logis dianggap bagian dunia ilmiah, sementara yang lebih mengutamakan emosi masuk ke dunia klenik.

Nah, hal-hal yang bersifat logis seringkali dihubungkan dengan sisi maskulin, yang tentu saja mewakili laki-laki. Sayangnya, yang bersifat emosional inilah yang dikaitkan dengan sisi feminin dan kaum hawa. Itulah yang menyebabkan perempuan dikatakan lebih menyukai dunia ramalan.

Sementara itu menurut Erna Karim, sosiolog Universitas Indonesia, selama ini memang kelihatannya perempuan lebih akrab dengan urusan ramalan tersebut. Padahal di daerah-daerah banyak juga laki-laki yang pergi menemui dukun, tapi tidak terlalu diekspos. Penyebabnya adalah banyaknya media yang lebih sering memuat ramalan yang membahas relasi horisontal (sejajar): hubungan dengan pasangan, jodoh, atau keluarga.

"Ramalan relasi horisontal lebih disukai perempuan karena ada peluang terjadinya gejolak. Ada ketidakpastian sehingga mereka memerlukan panduan. Lain halnya dengan relasi vertikal, misalnya antara bos dengan karyawan. Bila dipandang dari ilmu sosiologi, perempuan adalah tipe manusia yang patuh. Jadi relasi vertikal akan berjalan relatif lancar," ungkap Erna.

Sugesti memengaruhi
Menurut Ratih, ada suatu faktor yang turut menentukan terwujud atau tidaknya ramalan tersebut. Faktor ini disebut sugesti. Sugesti adalah suatu keyakinan dalam alam pikiran seorang manusia yang menggerakkan tindakan dan perilakunya. Besar atau kekuatannya berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain. Semakin orang ini yakin, semakin besar kemungkinan ramalan itu terwujud.

Ia memberi contoh seseorang yang menurut ramalan akan mendapatkan rezeki bulan ini. Orang tersebut begitu senangnya dengan hasil ramalan itu sehingga menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Di rumah ia bersemangat, di kantor pun ia bersemangat. Akibatnya, pekerjaannya bisa ia selesaikan dengan baik, bahkan melebihi yang diharapkan atasannya. Di akhir bulan, sang atasan memberinya bonus sebagai imbalan kerjanya yang memuaskan.

"Benar kan, ia dapat rezeki? Tapi siapa yang menghasilkan? Ya dirinya sendiri. Sedemikian besarnya andil sugesti dalam diri kita. Hal yang sama juga bisa terjadi seandainya kita terlalu memikirkan hasil ramalan yang buruk. Saking stres dan khawatirnya, ia tidak bisa berkonsentrasi pada hidupnya. Ujung-ujungnya yang terjadi ya yang buruk," jelas Ratih.

Erna menambahkan, semua sebenarnya tergantung pemaknaan kita akan hasil ramalan itu. Orang-orang cenderung lebih memercayai ramalan yang baik ketimbang yang buruk karena mereka butuh motivasi dalam hidup.

"Orang butuh yang namanya hiburan, kekuatan, dan motivasi. Apalagi kalau keadaan serba tidak pasti. Banyak yang lari ke Tuhan, tapi ada juga yang lari ke ramalan," katanya.

Ia yakin, pandangan masyarakat Indonesia akan berubah soal ini jika sudah lebih ada kepastian dalam hidup. Sementara ini, ia menyarankan untuk berusaha yang terbaik sesuai akal budi dan kepercayaan masing-masing. Jadi, apapun pilihan Anda, Anda sendiri yang tahu mana yang terbaik.

Orang Indonesia Senang Diramal?

Membaca ramalan bintang sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang. Di samping horoskop masih ada ramalan-ramalan lain, seperti kartu, shio, garis tangan, dan sebagainya. Pernahkah Anda bertanya mengapa sih ada orang yang sedemikian gemarnya membaca ramalan? Apa yang mereka cari? Katanya kita sudah modern, tapi kok masih sering membaca ramalan?

Menginginkan kepastian
Menurut sosiolog Universitas Indonesia, Erna Karim, masyarakat Timur, termasuk Indonesia, adalah masyarakat yang sangat memiliki kedekatan dengan alam. Akibatnya, segala sesuatunya diprediksi dengan membaca gejala alam. Misalnya dengan mengartikan letak bintang atau arah angin.

Namun karena alam bersifat dinamis, manusia Timur jadi mengalami kesulitan dalam mendapatkan kepastian. Perubahan sangat mungkin terjadi seiring perubahan alam. Ujung-ujungnya dibutuhkan orang yang pandai membaca alam untuk menginformasikan apa yang akan terjadi. Orang pandai inilah yang kemudian berkembang menjadi peramal.

"Orang-orang ingin tahu, apa konsekuensi perubahan alam terhadap kehidupan saya. Hari ini kondisinya A, tapi besok bisa saja langsung berubah menjadi B. Ini berbeda dari kebudayaan Barat yang mengandalkan hal-hal yang pasti, nyata, bisa dihitung dan direncanakan," tutur Erna.

Selain itu, dalam pandangan ilmu sosiologi, nilai-nilai dan orientasi yang dimiliki saat ini dimaksudkan agar seseorang bisa dengan mulus menjalani kehidupan di masa depan. Jadi wajar jika seseorang lantas mencari cara agar bisa mewujudkannya. Masyarakat Timur cenderung memilih sarana ramalan itu.

Bila dikaitkan dengan Indonesia, menurut Erna, masyarakat kita masih hidup dalam ketidakpastian masa depan. Ia lantas memberi contoh bidang pendidikan. Seorang sarjana lulusan teknik bisa saja pada akhirnya bekerja di bidang perbankan, bukan di bidang teknik.

"Bandingkan dengan negara maju yang bisa menghubungkan institusi pendidikan dengan dunia kerja. Ada link and match," ujarnya. Karena khawatir dan merasa tidak bisa mengandalkan apa yang ada, mereka mencari panduan pada ramalan.

Pendapat senada dikemukakan psikolog Ratih Ibrahim dari lembaga Personal Growth. Ia mengatakan, dalam diri setiap orang ada kebutuhan untuk bertahan hidup. Itu merupakan insting paling dasar. "Tapi tidak hanya itu. Setelah hidup, lantas apa? Orang itu ingin bisa mengendalikan hidupnya. Kalau sekarang sudah baik, tentu ia ingin baik juga di masa depan. Kalau perlu, ia bisa menyaingi orang lain," terang Ratih.

Dengan memiliki informasi, ia jadi bisa menyiapkan masa depannya. "Seperti kata filsuf Francis Bacon, 'Knowledge is power'. Orang yang punya informasi punya kelebihan dan kekuatan. Informasi di masa lalu menjadi modal untuk masa kini. Informasi masa kini dipakai untuk menentukan masa depan," tambahnya lagi.

Salah satu alasan lain mengapa orang mencari jawaban lewat ramalan yaitu karena hasilnya dijadikan jalan pintas terhadap semua permasalahan yang ada. Ratih memberi contoh orang yang sakit. Daripada repot dan lama menemui dokter, lebih baik ia pergi ke dukun. Belum lagi biayanya yang tidak semahal pemeriksaan dokter.

Wah, di zaman modern seperti sekarang, kok masih ada orang yang lebih memilih pergi ke dukun waktu sakit?

"Siapa bilang kita sudah modern? Ada bedanya lho, antara modern dan bersifat kebarat-baratan. Menurut saya, selama ini kita masih hanya bersifat kebarat-baratan, belum modern. Jadi tak heran jika masih banyak orang yang memilih jalan itu (pergi ke dukun)," kata Erna.

7 Jenis Aliran Fortune Teller

Anda pasti pernah mendengar atau menonton para peramal yang punya "spesialisasi" membaca kartu tarot, bola kristal, fortune cookies, atau daun teh dan kopi. Benda-benda ini pada dasarnya menjadi media untuk melihat masa lalu, masa kini, dan masa depan, ataupun untuk meramal nasib, perjodohan, feng sui, karier, dan pelaris usaha. Media ini berkaitan dengan aliran si peramal.

Suhu Julai, asisten Suhu Yo, yang berpraktek di booth Fortune Teller di China's Heritage, Puri Indah Mall, menjelaskan tujuh jenis aliran tersebut:

1. Aliran Tao. Aliran ini berkembang di daratan China, seperti Taiwan, Korea, Kalimantan, Pontianak, Medan, dan Bangka. Para suhu dari aliran Tao umumnya menggunakan pakaian serbamerah atau identik dengan warna merah. Sarana yang digunakan adalah air putih (ataupun minuman lain seperti kopi) , parfum, hio, dan garam. Semua barang tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari empunya.

2. Aliran Gypsi. Aliran ini berpusat di Yunani, namun berkembang di Eropa, Belanda, dan Belgia. Mereka identik dengan pakaian hitam dan biasa disebut mentalist, seperti Rommy Rafael dan Deddy Corbuzier (khusus untuk aliran gypsi Belanda umumnya menggunakan pakaian serba putih). Mereka menggunakan kartu tarot, ataupun bola kristal. Umumnya ramalan ini disenangi oleh kalangan menengah atas dan amat tinggi ketepatan ramalannya, yakni 99 persen.

3. Aliran Kejawen. Populer di Jawa, atau dikenal dengan ilmu petak bumi. Umumnya menggunakan hitungan tanggal lahir atau total jumlah angka dan tahun kelahiran. Tujuannya untuk membaca sifat, karakter, kepribadian, atau peruntungan seseorang.

4. Aliran Tarot Wayang, yang merupakan gabungan antara gypsi dan kejawen. Manusia diibaratkan hidup seperti cerita pewayangan. Cara ini menggunakan kartu tarot atau menggunakan pertunjukan wayang semalam suntuk untuk membuang sial.

5. Aliran Dayak. Menggunakan media biji kopi atau daun teh, atau barang-barang milik empunya, seperti pakaian dalam dan rambut. Umumnya digunakan untuk melakukan pelet atau santet.

6. Aliran Mo San. Aliran yang berasal dari Thailand ini menggunakan alat berupa kertas tulisan Hu (huruf Thailand atau China kuno). Dahulu umumnya tulisan di atas kertas Hu menggunakan darah dari lidah, namun sekarang menggunakan tinta merah. Hal ini biasanya digunakan untuk menarik rejeki.

7. Aliran yang dianut lewat Kaisar Ming. Aliran ini menggunakan mata batin atau dengan melihat garis wajah, bentuk tangan, hidung, dan jari, untuk menentukan sifat seseorang. Sifat-sifat ini diperlukan untuk seseorang yang ingin menjadi pemimpin atau orang kepercayaan.


Meramal Jodoh lewat Fortune Teller

Fortune teller bis membantu Anda untuk melihat kehidupan masa depan dari segi jodoh, karir hingga bisnis.

Menjelang pergantian tahun baru China, umumnya banyak pelaku bisnis, atau orang yang ingin mendapatkan jodoh, meminta bantuan fortune teller untuk meneropong keberuntungannya. Salah satu fortune teller yang kerap didatangi oleh mereka adalah Suhu Yo.

Pria, yang memiliki kemampuan membaca kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan, ini membuka booth Fortune Teller di salah satu sudut pameran China's Heritage di Puri Indah Mall. Booth yang didominasi warna merah ini tampak ramai pengunjung. Namun Suhu Yo ternyata baru akan berpraktek seminggu menjelang hari raya Imlek (14/2/2010) nanti. Sedangkan yang berpraktek di tempat tersebut saat ini adalah para asisten Suhu Yo.

Mereka yang ingin diramal cukup membayar Rp 50 ribu untuk 15 menit. Anda boleh menanyakan apa saja yang membuat Anda penasaran. Dewi, salah satu pengunjung, mengatakan sering membaca nasib dengan bantuan fortune teller.

''Biasanya saya datang ke daerah Mangga Dua. Ada yang baca pakai kartu tarot atau bola kristal. Kalau yang di sini sepertinya garis tangan,'' tutur Dewi, yang mengaku ingin mengetahui nasib jodoh dan kesehatannya. Menurutnya, sekitar 70 persen ramalan masa depan dari ahli tarot yang pernah ia datangi memang tepat.

Dewi mengaku hanya percaya untuk hal-hal yang baik saja. ''Ramalan seperti ini tidak harus dipikirin terlalu serius. Iseng aja, kalau memang terjadi yang baik syukur, kalau enggak ya, enggak apa-apa. Toh yang lebih berkuasa (mengatur kehidupan), Tuhan,'' jelasnya.

Ia percaya memang ada sebagian orang yang memang memiliki kemampuan untuk menolong, seperti Suhu Julai yang bertugas sore itu. Suhu Julai adalah murid dari Suhu Yo. Sedangkan Hartawan yang siang itu datang bersama pasangannya mengaku ingin mencari tahu tentang usaha bisnisnya.

''Semua yang ia katakan tentang masa ini memang tepat. Mudah-mudahan nanti bisa lebih sukses,'' tutur pria berdarah China ini.

Ramalan nasib ini memang lebih tepat jika si empunya percaya. Kalau pun tidak percaya, umumnya hal-hal yang dikatakan oleh suhu (guru, RED) cepat atau lambat akan terbukti.

''Yang saya lakukan adalah membaca nasib lewat garis tangan. Cara membaca ini tidak lama, hanya 10-15 menit, dan sudah bisa diramal untuk jangka panjang,'' tutur Suhu Julai yang mengaku kebanyakan kliennya datang untuk mencari peruntungan usaha dan jodoh.

Membaca garis tangan, lanjutnya, tidak bisa dilakukan terlalu sering. Butuh minimal 2 atau 3 tahun lagi untuk bisa membaca garis tangan seseorang. "Garis tangan manusia baru bisa berubah minimal 3 tahun setelah dibaca pertama kalinya,'' jelas pria, yang sejak usia 20 tahun sudah bisa meramal.

Selain meramal dengan melihat garis tangan, suhu ini juga bisa meramal menggunakan bola kristal, kartu tarot, lewat tanggal lahir, atau,pun menggunakan daun teh dan kopi sebagai medianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA