26 Desember 2010

Pemerintah Diminta Awasi Perusahaan Mirip Balicon

INDONESIA PLASA
Minggu, 26 Desember 2010 11:16 WIB
Pemerintah Diminta Awasi Perusahaan Mirip Balicon Semarapura
Pemerintah diminta mengawasi ketat perusahaan mirip sejenis Balicon dan Koperasi Karangasem Membangun (KKM), sehingga perusahaan yang merugikan masyarakat itu tidak muncul lagi di tengah-tengah masyarakat Bali.

"Kedua perusahaan itu memberikan kenikmatan sesaat, namun sejatinya semu," kata Manajer Koperasi Srinadi Kabupaten Klungkung, I Nyoman Suwirta, di Semarapura, Bali, Minggu.

Balicon adalah singkatan dari perusahaan asuransi multi-level PT. Bali Consultant Life Insurance yang berperkara dengan para nasabahnya, sehingga berurusan dengan pihak kepolisian.

Untuk bisa membrantas usaha seperti itu, kata Nyoman Suwirta perlu ketegasan pemerintah dalam menindak pelanggaran yang dilakukan perusahan jenis itu.

"Pengawasan yang ketat dari pemerintah perlu dilakukan agar tidak jatuh korban lagi," ucap Nyoman Suwirta.

Menurut Suwirta, sebenarnya masyarakat tahu resiko ikut berinvestasi di perusahaan seperti KKM dan Balicon.

"Ini karena secara fakta dalam jangka pendek kedua perusahan tersebut memang mampu memberikan kenikmatan kepada nasabahnya, sekalipun kenikmatan yang diberikan tersebut adalah semu," ujarnya.

Kenikmatan yang dirasakan masyarakat, ucap dia membuat mereka tertarik dan barani melawan resiko apapun termasuk uangnya hilang.

"Ya awalnya memang terasa nikmat dan membuat ketagihan," ujar Nyoman Suwirta.

Pada akhirnya, kata dia uang mereka akan hilang semua katika perusahan itu akan bangkrut dengan sendirinya akibat tidak mampu melakukan kewajibannya, akibat banyak nasabah yang bermain.

Faktor coba-coba dan melihat keberhasilan nasabah lainya juga menjadi memicu nasabah baru terus bertambah, ujarnya.

"Karena mereka selalu ceritakan enaknya menjadi nasabah investasi yang mirip dengan sitem piramid itu," katanya.

Ia mengatakan, cerita nasabah yang mendapatkan hasil bunga tinggi membuat nasabah lainya semakin ketagihan.

"Mereka pun melindas nalar dan resiko yang selama ini menjadi pertimbangan mereka. Yang penting mereka bisa mendapat untung besar, dengan cara gampang mereka pun tetap melabrak semua resiko termasuk kehilangan duit," ucapnya.

Bahkan parahnya lagi, kata Nyoman Suwirta, ada yang berani berhutang puluhan sampai ratusan juta rupiah untuk melipatgandakan uang itu.

"Padahal resiko besar mengancam uang yang mereka investasikan," ucapnya.

Selaian itu, ucap dia, budaya malas bicara juga menjadi andil besar berjangkitnya investasi melipat gandakan uang itu.

"Pemerintah sebenarnya tahu dan wajib mengetahui invetasi seperti itu, namun sekalipun mereka tahu bukan melarangnya, tetapi membiarkan," ujarnya.

Bahkan, ia menilai, tidak sedikit kalangan pejabat yang malah ikut bermain.

"Kondisi ini membuat masyarakat semakin percaya diri untuk terus menaruh uangnya di sana," ucapnya.

Bunga tinggi juga menjadi pemicu korban cukup besar, dan saat ini, kata Suwirta, aturan secara tegas soal suku bunga tidak ada. Kendatipun di lapangan ada sebuah perusahan berani memberikan bunga sampai 55 persen.

"Bisnis macam apa yang bisa memberikan bunga tinggi seperti itu, 25 persen saja sudah mustahil," katanya menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA