INDONESIA PLASA
Sabtu, 18 Desember 2010 | 11:56 WIB
Deklarasi Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4)
Minggu (5/7/2009)
di Gedung Museon, Den Haag, Belanda.
JAKARTA,
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah memiliki peran penting untuk menyinergikan riset para akademisi dengan kebutuhan industri. Jika ternyata pemerintah tak bisa diandalkan, akademisi dan industri dapat bekerja sama secara mandiri membangun inovasi.
Pertemuan Puncak Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2010 di Jakarta, Jumat (17/14/2010), mengagendakan pembahasan persoalan pengembangan ilmu dan teknologi di Tanah Air dalam 11 bidang keilmuan. Mereka juga membandingkan kondisi masing-masing bidang ilmu di Indonesia dengan kondisi global terkini dan prediksi perkembangan bidang ilmu tersebut di banyak negara maju.
"Hubungan antara akademisi, (pelaku) bisnis, dan pemerintah sudah amburadul. Untuk memperbaikinya, seharusnya dimulai dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Namun, sering kali kebijakan berubah ketika menterinya berganti," kata dosen dan peneliti Newcastle University Business School, Inggris, Dessy Irawati.
Juliana Sutanto, asisten profesor bidang manajemen sistem informasi Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Federal Swiss) Zürich, Swiss, menambahkan, banyak regulasi pemerintah yang justru menghambat proses tumbuhnya inovasi. Beberapa di antaranya berupa batasan satu dosen hanya boleh memublikasikan satu jurnal per semester ataupun mendatangkan alat penelitian dari negara lain yang sangat sulit.
Untuk itu, komunikasi terbuka antara industri dan akademisi perlu lebih sering dilakukan. Industri cukup mengutarakan kebutuhannya, sedangkan akademisi menawarkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki.
"Karena industri yang masuk ke Indonesia umumnya fokus ke produksi, tidak membawa R D (penelitian dan pengembangan), maka perguruan tinggi dapat menawarkan riset yang memberikan quick return (hasil yang cepat) bagi perusahaan," ujarnya.
Muhamad Reza, peneliti teknologi energi di perusahaan raksasa Swedia ABB, mengatakan, kondisi Indonesia sangat unik. Tantangan yang ada saat ini adalah membangun keselarasan (link and match) antara perguruan tinggi dan industri.
Lembaga riset
Lembaga riset pemerintah juga harus menjaga sinergi dengan industri. Selain itu, komunikasi di antara sesama lembaga riset juga harus ditingkatkan. Peneliti bidang metal eksplosif di Bundesanstalt für Materialforschung und -prüfung (Institut Federal Jerman untuk Penelitian dan Uji Material), Suhendra, mengatakan, lembaga riset perlu mengembangkan etos rendah hati untuk saling berkomunikasi dengan lembaga lain. Komunikasi ini penting untuk menghindari tumpang tindih riset. "Pemerintah juga perlu menyalurkan dana insentif riset untuk industri swasta," ujarnya. Dana riset untuk perusahaan terpilih itu dapat mempercepat proses inovasi yang mendatangkan nilai ekonomi baru dan menghasilkan produk yang maju dan dibutuhkan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA