INDONESIA PLASA
Sabtu, 15 Januari 2011 00:35 WIB
Jakarta
Asosiasi Pengusaha dan Importir Telepon Genggam Indonesia (Aspiteg) menyatakan siap menghentikan impor BlackBerry, hingga prinsipal Research in Motion (RIM) bersedia mematuhi aturan dan undang-undang di Indonesia.
"Kami (Aspiteg) mendukung langkah Kemenkominfo dalam menegakkan aturan terhadap RIM," kata Ketua Umum Aspiteg Alie Cendrawan, dalam siaran persnya, di Jumat.
Aspiteg merupakan asosiasi importir beranggotakan lebih 20 anggota pemasok ponsel pintar BlackBerry.
Setiap bulan, Aspiteg memasok lebih dari 2 juta unit BlackBerry ke Indonesia.
Menurut Alie, anggota Aspiteg menyadari dengan menyetop impor BlackBerry akan menurunkan pendapatan bisnis mereka secara signifikan.
"Namun demi merah putih, kami tidak menganggapnya sebagai kerugian. Ini bentuk nasionalisme di bidang perekonomian," tegas Alie.
Sebagai pebisnis ponsel yang mengerti seluk-beluk kerja sama bisnis RIM di Indonesia, Aspiteg mengaku bahwa langkah yang ditempuh Kominfo sudah benar.
Dalam berbisnis di Indonesia, RIM selama ini banyak merugikan pemerintah.
"RIM beralasan cuma jual terminal dan tidak mau membangun server agar tidak terkena pajak. Padahal mereka melayani pelanggan di Indonesia," ujarnya.
Dengan pendapatan per bulannya Rp1,5 triliun dari dua juta pelanggan, RIM kelihatan sekali tak mau kehilangan Rp 450 miliar.
Aspiteg juga menilai, RIM tidak sungguh-sungguh membangun service center di Indonesia.
Hingga kini, RIM baru memiliki satu service center di Jakarta, dari sebanyak enam service center yang diperjanjikan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA