9 Desember 2010

Bio Farma Alokasikan Anggaran Riset Rp118 Miliar

INDONESIA PLASA BY: TONI.S

Kamis, 9 Desember 2010 19:50 WIB

Bandung
Perusahaan vaksin satu-satunya di Indonesia, PT Bio Farma (Persero) mengalokasikan anggaran sebesar Rp118 miliar untuk kebutuhan riset atau penelitian guna menghasilkan vaksin baru.

"Semua perusahaan vaksin yang diakui WHO diharuskan terus melakukan riset untuk menghasilkan vaksin baru yang dibutuhkan untuk menanggulangi berbagai penyakit di dunia, tahun 2011 kami anggarkan Rp118 miliar," kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Iskandar, di Bandung, Kamis.

Anggaran untuk riset itu, kata Iskandar, lebih besar dibandingkan biaya riset pada 2010 yakni sebesar Rp106 miliar. Selain untuk riset, dana itu atau sebesar Rp57 miliar akan digunakan untuk investasi penunjang riset.

"Sekitar Rp57 miliar akan dialokasikan untuk menunjang riset seperti membeli mesin dan peralatan raboratorium penunjang riset. Bagaimanapun riset harus menyesuaikan dengan teknologi terkini," katanya.

Ia menyebutkan, biaya riset untuk vaksin memang cukup mahal dan besar. Namun demikian hal itu diperlukan untuk menghasilkan vaksin-vaksin baru yang bermanfaat untuk kesehatan dan memproteksi masyarakat dari wabah penyakit yang mematikan.

Namun di lain pihak, minat peneliti vaksin Indonesia untuk melakukan riset masih cukup kecil. Tidak lebih dari dua persennya saja yang melakukan penelitian tentan vaksin itu. Bio Farma terus memfasilitasi dan mendorong agar para peneliti vaksin Indonesia lebih intensif lagi melakuka kerjasama riset.

Kerjasama riset yang dilakukan PT Bio Farma, kata Iskandar selain dengan peneliti dalam negeri juga dengan peneliti asing seperti dari Afrika Selatan, Belanda, Jerman dan Australia.

Sedangkan di dalam negeri, kata dia, riset dilakukan bekerjasama dengan Universitas Airlangga. Ke depan ia berharap lebih banyak lagi peneliti dalam negeri yang proaktif melakukan penelitian vaksin dengan bekerjasama dengan perusahaan BUMN farmasi itu.

Riset vaksin membutuhkan waktu yang cukup lama, sampai sepuluh tahun. Mungkin faktor waktu itu yang membuat peneliti kurang berminat melakuka riset vaksin," kata Iskandar.

Ia berharap ke depan, lebih banyak peneliti yang bisa menelurkan ilmunya untuk mendapatkan varian vaksin baru yang bisa diproduksi.

"Beberapa bahan baku vaksin masih diimpor, juga perangkat lainnya. Ke depan kami berharap peneliti kita bisa menemukannya. Bio Farma tidak bisa melakukan penelitian sendiri dan butuh partnet dari para peneliti," kata Direktur Utama PT Bio Farma itu menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA