"Kita akan jaga rupiah tidak menyimpang dari nilai fundamentalnya. Dan nilai fundamental itu ada hitungannya Rp8.900 sampai Rp9.300 per dolar AS. Bisa juga sedikit di bawah itu," kata Darmin di Bandung, Rabu.
Menurutnya, untuk menjaga rupiah tidak berfluktuasi terlalu tinggi, BI akan membeli valas dari pasar uang sehingga akan menambah pasokan rupiah sehingga nilainya tidak terlalu menguat.
Namun, dengan banyaknya rupiah maka BI harus menariknya untuk mencegah inflasi dengan Sertifikat Bank Indonesia. "Itu memang menjadi biaya bagi BI dan mempengaruhi neraca BI," katanya.
Dijelaskannya, sejak krisis 2008 sampai saat ini banyak arus dana asing masuk ke negara-negara emerging market termasuk Indonesia karena belum pulihnya ekonomi dunia dan menariknya pertumbuhan ekonomi negara-negara itu.
"Dolar AS menyebar ke banyak negara sehingga nilainya turun sementara mata uang negara lain menguat termasuk rupiah. Ini terjadi di seluruh dunia," katanya.
Pelemahan dolar AS ini kalau dibiarkan, akan membuat mata uang negara-negara "emerging market" termasuk Indonesia akan terlalu kuat sehingga bisa keluar dari nilai fundamentalnya dan bisa mengganggu perekonomian.
"Ini tren yang akan terjadi berkepanjangan," kata Darmin.
Kurs rupiah sejak awal tahun terus menguat dan pada semester kedua menembus Rp9.000 per dolar AS dan akhir-akhir ini berada di posisi Rp8.975 per dolar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA