14 Oktober 2010

BERITA LENGKAP TENTANG PERTAHANAN DAN KE AMANAN SERTA PERSENJATAAN

INDONESIA PLASA BY:Toni Samrianto.

JAKARTA--MI: Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengakui Indonesia masih sangat membutuhkan perjanjian ekstradiksi dengan Singapura. Namun hingga kini, status perjanjian tersebut masih menggantung seperti halnya dengan perjanjian pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA).

"Kita sebenarnya masih sangat membutuhkan perjanjian itu untuk mengambil aset-aset kita yang dilarikan ke sana," kata Juwono di Jakarta, Senin (4/2).

Namun seperti dijelaskan Juwono, sebenarnya Singapura sudah menghentikan proses kedua perjanjian saat mantan PM Singapura Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia tahun lalu.

"Tapi belum disampaikan ke Presiden. Tetapi secara de facto waktu itu Singapura bilang ekstradisi tidak masuk akal. Maka dengan sendirinya DCA gugur karena keduanya tidak terkait. Oleh indonesia terjemahannya seperti itu. Kalau istilah diplomasi itu, sudah disingkirkan, istilahnya DCA dan ekstradisi tersingkirkan," kata Juwono.

Ketika ditanya apakah Dephan akan menegosiasi ulang kedua perjanjian saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Singapura beberapa waktu mendatang, Juwono mengatakan dirinya akan bersedia menindaklanjuti hanya apabila kedua perjanjian diparalelkan.

"Kalau paralel masih berlaku berarti saya akan ikut. Tapi kalau untuk membatalkan saja saya tidak ikut," tandasnya.

Hingga saat ini, beber Juwono, Singapura tidak membuka adanya keinginan dan upaya untuk merumuskan kembali kedua perjanjian. Menlu Singapura sampai saat ini sama sekali belum mengundang untuk membicarakan hal itu. (Mjs/OL-06)

Sumber : MIOL

TNI Siap Kandangkan Sejumlah Alutsista Tua



Jakarta - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan pihaknya segera mengandangkan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang berusia lebih dari 30 tahun, baik pesawat, kapal laut dan helikopter.

"Kita akan keluarkan alutsista berusia lanjut, yang dibuat pada 1960-an. Tetapi kita akan inventaris dan kaji lagi seluruhnya," katanya, setelah menghadiri rapat terbatas di Departemen Pertahanan (Dephan) yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan pengandangan sejumlah alutsista itu tentu akan berpengaruh terhadap kesiapan operasional TNI dalam menggelar Latihan Gabungan (Latgab) pada Juni 2008. "Tetapi semoga pengaruhnya tidak terlalu besar," katanya.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Sumardjono mengatakan pengadangan sejumlah alutsista TNI tidak dapat serta merta dilakukan mengingat banyak persenjataan TNI AL meski telah berumur lanjut masih bisa diandalkan.

"Untuk masalah keamanan dan keselamatan, tentunya sudah kita perhitungkan dengan matang sebelum persenjataan dan alutsista digunakan. Ya tetap akan kita gunakan, kalau tidak mau pakai apa. Pengunaan alutsista lama sudah kita perhitungkan keselamatannya," ujarnya.

Meski begitu, tambah Sumardjono, pihaknya akan menginventaris terlebih dulu seluruh persenjataan yang ada terutama yang telah `uzur`. Jika masih bisa digunakan, akan tetap digunakan mengingat sebagian dari alutsista tua itu sudah mengalami peremajaan," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya Soebandrio yang mengatakan meski telah banyak pesawat TNI AU yang berusia lebih dari 20 tahun namun sebagian telah mengalai peremajaan dan dapat digunakan kembali.

"Kita telah menetapkan sejumlah pesawat tempur yang akan diganti karena usianya telah berada di atas 20 tahun seperti pesawat tempur intai taktis OV-10 Bronco, yang lainnya masih layak untuk diterbangkan dan digunakan," ujarnya.



Pada kesempatan yang sama Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengemukakan, pihaknya akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap semua alutsista dan persenjataan TNI.

"Akan dicari solusinya. Kami lihat dulu anggaran di masing-masing angkatan," ujarnya.

Menhan menambahkan, Dephan akan mencari keseimbangan antara perawatan peralatan lama dan pengadaan persenjataan baru. Saat ini, anggaran untuk pengadaan alutsista menelan 30 persen alokasi anggaran yang diterima Dephan.

"Nanti dihitung lagi, berapa untuk perawatan, berapa untuk pengadaan baru. Termasuk jangka waktu pemakaiannya. Yang jelas, masalah keselamatan prajurit menjadi hal utama yang harus didahulukan," katanya.

Di penghujung 2007 pesawat intai maritim TNI AL Nomad 833 jatuh di perairan Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hingga menewaskan empat orang awaknya dan satu hingga hilang. Pada awal 2008, helikopter TwinPack TNI AU jatuh di Pekanbaru, Riau hingga menewaskan satu penumpang berkewarganegaraan asing dan terakhir satu unit panser amfibi marinir TNI AL tenggelam di peraiaran Situbondo, hingga menewaskan enam anggota marinir TNI AL.

Sejumlah alutsista yang mengalami kecelakaan itu, rata-rata telah berusia diatas 20 tahun bahkan panser amfibi BTR-50P yang tenggelam di perairan Situbondo telah dioperasionalkan sejak 1962 dan baru mengalami peremajaan pada 1993.

Sumber : ANTARA

Pemerintah Memastikan Pengadaan Alutsista TNI Gunakan Pinjaman Dalam Negeri

Jakarta - Pemerintah menetapkan pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI akan dialihkan dari skema kredit ekspor (KE) ke pinjaman dalam negeri menggunakan mata uang rupiah murni.

"Dalam rapat terbatas ini saya berikan arahan untuk melanjutkan pemberdayaan produksi dalam negeri dalam pengadaan alutsista TNI, sekaligus mengalihkan skema KE kepada komponen pinjaman dalam negeri atau rupiah murni," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai memimpin Rapat Terbatas di Departemen Pertahanan, Jakarta, Senin.

Ia mengatakan dengan pengalihan KE menjadi rupiah murni maka akan tercapai efisiensi dan kecepatan dalam pembiayaan pengadaan alutsista TNI.

"Selama ini KE menjadi sandaran untuk pembiayaan pengadaan alutsista TNI yang memerlukan waktu cukup lama sehingga mempengaruhi kecepatan pembiayaan pengadaan alutsista," ujarnya.

Presiden menambahkan pengalihan KE menjadi pinjaman dalam negeri tentu memerlukan pengaturan khusus yang akan dimatangkan kembali oleh tim agar pembiayaan pengadaan alutsista TNI bisa dimasukkan ke dalam skema pembiayaan dalam negeri.

Terkait itu, katanya, sejumlah BUMN industri strategis seperti PT PAL, PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan sinkronisasi, koordinasi, dan sinergi yang positif dengan TNI sebagai pengguna.

"Dari hasil presentasi Dirut Pindad, PT PAL, dan PT DI, mereka telah menyatakan kesiapannya untuk berkoordinasi dan bersinergi selaku produsen dengan TNI sebagai pengguna," katanya.

Jadi, tambah Yudhoyono, dengan pengalihan skema pembiayaan tersebut kebutuhan TNI dapat dipenuhi dan industri pertahanan nasional dapat terus berkembang layaknya sebuah perusahaan yang memerlukan pendapatan yang makin baik.

Pada kesempatan yang sama Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pihaknya bersama instansi terkait akan segera menginventarisir dan mengkaji sejumlah pengadaan alutsista TNI yang akan dialihkan dari KE menjadi pembiayaan dalam negeri.

"Kita akan teliti lagi dan kaji kembali pengalihan skema pembiayaan dari KE ke rupiah murni," katanya.

Tentang kapan kajian akan dilakukan, ia mengatakan "Kita akan lakukan sesegera mungkin sesuai arahan Bapak Presiden," ujarnya.

Sementara itu, hadir dalam Rapat Terbatas tersebut, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI AD Letnan Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo, Kepala Staf TNI AL Laksamana Sumarjono, Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Soebandrio, dan Kapolri Jendral Sutanto.

Hadir pula sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Bappenas Paskah Suzetta, Menristek Kusmayanto Kardiman, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menkominfo M Nuh, Menkopolkam Widodo AS, dan Kepala BIN Syamsir Siregar.

Sumber : ANTARA

Berita terkait lainnya :
Hankam: Dephan Lanjutkan Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri Pengadaan Alutsista TNI


Panser Karam Diduga Usang


Panser amfibi BTR-50P "brand new" saat di gunakan Korps Komando TNI AL diera tahun 1960-an

JAKARTA(SINDO) – TNI AL masih mengevaluasi musibah karamnya panser amfibi di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, Sabtu (2/2) yang menewaskan enam marinir.

TNI AL pun tidak membantah bahwa musibah tersebut mungkin diakibatkan usia panser yang sudah tua.”Dugaan awalnya belum ada yang pasti.Tapi kemungkinan memang ada faktor usia,”kata Kadispen TNI AL Iskandar Sitompul dalam jumpa pers di Wisma TNI AL,Jakarta kemarin.

Namun Iskandar juga tidak memutlakkan bahwa karamnya panser tersebut akibat usia yang sudah usang. Sebab, panser tersebut sudah diremajakan pada 1996. ”Mungkin ada faktor cuaca juga,” tegasnya. Iskandar menjelaskan, saat itu memang terjadi ombak setinggi 1 meter yang menerpa panser dan mengakibatkan gangguan kestabilan pada buritan belakang.

Kronologi

Panser amfibi BTR-50P buatan Rusia ini tenggelam ketika digunakan dalam latihan perang Armada Jaya 2008 di Laut Situbondo,Sabtu (2/2). Akibatnya, enam prajurit Marinir tewas karena masih terjebak di dalam panser saat berusaha menyelamatkan diri. Sementara delapan anggota lain dilarikan ke RSAL Ramelan Surabaya dan satu orang belum ditemukan.

Keenam korban tewas adalah Pratu (Mar) Agus Priyanto, Kopda (Mar) Rusli Heri, Serda (Mar) Hadi Sutrisno, Kopda (Mar) Nugroho Pamungkas, Kopda (Mar) Hari Adi, Praka (Mar) Dwi Niar Priyanto.Sementara delapan orang yang selamat dan dirawat di RSAL Ramelan Surabaya adalah Praka (Mar) Sarmilih,Kopda (Mar) Mulyono, Kopda (Mar) Wahyuno, Letda (Mar) Krama Lubis, Praka (Mar) Iwan Setiawan, Kopda (Mar) Wigati, Pratu (Mar) Purwanto, Sertu (Mar) Mujirin.

Satu orang yang belum ditemukan bernama Serka (Mar) Suryanto. Iskandar menyebutkan, saat itu panser amfibi yang mengalami musibah diluncurkan dari daerah serbuan amfibi oleh KRI Teluk Kau 504 pukul 04.30 WIB.

Saat mendekati pendaratan kurang lebih 400 meter, panser amfibi tergulung ombak yang mengakibatkan stabilitas panser terganggu. Saat peristiwa itu, lanjut Iskandar, Komandan Panser Amfibi Sertu Marinir Mujirin memerintahkan untuk membuka pintu untuk prosedur escape (penyelamatan diri).

Kemudian sembilan personel berhasil menyelamatkan diri. Sayang, satu orang tersangkut di pintu yang membuat enam orang lain tertahan di dalam. ”Akibatnya ketujuh pasukan tersebut tenggelam bersama panser amfibi di kedalaman 25 meter,”beber Iskandar.

Tersangkut di Pintu

Kadispen Marinir Letkol (Mar) Novarin Gunawan mengatakan penyebab amfibi tenggelam lebih karena cuaca buruk.Keenam prajurit yang tewas juga terutama karena terhalang seorang prajurit rekan mereka sendiri sehingga tidak sempat keluar dari dalam panser.

Begitu panser tenggelam, prosedur penyelamatan sudah dilakukan. ”Sebanyak enam orang itu tidak sempat keluar karena terhalang oleh seorang yang tersangkut di pintu. Jadi mereka terjebak di dalam. Sementara yang delapan orang bisa keluar dengan selamat, padahal saat itu panser telah menempuh jarak 1.300 meter,”jelas Novarin.

Sementara itu,enam jenazah personel Marinir tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma pukul 17.40 WIB. Jenazah langsung dibawa ke Markas Korps Marinir 2 Cilandak. Berdasarkan pantauan di lokasi, keluarga korban turut menyambut kedatangan jenazah menggunakan bus khusus TNI AL.

Jenazah yang dibawa menggunakan pesawat Cassa 212 Skuadron Lanudal 400 Juanda tiba 10 menit setelah kedatangan pesawat rombongan Wapres Jusuf Kalla yang meninjau lokasi banjir di Jakarta. (amril/rarasati syarief/ okezone)

Tank Amfibi Tenggelam, 6 Orang Marinir Tewas

SURABAYA, KOMPAS (4/2/2008) - Sebuah tank pendarat amfibi Marinir jenis BTR 50 P yang ditumpangi 15 prajurit Marinir tenggelam di lepas Pantai Banongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (2/2) pukul 04.30.

Dalam insiden yang berlangsung di tengah latihan TNI AL itu enam personel Marinir tewas dan seorang lainnya masih dicari.

Keenam personel yang tewas adalah Prajurit Satu Agus Priyanto, Kopral Dua (Kopda) Rusli Heri, Kopda Nugroho Pamungkas, Kopda Hariyadi, Sersan Dua Hadi Sutrisno, dan Prajurit Kepala Dwiniar.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (AL) Laksamana Pertama Iskandar Sitompul kemarin mengatakan, satu prajurit lainnya masih dicari, yakni Sersan Kepala Suryanto. ”Tank yang tenggelam sudah ditemukan di kedalaman sekitar 30 meter dengan jarak 400 meter dari pantai. Tank amfibi itu akan segera diangkat untuk kemudian diselidiki mengapa sampai tenggelam,” ujarnya.

Latihan pendaratan

Secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan Korps Marinir Letkol Marinir Novarin Gunawan menjelaskan, musibah itu terjadi di tengah berlangsungnya latihan pendaratan amfibi yang melibatkan sekitar 1.300 prajurit Marinir di Pantai Banongan. ”Latihan itu merupakan bagian dari latihan tahunan TNI AL yang diberi nama Latihan Armada Jaya VII/A08,” ujarnya.

Musibah, lanjutnya, terjadi saat tank meluncur dari KRI Teluk Kau 504 sejauh lebih kurang 2 kilometer menuju daratan. ”Ketika sudah berada pada jarak sekitar 400 meter dari pantai, tiba-tiba tank tenggelam. Delapan personel berhasil dievakusi menggunakan perahu karet, sementara yang lainnya ikut tenggelam,” ujar Novarin.

Ia menambahkan, saat latihan pendaratan itu berlangsung kondisi perairan masih gelap. ”Dari 15 penumpang, enam di antaranya adalah kru tank, sedangkan lainnya adalah prajurit infanteri yang akan didaratkan ke pantai,” kata Novarin.

Kepala Dinas Penerangan Armada RI Kawasan Timur (Armatim) Letkol Laut (Kh) Toni Syaiful mengatakan, Sabtu siang ditemukan satu jenazah mengambang. ”Kemarin pagi penyelam TNI AL berhasil mengevakuasi lima jenazah yang terjebak di dalam tank,” ujarnya.

Kemarin, keenam korban tewas diterbangkan ke Rumah Sakit TNI AL Dr Ramelan di Surabaya dan selanjutnya diterbangkan ke Jakarta. Menurut Novarin, korban tank tenggelam itu berasal dari Batalyon Infanteri 2 Marinir yang berkedudukan di Jakarta.

Novarin menyatakan, BTR 50 P buatan Rusia tahun 1962 itu masih layak digunakan. ”Saat ini kami masih menyelidiki penyebab tenggelamnya karena kendaraan pendarat tersebut masih layak digunakan,” kata Novarin. (SET/NWO)

Sumber :


Iran says still negotiating purchase of Russia's S-300 systems

TEHRAN, February 1 (RIA Novosti) - A non-official Iranian news agency quoted a top diplomat as saying on Friday that Iran is still in talks with Russia on buying advanced S-300 air defense systems, despite an earlier denial from Moscow.

In December 2007, Russia's Federal Service for Military-Technical Cooperation said that the issue of the delivery of S-300 air defense missile systems to Iran, raised by the media, was not a subject of current negotiations and had not been discussed with the Iranians.

"The statement that many considered to be a denial of the negotiations on S-300 was simply a statement by a Russian official who referred to the latest round of military cooperation talks in Tehran [in December 2007]," Mehdi Safari said in an interview with the Iranian Students' News Agency (ISNA).

"However, the sides [Iran and Russia] are continuing work to study the possibility of delivering these [S-300] systems to Iran," Safari said.

The issue was first raised in December last year when Iranian Defense Minister Mostafa Mohammad Najjar said that Iran and Russia had agreed to deliver an unspecified number of advanced S-300 air defense complexes to the Islamic Republic under a previously signed contract.

The advanced version of the S-300 missile system, called S-300PMU1 (SA-20 Gargoyle), has a range of over 150 kilometers (about 100 miles) and can intercept ballistic missiles and aircraft at low and high altitudes, making this system an effective tool for warding off possible air strikes on Iran.

U.S. authorities have repeatedly called on Russia to stop arms deliveries to countries whose political regimes Washington disapproves of, including Iran.

However, Russian President Vladimir Putin said in October last year that Russia would not take into consideration attempts to impose arms deal restrictions "based on unilateral and politicized assessments". He said deliveries of Russian weapons were aimed exclusively at increasing the defense capability of the countries receiving them, and at maintaining their stability.

Moscow supplied Iran with 29 Tor-M1 air defense missile systems in late January under a $700-million contract signed in late 2005. Russia has also trained Iranian Tor-M1 specialists, including radar operators and crew commanders.

Pakistan Ujicoba Rudal Jarak Menengah

Islamabad (ANTARA News) - Pakistan melakukan uji-coba penembakan rudal jarak menengah, demikian laporan kantor berita resmi negeri itu Associated Press of Pakistan (APP).

Grup Rudal Strategis (SMG) di Komando Pasukan Strategis Angkatan Darat Pakistan (ASFC) berhasil melakukan peluncuran pelatihan Rudal Balitik Jarak Dekat (IRBM) Ghuari (Hatf V), kata APP.

Ghauri IRBM memiliki jangkauan 1.300 kilometer. Itu adalah peluncuran rudal kedua dalam satu pekan di Pakistan, yang berhasil melakukan uji-coba penembakan rudal Shaheen-1 SMG akhir pekan sebelumnya.

Ketika berpidato di hadapan tentara di daerah pelatihan, Presiden Pervez Musharraf mengatakan negara tersebut telah mengembangkan kemampuan penangkal rudal yang canggih dan berharap perwira dan personil yang dipercayakan mengemban tugas penangkap agresi akan terus berlatih dan mempertahankan kemampuan progesionalisme mereka.

Musharraf mengatakan ia sangat senang menyaksikan ASFC muncul sebagai kekuatan yang bersatu dan terlatih dalam waktu sangat singkat. Semua keperluan bagi kemampuan strategis sebagai ketentuan penangkal minimum di Pakistan akan dipenuhi oleh negara.

"Kami telah memperhatikan bermacam skenario imaginer yang diajukan oleh mereka yang tak mengingini kesejahteraan Pakistan. Anasir semacam itu tak pernah berdamai dengan Pakistan, yang memiliki nuklir," kata Musharraf.

Ia menyatakan bahwa Pakistan mampu menangkis semua ancaman terhadap kedaulatannya dan kemampuan nuklirnya.

Peluncuran tersebut dilakukan pada akhir pelatihan lapangan tahunan Grup Rudal Ghauri. ASFC saat ini terlibat dalam pelatihan gabungan musim dingin. Dalam kegiatan tiu, setiap SMG yang dioperasikan dilaksanakan dalam pelatihan taktis dan penembakan dengan menggunakan amunisi aktif.

Lahan peluncuran pelatihan ASFC disaksikan oleh Musharraf, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Pervez Kayani, ilmuwan dan perwira senior militer.(*)


Sukacita Prajurit Konga XXIII-B Menyambut Salju

PUSPEN TNI (1/2),- Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Setelah hampir 3 bulan berada di Libanon Selatan, prajurit Yon Mekanis TNI Kontingen Garuda (Konga) XXIII-B akhirnya dapat melihat dan merasakan sendiri turunnya salju, peristiwa alam yang mungkin hampir mustahil ditemukan di Indonesia.

Tanda-tanda turunnya salju sebenarnya sudah terbaca sehari sebelumnya. Hujan yang lebat disertai angin yang kencang dalam suhu sekitar 10C pada hari Selasa (29/1) sampai dengan Rabu pagi (30/1) menyebabkan terjadinya hujan kerikil es di beberapa wilayah Lebanon Selatan.

Pada awalnya, prajurit Garuda menganggap fenomena tersebut sebagai salju. Ternyata bagi masyarakat Lebanon, itu bukanlah salju. Namun, prajurit Garuda tidak perlu berlama-lama menanti sebab tepat pukul 10.00 waktu setempat, butiran-butiran salju mulai berjatuhan bagaikan serat-serat kapas tertiup angin.

Kontan peristiwa disambut suka cita oleh seluruh Prajurit Kontingen Indonesia. Mereka mengekspresikan kegembiraan dengan berbagai cara misalnya dengan membuat bola salju, mengukir boneka “The Snowman”, menari-nari dan lain sebagainya. Tidak lupa mereka juga mengabadikannya melalui kamera maupun handy cam masing-masing.


Bolcow TNI AL di Geladak Helipad SIGMA



HELI BOLCOW (NBO-105): Sejumlah prajurit TNI AL berlari usai melepas tali penambat heli bolco di atas KRI Hasanuddin (366) sebelum terbang di atas perairan Laut Jawa, Jumat(1/2). TNI angkatan laut memiliki sejumlah squadron udara yang dilengkapi pesawat dan helikopter yang salah satunya adalah heli Bolco buatan Indonesia.

Pabrik Pesawat di Arcamanik


UAV Produksi PT Globalindo Tech.

Apa yang Anda bayangkan jika sebuah industri rumahan (home industry) tidak lagi sekadar membuat suku cadang sepeda motor atau mobil, tetapi juga membuat pesawat terbang? Bukan hanya mengerjakan satu komponen, tetapi seluruh pesawat terbang secara utuh!

Ini bukan fantasi, tetapi nyata. Pabrik pesawat itu ada di Indonesia, tepatnya di Jalan Aeromodelling 4, Arcamanik, Bandung Timur. Ia berada di halaman sebuah rumah penduduk. Mungkin Gubernur Jawa Barat atau Bupati Bandung tidak pernah tahu keberadaan pabrik pesawat rumahan ini.

”Kalau mereka tahu, tentu ada sedikit perhatian,” kata Jaka Prahasta, Kepala Produksi PT Globalindo Technology Services Indonesia (GTSI), saat kami temui di pabrik pesawat, pertengahan Desember 2007.

Memang bukan pesawat terbang biasa yang bisa mengangkut penumpang, tetapi industri rumahan pembuat pesawat tanpa pemandu yang disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Dibilang pesawat mini juga tidak, sebab UAV ini punya bentangan sayap 3 meter, panjang badan 2,6 meter, dan berat 20 kilogram, termasuk kamera di dalamnya. Terbuat dari bahan fiberglass yang dicetak di pabrik itu, UAV dapat terbang pada ketinggian 1.000 meter selama 2 sampai 3 jam dengan kecepatan maksimal 150 kilometer per jam.

Berbeda dengan pesawat remote control manual, UAV yang bertenaga listrik 12 volt dapat terbang mandiri berkat navigasi GPS yang sudah ditanam di tubuhnya. Pengendali jarak jauh dua tongkat dengan enam saluran hanya digunakan saat pesawat take off dan landing. Selebihnya, ia terbang mandiri mencari titik-titik koordinat yang sudah ditentukan sebelum ia terbang dengan menggunakan peta gratisan Google Earth.

Aplikasi UAV tidak berhenti pada pemantauan kebakaran hutan, pencarian korban kecelakaan, pengamatan lalu lintas maritim, pencarian kandungan mineral bawah tanah, atau pengawasan titik semburan lumpur Lapindo, misalnya, tetapi bisa dikembangkan untuk keperluan pesawat mata-mata.

Di rumah penduduk yang sebagian halamannya dijadikan pabrik, diproduksi pula belasan tipe pesawat terbang aeromodelling untuk olahraga dan hobi, mulai pesawat helikopter sampai pesawat tempur, yang dikerjakan oleh 12 teknisi lulusan STM. Harga per pesawat Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Namun, bisnis inti yang serius digarap adalah UAV.

Saat Kompas berkunjung ke industri rumahan pesawat terbang itu, satu UAV pesanan sebuah lembaga riset Malaysia sudah selesai dibuat. Tanggal 24 Desember 2007, UAV yang kemudian diberi nama Kujang ini berhasil menjalani tes terbang di Lanud Sulaeman, Bandung. Kujang—yang merupakan senjata khas Sunda—mengudara selama 30 menit, berhasil menelusuri rute yang ditentukan tanpa kendali radio, sampai mendarat selamat.

Kembangkan logika

Siapa otak di balik lahirnya UAV yang berteknologi tinggi made in Arcamanik ini? Dialah Endri Rachman, pelarian PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sejak delapan tahun lalu hijrah ke Malaysia untuk mengembangkan keahliannya sebagai pensyarah alias dosen.

Kompas masih mencatat ucapan pria lulusan S-2 Technical University of Brunswick, Jerman, spesialis model autopilot ini saat ditemui satu tahun lalu. ”Saya ingin memproduksi UAV dengan logika autopilot di Indonesia, tepatnya di Bandung,” katanya (Kompas, 29/12/2006). Rupanya ia membuktikan ucapannya itu!


UAV530, buatan LAPAN

Tidak nasionalis? ”Terserah orang mau bilang apa. Saya ini warga negara Indonesia. Kalau saya tidak nasionalis, saya pasti tidak akan membangun pabrik pesawat ini di Arcamanik, tetapi di Malaysia. Adanya pabrik pesawat ini justru agar Malaysia tidak mengklaim UAV yang saya kembangkan sebagai miliknya,” kata Endri saat ditemui di kantor pengembangan peranti UAV di sebuah ruko di Jalan Cihampelas, Bandung.

Untuk mewujudkan niatnya, Endri bersama rekan-rekan alumni IPTN mendirikan PT GTSI dengan modal awal yang menurut dia tidak sampai Rp 300 juta. Di lantai dua ruko bekerja teknisi pesawat terbang yang rata-rata jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan IPTN. Ada Asep Permana, jebolan Jerman dan IPTN di pengembangan bisnis. Ada Widyawardana, jebolan Teknik Elektro ITB di pengembangan sistem avionic UAV. Juga ada Muhajirin, manajer drawing yang mendesain rekayasa bentuk UAV. Endri sendiri bertindak selaku direktur utama.

Mengapa dengan modal yang tidak bisa dibilang besar Endri dan kawan-kawan berani melakukan langkah besar dengan mendirikan pabrik UAV di Indonesia? Jawabannya adalah ”nama besar”, yakni nama besar Endri sebagai inovator pesawat yang laku dijual di Malaysia. Orang Malaysia yang memesan UAV pertamanya pun berani memberi panjar 70 persen dari harga UAV.

Widyawardana mengakui, mesin masih didatangkan dari Amerika Serikat. Namun ke depan, katanya, PT GTSI sudah siap merancang mesin untuk UAV. Yang dikerjakan para teknisi di lantai dua ruko itu hanya rancang bangun dan pengembangan peranti lunak dan peranti keras yang akan ditanamkan di UAV.

”Yang kami kembangkan adalah logika. Dengan demikian, kalau bicara software bukan hanya untuk UAV saja. Umumnya bisa diterapkan pada benda bergerak lainnya, seperti kapal selam tanpa awak atau bahkan peluru kendali yang tidak bisa terjangkau pandangan mata,” katanya.

Kumpulan ”teknopreneur”

Asep dan kawan-kawan di PT GTSI punya cita-cita besar, yakni menghimpun kembali para alumnus IPTN yang kini banyak berserakan di medan usaha di luar pesawat terbang sekadar, yang disebutnya ”teknopreneur”. Sudah bukan rahasia umum, selepas IPTN goyah seiring selesainya BJ Habibie mengabdi di pemerintahan, para teknisi andal IPTN banyak terserak (diaspora) di beberapa tempat.

Sebagian besar lari ke luar negeri, seperti halnya Endri ke Malaysia. Ada pula yang bertahan di dalam negeri. Asep menyebut beberapa nama, antara lain Husin, ahli helikopter andal, yang kini menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Juga ada Lian Darmakusumah, mahasiswa terbaik lulusan aeronotika Perancis, yang kini berwirausaha.

Untuk mewujudkan langkah itu, PT GTSI mengakuisisi sebuah bengkel yang sebelumnya hanya mengerjakan pesawat aeromodelling. Pesawat kendali untuk hobi ini tetap dipertahankan. Pilihan mengembangkan UAV tidaklah keliru. Endri mengaku sudah menerima pesanan baru, juga dari Malaysia, untuk mengerjakan Kujang 2.

Perusahaan ini pun siap membuka cabang di Malaysia, sekadar mendekatkan diri kepada konsumen. Negara lain yang berpotensi sebagai pemesan adalah negara-negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, yang sudah menyatakan minatnya memesan UAV.

”Pesanan boleh datang dari mana pun, tetapi pabrik UAV tetap harus ada di sini, di Arcamanik ini,” kata Endri.


Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional Diresmikan

Surabaya (ANTARA News) - Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris, pada Selasa meresmikan Gedung Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN) di Taman Teknologi, kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang terletak di Sukolilo, Jatim.

Gedung PDRKN atau National Ship Design and Engineering Center (NaSDEC) yang diresmikan itu menempati lahan sekitar 2.200 meter, sedangkan pembangunan dan pengadaan perangkat keras (hardware) serta perangkat lunak (software) pendukung menelan biaya sekitar tujuh miliar rupiah.

Hadir dalam peresmian itu diantaranya pejabat di lingkungan Departemen Perindustrian, pengusaha galangan kapal dan pelayaran nasional serta pejabat dari Departemen Perhubungan dan Departemen Kelautan dan Perikanan.

PDRKN merupakan lembaga baru yang didirikan atas kerjasama antara Departemen Perindustrian dan ITS Surabaya. Pendirian lembaga itu sudah dimulai sejak 2004 hingga 2005.

Pendirian PDRKN direalisasikan menyusul terbitnya Inpres Nomor 5Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran nasional yang mengamanatkan kepada Departemen Perindustrian untuk mengembangkan pusat-pusat desain, penelitian dan pengembangan industri kapal.

Industri Strategis

Menperin mengemukakan, industri galangan kapal merupakan salah satu industri strategis dan industri masa depan yang penting untuk dikembangkan sebagai penyedia sarana transportasi dan sarana kerja pertambangan, perikanan, pariwisata serta penyedia alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Menurut dia, pengembangan industri kapal di dalam negeri sendiri untuk memanfaatkan potensi pasar dalam maupun luar negeri yang cukup besar.

Bahkan, dengan diterapkannya aza "cabotage" sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2005 diperkirakan berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan angkutan laut dalam negeri sekitar 44 persen dari kondisi 2004.

Sementara itu, kenaikan Bahan bakar Minyak industri yang cukup besar juga telah mendorong perusahaan pelayaran untuk menggunakan kapal-kapal baru dengan desain yang lebih hemat bahan bakar.

Pangsa pasar kapal dunia juga sangat besar, khususnya sejak diberlakukannya peraturan baru keamanan pelayaran Safety of Life at Sea (SOLAS) dari International Maritime Organization (IMO) yang menetapkan agar kapal tangker menggunakan konstruksi lambung ganda (double hull) maupun regulasi Common Structural Rules (CSR) dari International of Classification Societies (IACS).

Di dalam negeri, kata Menperind, saat ini ada sekitar 250 perusahaan galangan kapal yang telah menanamkan investasi sekitar satu miliar dolar AS dengan kapasitas terpasang sekitar 500.000 DWT per tahun untuk pembangunan kapal baru dan 6.000.000 DWT per tahun untuk reparasi kapal (docking repair).

Namun demikian, pengembangan potensi industri galangan kapal di dalam negeri saat ini masih jauh dari yan diharapkan sehingga dibutuhkan peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi program pengembangan industri perkapalan diperlukan PDRKN.(*)

Perang Israel 2006 'kelalaian serius'

Perang Israel terhadap Hizbullah tahun 2006 adalah kelalaian "besar dan serius", kata penyelidikan bentukan pemerintah Israel.
"Kami mendapati kelalaian serius dalam pengambilan keputusan...baik di tingkat militer dan politik," kata ketua tim penyelidik Eliyahu Winograd.

Perdana Menteri Israeli Ehud Olmert telah menerima salinan penyelidiki Winograd itu.

Olmert bersikukuh menyatakan, dia tidak akan mundur dari kursi perdana menteri setelah temuan penyelidikan itu diterbitkan.

Laporan akhir itu memuat kesimpulan perang, termasuk serangan kontroversial terhadap para pejuang Hizbullah beberapa jam sebelum gencatan senjata diberlakukan.

Meski demikian, kecaman keras mungkin mendatangkan tekanan bagi para mitra politik dalam koalisi yang memerintah Israel, kata para pengamat.

Hakim senior Eliyahu Winograd menyerahkan kepada Olmert salinan laporan tersebut, sekitar sembilan bulan setelah laporan sementara mengecam "kelalaian serius" pada awal perang 34-hari tersebut.

Olmert diberi waktu satu jam untuk meninjau laporan Winograd sebelum temuan itu dipublikasikan dalam keterangan pers pukul 1800 waktu setempat (2300 WIB).

Pertikaian bersenjata pecah pada Juli 2006, ketika para pejuang milisi Hizbullah menawan dua serdadu Israel dalam satu serangan lintas perbatasan yang menyebabkan tiga serdadu Israel tewas.

Dalam konflik, lebih dari 1.000 warga sipil Libanon tewas, yang kebanyakan warga sipil, dan 160 warga Israel, yang kebanyakan tentara.

TNI AL Tetap Bangun 'Air Stream' di Alas Tlogo

JAKARTA--MI: TNI AL tetap melanjutkan niat membangun Air Stream di atas lahan pusat latihan tempur, Alas Tlogo, Grati, Pasuruan.

"Kami tetap menawarkan lima hektare lahan pengganti bagi warga yang sempat tinggal di wilayah yang akan dibangun itu," kata Kadispenal Laksamana Pertama Iskandar Sitompul, di Jakarta, Rabu (30/1).

Dia melanjutkan pihaknya memang sangat membutuhkan air stream tersebut sebagai pendukung utama latihan-latihan tempur personel TNI AL. Dia mengatakan Air Stream akan digunakan sebagai landasan bagi pesawat kecil milik TNI AL semacam Nomad dan Cassa.

Hingga sekarang, lanjut mantan Danlanal Bali itu, baru separuh dari warga yang tinggal di wilayah yang akan dibangun Air Stream yang bersedia menerima lahan pengganti. "Sisanya belum mau menerima dan saat ini masih terus diadakan pendekatan khususnya oleh pihak Pemda setempat," kata Iskandar.

Puslatpur TNI AL Alas Tlogo, Grati, Pasuruan sempat memiliki kisah yang menjadi isu nasional. Medio 2006 lalu, beberapa personel Marinir yang berjaga melepaskan tembakan ke arah warga yang sedang berunjuk rasa memprotes pengambilalihan lahan yang selama ini dikelola warga. Akibatnya setidaknya delapan warga terluka parah, bahkan beberapa diantaranya tewas.

Saat ini pihak POM TNI sedang memproses hukum prajurit yang melakukan penembakan. Sedang mengenai status tanah itu, TNI AL beralasan seluruh tanah di wilayah itu adalah milik mereka. Sedang warga yang tinggal adalah pendatang yang sama sekali tak memiliki sertifikat sah atas tanah yang mereka olah. (Mjs/OL-03)

Kerjasama TNI AU dan RSAF



TNI Angkatan Udara dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) mengadakan pertemuan membahas kerjasama dibidang Joint Air Force Training Working Group (JAFTWG) dan diskusi tentang pemanfaatan keselamatan terbang dan kerja (Lambangja) di Mabesau Cilangkap, Rabu (30/1).

Dalam pertemuan tersebut TNI Angkatan Udara dipimpin oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsda TNI I Made Oka, sedangkan dari RSAF dipimpin oleh Chief of Staff-Air Staff Brigadier General Charles Sih. Selain itu RSAF memperkenalkan tentang pemanfaatan teknologi generasi ketiga serta mengundang para perwira TNI AU dalam Singapore Air Show mendatang.


KSAD Serukan Penguatan Pasukan Komando

JAKARTA--MI: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen Agustadi SP menegaskan perlunya peningkatan kekuatan pasukan, khususnya pasukan komando Indonesia.

Langkah itu ditempuh, lanjut Agustadi, agar perbedaan kualitas pasukan TNI dengan tentara negara lain tidak terlalu jauh.

"Akan terus ditingkatkan kualifikasinya. Pasukan komando paling tidak harus bisa mengamankan kedaulatan negara kita," kata Agustadi seusai acara pemberian brevet komando Kopassus TNI AD, di Jakarta, Rabu (30/1).

Ditanya soal persenjataan, Agustadi mengatakan secara bertahap pihaknya akan mengganti yang dianggap sudah tidak layak. Yakni dengan mengutamakan produk senjata dalam negeri.

"Dalam waktu dekat belum ada pengadaan. Masih akan dipastikan. Belum sekarang. Februari akan dibahas dalam rapat khusus," kata Agustadi. (Mjs/OL-03)

KRI Anaconda Menangkap Kapal Penyelundup KM Berkat Saudara


KRI Anaconda, masuk dalam kategori Patrol Boat (36m) buatan PT Palindo

Penyelundupan melalui perairan kepulauan Riau masih terus berlangsung. Sedikit saja aparat lengah, para penyelundup langsung menjalankan aksinya. Kapal Republik Indonesia (KRI) Anaconda milik TNI AL berhasil menangkap KM Berkat Saudara bermuatan balpres yang tak sesuai dengan manifest, Jumat (25/1).

”Kapal yang diamankan adalah KM Berkat Saudara GT 99 nomor 997 PPn ditangkap di perairan kepulauan Riau yang diperkirakan berasal dari Singapura dengan tujuan ke Tembilahan,' ujar Danlanal Tanjungbalai Karimun, Letkol Laut (P) Arief, Senin (28/1) melalui Palaksa, Mayor Laut (P) Imam Hidayat.

Setelah tertangkap, kata Palaksa, KRI Anaconda menyerahkan kapal tersebut ke Lanal Tanjungbalai Karimun untuk ditindaklanjuti. Ada pun muatan yang terdapat di atas kapal adalah pakaian bekas yang dikemas dalam bentuk balpres.

”Jumlah keseluruhan jumlah sebenarnya balpres yang ada di dalam kapal kita belum tahu, sebab harus dibongkar baru bisa mengetahui. Hanya saja, berdasarkan dokumen kapal, seperti manifest menyebutkan jumlah muatan 200 lebih balpres,' terangnya.

Tapi, kata dia, jika dilihat dari luar, memang mengenai jumlah muatan tidak sesuai dokumen, yakni lebih. Untuk itu, dokumen tak sesuai dengan muatan dan juga balpres dilarang ke Indonesia, maka KRI Anaconda mengambil tindakan mengamankan.

”Dari penyerahan KM Berkat Saudara ke Lanal Tanjungbalai Karimun, kita sudah mengamankan nakhoda kapal, Amir beserta Anak Buah Kapal (ABK) sebanyak sembilan orang. Dan untuk saat ini kita sedang melakukan pemeriksaan,' jelasnya.

Dilanjutkannya, jika dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Lanal Tanjungbalai Karimun bisa ditangani sendiri, maka akan dilakukan penyidikan oleh pihaknya.

Sebaliknya, jika pelanggaran yang dilakukan bukan kewenangan Lanal Tanjungbalai Karimun, maka akan diserahkan ke instansi yang terkait.

Marinir akan Menurunkan RM-70 Grad di Karang Tekok



SURABAYA--MI: Korps Marinir akan melakukan uji coba roket RM Grad 70 MM buatan Ceko di pusat latihan tempur Karang Tekok, perbatasan Kabupaten Situbondo dengan Banyuwangi, Jatim, Sabtu, 2 Februari 2008.

Kadispen Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Letkol Laut (KH) Toni Syaiful di Surabaya, Selasa (29/1), mengemukakan bahwa uji coba itu merupakan rangkaian dari latihan puncak TNI AL bersandi Armada Jaya XXVII/2007.

"Roket itu mampu menghancurkan sasaran seluas tiga hektar dengan jangkauan sekitar 60 kilometer dari pusat penembakannya. Namun karena ini ujicoba, maka jangkauannya hanya distel sekitar 15 kilometer. Kalau sesuai kemampuannya, nanti bisa meledak di Jember," katanya.

Perwira menengah melati dua itu mengemukakan bahwa roket yang dimiliki Marinir sekitar dua tahun lalu itu, bisa diluncurkan satu kali dalam satu laras sebanyak 40 unit sekaligus.

Selain peluncuran roket, sebanyak 1.300 prajurit korps baret ungu Marinir akan melakukan pendaratan di Pantai Banongan, Situbondo sebagai simulasi penyerangan terhadap kekuatan musuh yang berada di daratan, pada Sabtu (2/2) dinihari.



Latihan Armada Jaya kali ini melibatkan 23 kapal perang berbagai jenis dari Koarmatim bermarkas di Surabaya dan Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) serta Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang bermarkas di Jakarta.

"Sebelumnya, memang direncanakan melibatkan 51 kapal perang dengan cadangannya, tapi akhirnya dikurangi, karena kapal-kapal TNI AL itu nantinya akan dilibatkan lagi dalam latihan gabungan TNI yang dilaksanakan Juni atau Juli 2008," katanya menjelaskan.

Ia mengemukakan, tempat pendaratan Marinir yang semula direncanakan di Kaimana, Papua sebagai puncak latihan juga dipindah ke Karang Tekok.

Ia menjelaskan, 25 Januari ini pasukan Marinir yang dari wilayah barat atau Jakarta diberangkatkan ke Surabaya menggunakan kapal perang. Pada 30 januari, puluhan kapal perang TNI AL dan ribuan Marinir akan berlayar dari Surabaya ke arah Situbondo.

Setelah pendaratan Marinir dan uji coba penembakan roket, kapal-kapal TNI dan personel nantinya akan bertolak menuju ke barat untuk ujicoba penembakan di pulau gundul utara Karimun Jawa. (Ant/OL-03)

Sumber : MIOL

Catatan moderator :
Dengan tidak mengurangi makna dari berita tsb, moderator telah merubah judul asli berita ini.


KRI Hasanuddin (366) Tiba Lantamal II Tanjung Priok



Sejumlah prajurit TNI AL menyambut kedatangan KRI Hasanuddin yang merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (29/1). KRI yang dipesan dari Belanda dengan nomor lambung 366 ini memiliki bobot 1600 ton dan dilengkapi persenjataan anti serangan udara, permukaan laut, maupun dari kapal selam. (ANTARA/Fouri Gesang Sholeh/kim)


KRI Teluk Gilimanuk (531) merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis kapal pendarat medium (LSM) kelas Teluk Gilimanuk milik TNI AL. Dinamai menurut nama sebuah teluk di pulau Bali.

KRI Teluk Gilimanuk dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1976 untuk Angkatan Laut Jerman Timur dengan nomor lambung 611. Kapal berjenis Frosch-1 Class/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah untuk TNI Angkatan Laut pada tahun 1994.

KRI ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Suharto
KRI Teluk Gilimanuk bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.

Kapal-kapal KRI Kelas Teluk Gilimanuk

• (531) Teluk Gilimanuk >> (GDR:1976/TNI-AL:1994)
• (532) Teluk Celukan Bawang >> (GDR:1976/TNI-AL:1994)
• (533) Teluk Cendrawasih >> (GDR:1977/TNI-AL:1994)
• (534) Teluk Berau >> (GDR:1977/TNI-AL:1995)
• (535) Teluk Peleng >> (GDR:1978/TNI-AL:1993)
• (536) Teluk Sibolga >> (GDR:1977/TNI-AL:1993)
• (537) Teluk Manado >> (GDR:1977/TNI-AL:1995)
• (538) Teluk Hading >> (GDR:1978/TNI-AL:1994)
• (539) Teluk Parigi >> (GDR:1978/TNI-AL:1995)
• (540) Teluk Lampung >> (GDR:1979/TNI-AL:1994
• (541) Teluk Jakarta >> (GDR:1979/TNI-AL:1994)
• (542) Teluk Sangkulirang >> (GDR:1979/TNI-AL:1994
• (543) Teluk Cirebon >> (GDR:1979/TNI-AL:1995)
• (544) Teluk Sabang >> (GDR:1979/TNI-AL:1995

Data Teknis

KRI Teluk Gilimanuk memiliki berat 1,900 ton. Dengan dimensi 90,70 meter x 11,12 meter x 3,4 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel, 2 shaft menghasilkan 12,000 bhp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot.
Diawaki oleh maksimal 42 pelaut. Mampu mengangkut kargo hingga seberat 600 ton.

Persenjataan

KRI Teluk Gilimanuk bukanlah termasuk armada tempur maupun pemukul. Sebagai armada pendarat dan pengangkut logistik, KRI Teluk Gilimanuk hanya dibekali senjata pertahanan diri berupa:
• 1 kanon laras ganda kaliber 37mm Model 1939
• 1 Meriam Bofors 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm, jangkauan 10 Km untuk target permukaan terbatas dan target udara.
• 2 kanon laras ganda kaliber 25mm

Sensor dan elektronis

KRI Teluk Gilimanuk diperlengkapi radar MR-302/Strut Curve Air/Surface Search.



KRI Teluk Gilimanuk (531), ex-611, GDR ship Hoyerswerda


KRI Teluk Celukan Bawang (532), ex-632, GDR ship Hagenow


KRI Teluk Cendrawasih (533) ex-613, GDR ship Frankfurt/Oder


KRI Teluk Berau (534) ex-634, GDR ship Eberswalde-Finow


KRI Teluk Sibolga (536), ex-612, GDR ship Schwerin
Foto by : corporaldjono


KRI Teluk Manado (537), ex-633, GDR ship Neubrandenburg


KRI Teluk Hading (538), ex-614, GDR ship Cottbus


KRI Teluk Parigi (539), ex-635, GDR ship Anklam


KRI Teluk Lampung (540), ex-636, GDR ship Schwedt

Asisten Operasi KASAL Tinjau Kesiapan Armada Jaya XXVII A/08



Memasuki awal tahun 2008, TNI AL kembali menggelar latihan Armada Jaya XXVII A/ 08 yang akan mengambil lokasi di Banyuangi, Situbondo dan Tanjung Jangkar, sekaligus akan menguji beberapa persenjataan yang dimiliki Korps Marinir antara lain senjata strategis Howitzer 120mm dan senjata RM Grad 70 mm multi laras yang merupakan senjata pamungkas Korps Marinir.

Menjelang keberangkatan ke daerah sasaran sebelumnya pada Jumat, (25/01) bertempat di Pusat Latihan Kapal Perang (Puslatkaprang) ASTT Action Speed Tactical Trainner Koarmatim, Asisten Kasal bidang Operasi (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI Moeklas Sidik, MPA didampingi Pangarmatim Laksda TNI Adi Prabawa SIP, MM yang juga bertindak sebagai Direktur Latihan (Dirlat) menerima paparan RO (Rencana Operasi).

Dalam kesempatan tersebut Asops kasal juga menerima paparan Sub Kogasgabfib, paparan pelintasan BTK (Bantuan Tembakan Kapal), paparan rencana operasi pasrat dan dilanjutkan dengan kegiatan TFG (Tactical Floor Game).

Latihan Armada Jaya XXVII A/08 kali ini mengambil Thema ”Komando Tugas Gabungan Melaksanakan Operasi Amfibi Didahului dengan Operasi Laut Gabungan Diteruskan dengan Operasi Pendaratan Administrasi Di Wilayah Banyuangi, Situbondo dan Tanjung Jangkar, Dalam Rangka Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Kodam VI/TPR Mendapat Tambahan Heli NBell-412


Helikopter serbaguna NBell-412 dengan teknologi rotor empat blade, mampu mengangkut 15 penumpang.

PENDAM VI (29/1),- Kodam VI/Tpr akan menambah satu buah helikopter untuk memperkuat pengamanan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Demikian dikemukakan Pangdam VI/Tpr Mayjen TNI Tono Suratman usai bertemu dengan Pengurus Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) ke-17 di ruang Danrem 091/Asn, Senin (28/01).

Sesuai program Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) 2008 secara umum tidak ada pergantian. Kecuali sarana dukung pasukan berupa kendaraan dan helikopter, rencana kita akan menambah satu lagi,” kata Pangdam yang didampingi Danrem 091/Asn Kolonel Inf Bambang Budi Waluyo. Pangdam menjelaskan, helikopter didatangkan dari Mabes TNI usai Latihan Gabungan (Latgab) Juni itu adalah jenis Bell 412. Menurut Pangdam meski ada penambahan helikopter masih belum cukup untuk mengamankan wilayah perbatasan.

“Selama ini proses pengamanan kita gunakan helikopter Bell 412 dan pesawat-pesawat lainnya. Kita juga dibantu helikopter Puma dari TNI AU. Namun ini sifatnya hanya pendukung saja, karena fungsi utamanya untuk SAR, Kodam juga akan menambah 600 personil setiap tahun. Perekrutan dilakukan pada Tamtama, Bintara hingga Perwira. Kuotanya akan kita atur dengan cara take and out, maksudnya masuk dan pensiun harus seimbang,” ujar Pangdam.


Menyambung Nyawa Dirgantara Indonesia

Oleh : Orin Basuki dan BM Lukita Grahadyarini

Tanggal 4 September 2007 adalah masa paling kelam bagi PT Dirgantara Indonesia atau PT DI . Industri strategis ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. PT DI dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun serta jaminan hari tua kepada eks karyawannya yang diberhentikan sejak 2003.

Dengan keputusan itu, otomatis tidak ada lagi kegiatan produksi di perusahaan itu. Padahal, dua hari sejak tanggal pemailitan, kabarnya, mereka akan menandatangani nota kesepahaman dengan Merpati Nusantara Airlines (MNA), tentang pembelian 10 unit pesawat CASA 212-400.

Itu berarti ada penerimaan riil bagi perusahaan yang dibangun di masa Orde Baru ini. Pendapatan riil berarti nyawa bagi pabrik pesawat yang dipelopori BJ Habibie ini.

Apa mau dikata. Saat itu, PT DI berada di titik terbawah. Luka akibat pemailitan masih terasa hingga saat ini. Namun, upaya tetap bertahan hidup tetap dilakukan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah merealisasikan nota kesepahaman dengan MNA pada 28 Januari 2008. Harapan pun mulai ada di depan mata.

Pemesanan 10 CASA 212 seri 400 bernilai 60 juta dollar AS merupakan suntikan dana yang lumayan bagi PT DI. Ini seolah tambahan nyawa bagi perusahaan yang dirundung malang sejak krisis ekonomi mendera Indonesia tahun 1998.


NC-212-200 Merpati Airlines di Sam Ratulangi, Manado.

Seluruh pesanan pesawat baru selesai diproduksi 2009. Akan tetapi, hal itu seolah menjadi sinyal bahwa PT DI tak perlu ”mati”.

Seperti diungkapkan Direktur Utama PT DI Budi Santoso, tahun 2008 belum ada produksi pesawat besar-besaran, karena perusahaan ini baru mulai merangkak setelah dipailitkan. Setahun ini fokus untuk menghimpun pesanan sebanyak mungkin. Diharapkan, kepercayaan pembeli pulih setelah MNA memesan 20 pesawat penumpang.

”Kami akan mempercantik perusahaan. Tidak mungkin menawarkan sesuatu jika kondisinya masih acak-acakan,” ujarnya.

Sembari menunggu produksi dalam volume besar, PT DI masih memiliki beberapa kontrak yang lebih dari cukup untuk menyambung hidup. Mereka masih melayani pembuatan komponen pesawat dari dua produsen bus udara terbesar di dunia, yaitu Airbus dan Boeing.

Kapasitas produksi komponen untuk kedua perusahaan itu baru 30 komponen per bulan. Padahal permintaannya 46-50 komponen per bulan.


NC-212 TNI-AU di bandara Adisucipto, Yogyakarta.

Selain itu, ada penawaran kepada investor dalam negeri, yakni TNI Angkatan Laut, yang tengah berupaya memperkuat armada patrolinya. Mereka ditawari pesawat patroli jenis terbaru, gabungan dari CASA 212 dan CN 235. Nilai jualnya pun tinggi, sekitar 30 juta dollar AS per unit.

”Kalau diminta membuat satu unit, kami akan memulai dari satu unit. Tetapi kalau diminta 10 unit, kami siap memulai 10 unit dari sekarang. Satu unitnya perlu waktu pembuatan 18 bulan, tidak ada yang bisa dibuat dalam setahun. Kami harap keputusan dari TNI AL bisa diperoleh dalam waktu dekat,” ujar Budi.

Dukungan CASA

Dari pesanan yang diterima, maka sebagai sebuah industri, PT DI masih punya masa depan. Apalagi setelah mendapat dukungan dari CASA yang bermarkas di Spanyol. CASA dengan sukarela memindahkan pabriknya ke Indonesia. CASA berharap dapat mengembangkan industri penerbangan di kawasan regional.

Dengan kerja sama ini, PT DI tidak perlu mengeluarkan dana untuk investasi. CASA telah memasukkan seluruh perlengkapan pabrik pembuatan pesawatnya dalam kontainer saat ini, dan siap dikirim ke Indonesia. Nantinya, seluruh produksi CASA akan dialihkan ke Indonesia.

CASA bisa tetap hidup tanpa dibebani ongkos tenaga kerja di Eropa yang melonjak akibat menguatkan nilai tukar euro terhadap dollar AS. Padahal, penerimaan yang diterima CASA dari penjualan pesawatnya berupa dollar AS.

Melalui kerja sama dengan PT DI, setiap pesawat yang diproduksi akan dibuat oleh tenaga kerja Indonesia, yang relatif lebih murah dibanding tenaga kerja di Eropa.

”Kami akan memperoleh pendapatan sekitar 20 persen dari setiap pesawat yang terjual,” ujar Budi.

Kerja sama ini diharapkan dapat memperluas area penjualan pesawat hasil kerja sama PT DI dan CASA, antara lain pasar Amerika Selatan dan Asia.


EADS/Casa C212-400 variant patroli maritim AL Argentina

EADS/Casa C212-400 variant angkut personel AU Portugal

PT DI sudah menawarkan pesawat CASA 212 ke Thailand. CASA 212 adalah salah satu varian pesawat yang dibuat sebagai hasil kerja sama PT DI dan CASA.

Pasar di dalam negeri pun menjanjikan. Kebutuhan pengadaan pesawat sejenis CASA 212 mencapai 50 unit. Menurut Direktur Utama MNA Hotasi Nababan, diperlukan pesawat kecil untuk menembus kawasan terpencil yang belum tersentuh maskapai penerbangan.

Sebanyak 10 pesawat pesanan MNA itu akan digunakan untuk menembus daerah-daerah terpencil di Kalimantan, Sumatera, dan kawasan Indonesia timur.

”Kami baru memiliki 22 pesawat bermesin jet dan 15 pesawat berbaling-baling. Kami akan menggantikan pesawat lama jika yang baru selesai,” katanya.

Masalah utama

Biarpun pasar sudah terbuka, kemampuan PT DI untuk mengejar kontrak masih terbatas. Mesin produksi yang menjadi andalan mereka saat ini masih jauh dari memadai. Mesin terbaru yang dimiliki buatan 1992 bahkan ada yang usianya 20 tahun. Idealnya, mesin yang sudah berusia 14 tahun harus diganti.

Penggantian mesin produksi PT DI sepenuhnya tergantung pada keputusan DPR. Lembaga perwakilan rakyat inilah yang akan menetapkan kapan langkah-langkah penyehatan PT DI dilakukan. Pemerintah sudah mengusulkan penjualan sebagian saham milik pemerintah kepada investor strategis. Namun, ini tergantung persetujuan DPR.

PT DI sudah menerima pernyataan minat dari dua perusahaan asing, yaitu dari Eropa dan Asia, yang bersedia menjadi rekanan strategis untuk membangun kembali perusahaan tersebut.

”Jika izin diberikan dalam waktu dekat, kami optimistis PT DI bisa pulih, dan menjadi besar kembali dalam tiga tahun mendatang,” tutur Budi.

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan A Djalil menegaskan, industri penerbangan PT DI akan dikembangkan menuju dua arah, yakni penerbangan komersial dan pertahanan. Privatisasi yang dilakukan diarahkan untuk memperkuat basis produksi pesawat komersial PT DI. Sedangkan industri pertahanannya tetap diawasi pemerintah.

PT DI pun tetap memiliki hak hidup, karena masih sangat bernilai. Pendapatannya masih bisa mencapai rata-rata 100 juta dollar AS per tahun, dan keuntungan bersihnya rata-rata Rp 30 miliar per tahun.

Tahun 2007, sudah ada kontrak perawatan 15 pesawat Boeing jenis 737 seri 200, 300, dan 400 dari maskapai dalam negeri, antara lain Adam Air, RPX Airlines, dan Batavia Air senilai Rp 80 miliar. Kontrak dengan TNI Angkatan Udara untuk membuat satu pesawat senilai 27 juta dollar AS dan helikopter senilai 7 juta dollar AS.

PT DI juga memiliki kontrak untuk perawatan dan modifikasi pesawat, antara lain dari Turki, Pakistan, dan Iran. Nilai kontraknya sekitar 300 juta dollar AS, meliputi pengadaan komponen, peralatan, dan pembuatan pesawat CN-235 dan CASA 212-400. Perusahaan ini juga masih menghidupi 3.600 karyawan.

Mulai 24 Oktober 2007, status pemailitan PT DI dimentahkan Mahkamah Agung. Mungkin ini bisa menjadi batu loncatan untuk memulai lembaran baru menghidupkan industri penerbangan dalam negeri.

KOOPSAU II Siap Hadapi Ancaman

Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) II Marsekal Muda (Marsda) TNI Yushan Sayuti menegaskan, meskipun kondisi Lanud jajaran di Koopsau II saat ini belum mencapai kondisi minimum esential force (kekuatan idial minimum), tetapi masih mampu untuk menghadapi ancaman yang ada.

”Karena keterbatasan anggaran, kita baru mampu menyiapkan tiga puluh persen dari ukuran idial. Namun demikian bila dihadapkan dengan kondisi ancaman sekarang, kita masih memadai” tegas Pangkoopsau II Masda TNI Yushan Sayuti.

Penegasan tersebut disampaikan Pangkoopsau II kepada wartawan disela-sela acara Rakernis Koopsau II TA. 2008 di Makoopsau II, Makassar, Senin (28/1). Rakernis berlangsung hari ini dan besok (Senin – Selasa) diikuti 19 (sembilan belas) Komandan Lanud jajaran Koopsau II, 7 (tujuh) LO Kodam, serta para pejabat teras Makoopsau II.

Pangkoopsau II menambahkan, Lanud-Lanud jajaran Koopsau II akan senantiasa all out dalam mendukung kebijakan pimpinan TNI AU/TNI, khususnya di bidang pertahanan. Di Lanud jajaran Koopsau II, saat ini terdapat delapan Skadron Udara, baik dari unsur tempur, angkut maupun intai yang sewaktu-waktu siap untuk di gerakan. Selain itu juga terdapat bebarapa Skadron Teknik.

Menyinggung kesiapan jajaran Koopsau II dalam kegiatan latihan gabungan (Latgab) TNI Juni 2008 mendatang, Pangkoopsau II optimis kalau jajarannya, baik unsur skadron udara, skadron teknik maupun personel pendukung dalam kondisi siap.

”Setidaknya enam puluh persen dari sekitar 4600 personil TNI AU yang terlibat dalam Latgab TNI 2008, merupakan unsur-unsur dari jajaran Koopsau II” terang Pangkoopsau II.



Rapim TNI yang digelar di Mabes TNI Cilangkap pekan kemarin, salah satunya adalah mengagendakan pelaksanaan Latgab TNI 2008. Latgab TNI 2008, akan digelar di empat titik trouble spot, masing-masing Natuna dan Batam (kepulauan Riau), Singkawang Kalimantan Barat dan Sangata, Kalimantan Timur.

”Titik titik itu memang tempat-tempat yang rawan terhadap pelanggaran wilayah, karena berbatasan langsung dengan negara tetangga, kita akan coba show force disitu” lanjut Pangkoopsau II sembari menambahkan kalau latihan yang gelar TNI hakikatnya juga merupakan bagian dari pertanggung jawaban TNI kepada rakyat.

Unsur Alutsista jajaran koopsau II yang akan dilibatkan meliputi pesawat tempur Sukhoi, F-16 Figthing Falcon, F-5E Tiger, Boeing 707 serta unsur angkut seperti C-212 Kasa dan C-130 Hercules.

Juni 2008 : TNI Gelar Latihan Perang Gabungan di Kepulauan Riau

Tanjungpinang, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Juni tahun ini menggelar latihan perang gabungan (lapgab) di wilayah perairan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), tanpa melibatkan negara asing.

Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Muda TNI Agus Suhartono, Senin memastikan lapgab hanya melibatkan TNI AL, AU dan AD dari wilayah barat dan timur Indonesia.

"Sekitar 10 ribu personel TNI dilibatkan dalam lapgab itu. Sebanyak 70 persen berasal dari wilayah timur," ujarnya kepada wartawan setelah melantik Laksamana Pertama TNI Marsetio sebagai Danlantamal IV menggantikan Laksamana Pertama TNI Among Margono.

Menurutnya, lapgab TNI tahun 2008 digelar di wilayah Barat Indonesia yaitu di perairan Batam dan Natuna, Provinsi Kepri.

Batam akan dijadikan sebagai lapgab operasi khusus, sedangkan operasi Amphibi digelar di perairan Natuna.

"Pematangan rencana lapgab dilaksanakan bulan Februari. Kemungkinan pelaksanaannya pada Juni atau Juli mendatang," katanya.

TNI AL akan mengerahkan 12 kapal perang, dan dimungkinan juga lapgab menggunakan armada lain seperti pesawat tempur.

"Kami memiliki 40 kapal perang. Direncanakan 12 kapal perang akan dimanfaatkan untuk lapgab," ungkapnya.

Ia menerangkan, tujuan dilaksanakan lapgab adalah untuk menguji dan menambah ketrampilan TNI, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban pembinaan TNI terhadap masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA