Penerbangan
"Kami sudah coba menjualnya, tetapi belum bisa karena memang harga di pasar masih terlalu rendah. Sebagai BUMN, kami harus menjual minimal seharga nilai jual obyek pajak (NJOP). Namun, rata-rata harga pasar masih di bawah yang ditargetkan," kata Direktur Operasi Garuda Indonesia Ari Sapari, Rabu (22/9/2010).
Sayang, Ari mengaku tidak ingat berapa harga satu pesawat bekas yang terdiri dari Boeing 737-300, 400, dan 500 seri klasik tersebut. Namun, menurutnya, harga jual pesawat yang masih rendah itu disebabkan industri penerbangan di luar negeri, khususnya Eropa, masih belum bergairah. Berbeda halnya dengan industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik yang terus tumbuh. Karena itulah, Garuda akan menjualnya ketika harga pesawat naik.
Walhasil, "Pesawat-pesawat klasik itu masih kami gunakan untuk melayani rute domestik karena aset BUMN itu tidak boleh tidak diutilisasikan," jelasnya.
Awal Mei lalu, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar memastikan akan melakukan phase out atau menyingkirkan 16 pesawat Boeing seri klasiknya seiring kedatangan 24 pesawat baru tahun ini. Delapan pesawat di antaranya akan diserahkan kepada anak usahanya, Citilink, untuk dioperasikan sehingga delapan unit sisanya akan dikembalikan kepada lessor dan dijual.
Sampai akhir tahun lalu, Garuda mengoperasikan 70 pesawat. Dengan rincian, Boeing 747-400 sebanyak 3 unit, Airbus 330-300 sebanyak 6 unit, Airbus 330-200 sebanyak 4 unit, Boeing 737-800 NG sebanyak 23 unit, Boeing 737-400 sebanyak 19 unit, Boeing 737-300 sebanyak 10 unit, dan Boeing 737-500 sebanyak 5 unit. Sementara itu, sampai tahun 2014, rencananya Garuda akan mengoperasikan 116 pesawat dengan komposisi 90 pesawat Boeing 737 NG dan 26 pesawat A330-200.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA