INDONESIA PLASA BY: TONI.S
Kamis, 25 November 2010 13:04 WIB
Pekerja memasang bor sebagai reaktivasi pembuatan sumur dengan SRP (Sucker Rod Pump/pompa angguk) di Unit Bisnis Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP), Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (23/11).
Produksi terjual atau "lifting" minyak bumi dan kondensat periode Desember 2009 sampai November 2010 mencapai 957.000 barel per hari.
Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) R Priyono dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis mengatakan, tingkat "lifting" itu lebih rendah dari target APBN Perubahan 2010 sebesar 965.000 barel per hari.
"Angka `lifting` masih lebih rendah dari target 965.000 barel per hari," ujarnya.
Menurut dia, terdapat sejumlah kendala pencapaian target "lifting" yang membuat potensi kehilangan produksi hingga 19.000 barel per hari. Dengan demikian, sebenarnya tingkat "lifting" bisa mencapai 976.000 barel per hari.
Berbagai kendala itu adalah kehilangan produksi 9.700 barel per hari akibat cuaca, peralatan, sistem transposrtasi, jaringan listrik, ketidaksiapan penerima, dan berkurangnya permintaan pada hari besar.
Selanjutnya, adanya kebocoran pipa gas yang menyebabkan produksi PT Chevron Pacific Indonesia, BOB PT BSP-PHE, dan SPR turun sampai 5.000 barel per hari.
Lalu, ketidakmampuan pengambilan minyak Banyu Urip oleh Kilang TWU menyebabkan kehilangan produksi 3.125 barel per hari. Produksi anjungan KE-40 Kodeco juga terhenti karena tertabrak kapal pada 12 Agustus 2010, sehingga potensi kehilangan produksi 625 barel per hari.
Terakhir, produksi Kangean Energy Ltd dari Lapangan Sepanjang terhenti karena ledakan pada FSO Gagasan Perak pada akhir Agustus 2010.
"Kehilangan produksi Sepanjang mencapai 550 barel per hari," katanya. Namun, lanjutnya, "lifting" gas bumi mencapai 7.787 juta kaki kubik per hari atau lebih tinggi dari target APBN Perubahan 2010 sebesar 7.758 juta kaki kubik per hari.
Dengan demikian, Priyono mengatakan, penerimaan negara dari migas sepanjang Desember 2009-November 2010 mencapai 26,23 miliar dolar AS atau 100,65 persen dari target APBN sebesar 26,06 miliar dolar AS.
Sementara, penerimaan bersih kontraktor mencapai 7,244 miliar dolar AS dan biaya pemulihan (cost recovery) 12,041 miliar dolar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA