Plan International, Rabu (22/9/7/2010), menyatakan, tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals / MDGs) masih dapat dicapai jika sejumlah tindakan praktis segera diambil.
Menurut Organisasi Anak-anak Internasional ini tindakan dalam 3 bidang utama selama 5 tahun ke depan akan membantu target MDGs, dan secara dramatis meningkatkan kehidupan jutaan anak-anak. Ketiga bidang itu yakni pendaftaran (registrasi) kelahiran, menghentikan kekerasan di sekolah dan meningkatkan taraf hidup perempuan.
“Lima tahun ke depan menawarkan kesempatan yang lebih kecil, di mana para pemimpin dunia dunia harus bertindak cepat dan tegas. Di sana tak ada lagi kesempatan kedua untuk menyelamatkan jutaan anak-anak yang rentan,” ujar CEO Plan International, Nigel Chapman dalam siaran persnya.
PBB telah mengakui bahwa tanpa upaya yang terpadu, cita-cita untuk mengurangi kemiskinan global pada tahun 2015 akan sulit terwujud di banyak kawasan. Proyek global MDGs terdiri atas delapan sasaran yang mencakup pengurangan angka kemiskinan ekstrem dan kelaparan, peningkatan angka partisipasi pendidikan primer, kesetaraan jender, pengurangan angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, penyebaran HIV/AIDS, kepastian lingkungan yang berkelanjutan, dan peningkatan kemitraan global. Delapan tujuan MDGs mempunyai dampak terhadap anak-anak – bahkan enam di antaranya berdampak langsung.
Registrasi kelahiran universal akan menyediakan data kependudukan yang penting dan akurat untuk memantau pencapaian target MDGs, khususnya dalam mengurangi angka kematian anak (Tujuan MDGs ke-4) , meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan MDGs ke-5) serta mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (Tujuan MDGs ke-3).
Tanpa akta kelahiran, seorang anak mungkin tidak akan bisa menerima imunisasi atau layanan kesehatan gratis, mengikuti ujian di sekolah (ujian yang bersifat nasional), atau mengklaim hak waris atau hak perlindungan hukum. Bukti umur juga merupakan hal penting untuk penuntutan hukum kejahatan terhadap anak, seperti kasus perdagangan anak, pelanggaran seksual, rekrutmen anak dalam angkatan bersenjata, perkawinan dini dan kasus pekerja anak.
Tujuan MDGs ke-2 dan ke-3 tidak akan tercapai tanpa adanya kerja sama organisasi internasional, pemerintah, masyarakat lokal, guru, orang tua dan anak, yang menjamin hak pendidikan anak yang bebas dari kekerasan. Triliunan rupiah yang dikeluarkan untuk pendidikan akan sia-sia jika anak-anak terlalu takut ke sekolah.
Disebutkan dia, kurangnya investasi pada anak perempuan membuat beberapa tujuan MDGs terancam gagal, dimulai dari tujuan pertama (pengurangan angka kemiskinan ekstrem dan kelaparan). Investasi penting juga dibutuhkan dalam hal akses layanan kesehatan, untuk menghentikan banyaknya kematian anak (Tujuan MDGs ke-4), mencegah hilangnya akses pendidikan bagi perempuan karena penyakit yang terus - menerus (Tujuan MDGs ke-6), dan mengadakan pendidikan usia dini (pre-school), sehingga anak-anak perempuan dan keluarganya lebih terlibat dalam pendidikan mereka (Tujuan MDGs ke-2 dan ke-3)
Plan lanjutnya, memiliki kampanye yang sangat praktis, yang dengan cara tertentu memberikan perlindungan terhadap anak-anak terpinggirkan, serta membuka kesempatan dan hak-hak hidup yang menjadi hak mereka. "Tapi yang lebih dibutuhkan sekarang adalah komitmen yang lebih besar dari pemerintah. Tanpa itu, jutaan anak-anak akan mati hanya karena meningkatnya jurang antara yang sangat kaya dan sangat miskin," ungkap Nigel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA