30 Oktober 2010

INTEL BUKA PABRIK CHIPS TERBESAR DI VIETNAM

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

Intel Buka Pabrik Chip Terbesar di Vietnam
(Istimewa)


Intel pembuat chip yang berbasis di AS Jumat membuka fasilitas perakitan dan
pengujian senilai satu miliar dolar di Vietnam, pabrik terbesar di dunia
perusahaan itu, mengatakan akan membantu perkembangan negara itu.



Presiden dan CEO Intel Paul Otellini dan Wakil Perdana
Menteri Hoang Trung Hai secara resmi membuka pabrik tersebut, yang seukuran lima setengah lapangan
sepak bola, di sebuah kawasan industri di Kota Ho Chi Minh.



Ia mengatakan pembukaan fasilitas tersebut "mendukung
tujuan kami untuk mempercepat transformasi ekonomi yang dipimpin industri padat
teknologi".



Intel mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Produksi
mulai pertengahan tahun ini, dimulai dengan produksi chipset untuk laptop dan
peralatan mobile bagi pelanggan Intel di seluruh dunia.



"Setelah sepenuhnya beroperasi, fasilitas tersebut
diharapkan akan menciptakan beberapa ribu pekerja terampil di bidang manufaktur
berteknologi tinggi dan menghasilkan pendapatan ekspor yang signifikan untuk
negara tersebut."



Otellini mengatakan saat upacara peresmian bahwa Intel telah
menandatangani kesepakatan bersama dengan badan-badan pemerintah untuk
memajukan e-government, pendidikan, komputer pribadi dan penetrasi pita lebar
dan literasi digital di Vietnam.



Fasilitas tersebut merupakan salah satu dari tujuh fasilitas
yang dioperasikan Intel di seluruh dunia. Intel mengumumkan proyek tersebut
empat tahun lalu, memproklamirkan fasilitas tersebut menjadi investasi terbesar
oleh sebuah perusahaan Amerika di Vietnam.



Pembukaan pabrik semikonduktor pertama di Vietnam berlangsung meski ada peringatan
dari para analis bahwa negara komunis itu beresiko kalah baik terhadap negara
lebih miskin dan upah lebih rendah maupun terhadap negara komunis yang lebih
kaya dan lebih inovatif dan memiliki kualitas angkatan kerja yang lebih tinggi.



Bank Dunia dan Akademi Ilmu Sosial Vietnam (VASS) mengatakan
dalam sebuah laporan bersama pada Agustus bahwa negara itu terlalu banyak
bergantung pada eksploitasi sumber daya alam sedangkan industrinya, kebanyakan
didominasi oleh grup besar milik-negara, kurang dinamis.



Negara tersebut merupakan pengekspor beras dan kopi kedua
terbesar dunia sedangkan seafood, sepatu
dan pakaian menjadi penghasil utama lainnya.



Namun standar sain dan teknologi Vietnam
rendah dibanding dengan pesaing regional, kata presiden VASS Do Hoai Nam.



Ia menambahkan infrastruktur ekonomi negara itu tidak
berkembang baik, kekurangan spesialisasi dan daya saing dan kekurangan pekerja
terampil.



Namun fasilitas Intel tersebut merupakan pertanda bahwa
Vietnam "maju dari rantai makanan semakin menuju ke manufaktur
canggih", kata Adam Sitkoff, direktur eksekutif Kamar Dagang Amerika
Vietnam.



Fasilitas tersebut akan memberikan "pekerjaan
berkualitas tinggi" untuk rakyat Vietnam dan menarik
perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi lain ke negara tersebut, kata
Sitkoff.



"Biasannya ketika Intel pergi kemana saja, itu
merupakan pertanda bagi perusahaan-perusahaan teknologi lain bahwa mereka dapat
juga pergi kesana," katanya.



Leon Perera, direktur pelaksana grup Spire Research and
Consulting di Singapura, mengatakan: "Investasi Intel di Vietnam tidak
diragukan lagi merupakan suara kepercayaan" terhadap negara tersebut.



Vietnam,
tambahnya, memperoleh keuntungan dari kebutuhan perusahaan-perusahaan
multinasional untuk mendiversifikasi di luar China.



Parera mengatakan bahwa Vietnam, dengan keunggulan
biaya-buruhnya terhadap China, kedekatan dengan pasar China, partisipasi dalam
kesepakatan perdagangan bebas regional, "kemungkinan akan cocok untuk
perakitan produk-produk TI".



Namun satu hambatan mungkin adalah industri logistik Vietnam yang
secara relatif ketinggalan, kata Parera. "Hambatan lain kemungkinan adalah
relatif jarangnya penutur bahasa Inggris dibanding dengan Malaysia, atau bahkan Thailand
dan China."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA