9 Desember 2010

Investor Asing Diharapkan Rambah Sektor Manufaktur

INDONESIA PLASA BY: TONI.S

Kamis, 9 Desember 2010 01:19 WIB

Jakarta

Tingginya tingkat investasi selama tahun 2010 belum diiringi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor riil. Rendahnya kualitas perekonomian nasional ini menjadi kekurangan, kendati Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengklaim telah mendatangkan ratusan triliun rupiah investasi ke Indonesia.

Menurut pengamat ekonomi UI, Yusuf Wibisono, realisasi penanaman modal yang ditargetkan terus mengalami peningkatan, namun belum berdampak positif terhadap pengembangan ekonomi sektor riil.

"Sampai saat ini saya lihat pemerintah masih terus memfokuskan pada upaya peningkatan pertumbuhan sektor industri dan manufaktur. Pengusaha asing yang dibawa BKPM belum merambah sektor ini," katanya kepada pers, kemarin.

Penanam modal yang berminat menggarap industri manufaktur baru, menurutnya, terlihat belakangan ini ketika beberapa investor asal India dan China berniat merambah sektor ini.

"Baru dua negara itu yang saya lihat serius, dan itupun belakangan. Praktis setahun ini kinerja BKPM belum tampak konkret," katanya.

Terkait persoalan ini, anggota Komisi VI DPR, Sukur Nababan turut menyoroti kinerja BKPM yang dianggapnya parsial. "Yang saya amati, BKPM ini kerjanya 'one man show', ingin jalan sendiri untuk mencapai target investasi. Praktis, kurang memperhatikan kondisi lapangan. Yang terjadi, nilai investasi memang bertambah tapi penggunaannya minim manfaat," ujarnya kepada wartawan kemarin.

Dijelaskannya, Komisi VI DPR jauh-jauh hari sudah mengingatkan melalui Kepala BKPM Gita Wirjawan agar instansinya melakukan sinergi dengan kinerja kementerian yang lain dalam menggenjot sektor investasi. Sehingga, ditambahkannya, realisasi investasi ini nantinya dapat disesuaikan dengan prioritas tujuan nasional untuk mendorong tumbuhnya sektor riil terutama industri manufaktur nasional.

Sayangnya, menurut Sukur, BKPM belum menjalankan apa yang sudah diamanahkan sesuai dengan kesepakatan bersama antara DPR dan pemerintah.

Sukur menambahkan, tidak adanya sinergisasi antara investasi dan program nasional ini dikhawatirkan semakin memperlemah daya saing sektor ekonomi Indonesia di kancah persaingan global.

Sementara itu, anggota Komisi VI lainnya, Aria Bima mendesak agar Presiden SBY mengevaluasi kinerja tim ekonominya secara menyeluruh. Dalam pandangannya, sektor-sektor strategis yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional masih stagnan dan terkendala oleh faktor-faktor yang terbilang klasik.

"Patut disegerakan, Presiden agar mengkaji pencapaian kabinetnya terutama dari segi ekonomi," tegasnya.

Apabila perlambatan ekonomi di sektor riil ini tidak segera diurai akar permasalahannya, dikhawatirkan persoalan yang sama akan terus terjadi di tahun-tahun berikutnya.

Kekhawatiran kalangan Dewan itu sebenarnya cukup beralasan karena beragam indikator memang menunjukkan bahwa kinerja sektor riil hingga akhir 2010 ini belum mengalami peningkatan.

Padahal Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Komite Ekonomi Nasional yang ditugasi Presiden untuk mengawal jalannya program-program ekonomi nasional, berulangkali menekankan bahwa sektor riil menjadi akses paling efektif untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA