INDONESIA PLASA BY: TONI.S
Minggu, 5 Desember 2010 18:57 WIB
Ambon PLN menargetkan penghematan biaya pemakaian bahan bakar minyak Rp250 miliar per tahun dari pengoperasian pembangkit listrik panas bumi PLTP Tulehu Pulau Ambon, yang akan menggantikan operasional PLTD berbiaya mahal di wilayah Maluku.
"Melalui pembangunan pembangkit panas bumi ini, PLN dapat menghemat biaya pemakaian bahan bakar minyak hingga Rp250 miliar per tahun," kata Dirut PT PLN Geothermal, selaku pengembang PLTP Tulehu, Tjahjo Sasmojo saat pencanangan pemboran sumur eksplorasi pembangkit tersebut, Minggu.
PLTP Tulehu merupakan proyek pengembangan pembangkit panas bumi pertama di wilayah Indonesia bagian timur yang dikerjakan PT PLN Geothermal, anak perusahaan PT PLN (Persero).
Pengembangan proyek pembangkit panas bumi, menurut Tjahjo, sekaligus menggambarkan komitmen PLN untuk terus melakukan upaya efisiensi operasi dengan mengganti pembangkit diesel berbahan bakar minyak yang sangat mahal dengan pembangkit berbahan bakar panas bumi.
Di samping itu, keuntungan lain sebagai pembangkit berbasis energi terbarukan sehingga umur pengoperasian cukup panjang dan bersih bagi lingkungan.
Tjahjo mengatakan, kegiatan pemboran sumur panas bumi Tulehu dijadwalkan selesai awal tahun depan. Pada Maret 2011 kegiatan eksploitasi dijadwalkan sudah dimulai dan dilanjutkan tahap pembangunan konstruksi akhir 2011.
PLTP Tulehu yang akan beroperasi awal 2014 mempunyai kapasitas 2x10 Mega Watt (MW). "Itu merupakan kapasitas awal. Tergantung dari hasil eksplorasinya nanti, namun potensi panas buminya diperkirakan mencapai 40 MW," ungkapnya.
Program pengembangan PLTP Tulehu dibiayai dana internal PLN dan pinjaman lunak dari Jepang (JICA). Dana perusahaan digunakan untuk membiayai kegiatan pemboran sumur panas bumi yang mencapai 8 juta dolar AS (sekitar Rp72 miliar).
Sementara untuk kegiatan eksploitasi termasuk konstruksi menggunakan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar 86 juta dolar AS. "Dengan komposisi pembiayaan seperti itu, biaya pembangunannya akan lebih murah dibanding skema pinjaman komersial," katanya.
Penandatanganan perjanjian dengan JICA diharapkan bisa dilakukan Maret 2011 setelah rampungnya kegiatan eksplorasi. Energi listrik dari PLTP Tulehu nantinya langsung masuk ke jaringan transmisi listrik 70 kV yang dioperasikan PLN Wilayah Maluku.
Dirut PT PLN (Persero), Dahlan Iskan mengatakan proyek pengembangan pembangkit panas bumi di Ambon sudah mengalami proses penundaan cukup lama sejak 1995. Oleh karena itu, pihak PLN melalui anak perusahaan PLN Geothermal segera memulai proses pemboran sumur eksplorasi PLTP Tulehu, meski harus terpaksa menggunakan dana kas perusahaan.
"Melalui pemboran sedalam 1.500 meter ini diharapkan dapat diketahui secara pasti energi panas bumi yang dihasilkan dari PLTP Tulehu," katanya.
Perkiraan sementara energi panas bumi yang bisa dibangkitkan mencapai 20 MW. Angka ini setara dengan 50 persen dari total kebutuhan listrik di wilayah Maluku. Separuh lagi sisanya direncanakan mampu dipenuhi oleh pembangkit tenaga uap, yang juga sedang dibangun di Ambon.
Jika kedua pembangkit sudah beroperasi pada 2014 maka akan mampu mengganti fungsi PLTD di Maluku yang berbiaya mahal. Saat ini, untuk mengoperasikan pembangkit disel, menurut Dahlan, PLN Maluku harus rela mengalami kerugian puluhan miliar rupiah tiap bulannya.
Hal itu dikarenakan biaya pembangkit disel rata-rata mencapai Rp2.500 per kWh, sedangkan harga jual listrik PLN hanya Rp600 per kWh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA