23 Agustus 2010

Kasus Paskibra DKI Senior Lebih Ditakuti daripada Orangtua

Sejumlah orangtua Paskibra 2010 asal Jakarta menyayangkan perubahan sikap putra-putri mereka setelah menjalani masa Orientasi Kepaskibrakaan (OK) di Cibubur, awal Juli lalu. Mereka menganggap anak-anak mereka lebih takut kepada Paskibra senior daripada orangtua mereka sendiri.

Sejumlah orangtua calon Paskibraka (capaska) putri yang ditemui Kompas.com, Minggu (22/8/2010), mengakui, perubahan sikap anaknya itu terjadi setelah Selasa (17/8/2010) malam, yakni ketika anak-anak mereka berkumpul terakhir kali di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, setelah upacara bendera pada pagi harinya.

Salah satu capaska mengakui, dalam pertemuan tersebut, 27 anggota Paskibra DKI diminta menjawab tiga pertanyaan dari tim investigasi Purna Paskibraka Indonesia (PPI) di atas kertas bermeterai.

"Setelah tanggal 17 (Agustus) malam, mereka berubah sikap. Mereka menjadi lebih tertutup kepada kami," kata Loreen Djunaidi, orangtua salah satu calon Paskibra (capaska) putri.

Pada Jumat (20/8/2010), seorang Paskibra yunior membantah pemberitaan media massa mengenai adanya perintah berbaris dan jalan bugil kepada capaska putri selama masa orientasi. Ini sangat bertentangan dengan pernyataan orangtua capaska.

"Mereka seperti didoktrin (oleh para senior). Mereka lebih takut kepada senior daripada orangtua," kata Rita Ritonga, juga orangtua capaska putri.

Rita mengatakan, semua anggota Paskibra menjawab kompak saat Paskibra senior menanyakan apakah mereka mau organisasi Paskibraka atau PPI dibubarkan.

"Tidak, Kak!" kata Rita mengutip perkataan capaska termasuk putrinya. "Padahal, bukan Paskibranya yang dibubarkan, tapi pengurus dan oknumnya. Untuk apa Paskibraka dibubarkan? Mereka tidak salah, justru oknum-oknum (PPI) ini yang harus dikeluarkan," tegas Loreen.

"Anak kami masih di bawah umur, tidak boleh tanda tangan di atas meterai tanpa sepengetahuan orangtua," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA