7 Desember 2010

ADB: Asia Timur Harus Kerjasama Mata Uang

INDONESIA PLASA BY: TONI.S

Selasa, 7 Desember 2010 13:50 WIB

Jakarta

Asia Development Bank (ADB) melihat Pemerintah dan otoritas keuangan di kawasan Asia Timur perlu lebih bekerja sama dalam kebijakan nilai tukar.

"Kerja sama regional dalam nilai tukar mata uang bisa menjamin kestabilan nilai tukar intra-regional dan sekaligus memungkinkan terjadinya fleksibilitas inter-regional, sehingga bisa membantu mendorong perdagangan dan investasi intra-regional dan menyeimbangkan kembali sumber-sumber pertumbuhan di kawasan," kata Kepala Kantor Kerja Sama Dan Integrasi Ekonomi ADB (OREI), Iwan Azis, dalam edisi terbaru laporan Asia Economic Monitor yang diluncurkan Selasa ini.

Pemerintah dan otoritas keuangan di kawasan Asia Timur juga bisa menjalin kerja sama di bidang lain untuk mengubah pemulihan yang cepat setelah krisis menjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan berjangka panjang, katanya dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.

Disebutkan surplus perdagangan yang besar di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang di satu sisi, dibandingkan dengan meningkatnya utang di kalangan-negara-negara ekonomi maju disisi lain telah menimbulkan perdebatan.

Kondisi ini yang berpuncak pada seruan bagi kawasan Asia Timur yang sedang berkembang untuk membiarkan mata uangnya terapreasiasi sesuai dengan kekuatan ekonominya yang meningkat.

Pulihnya kawasan Asia secara cepat dari krisis global baru-baru ini juga telah menarik investor asing ke kawasan ini. Karena itu, pengelolaan arus modal yang masuk untuk mencegah terjadinya "bubble" harga aset juga menimbulkan kekawatiran.

"Meningkatnya dengan cepat saling ketergantungan dalam perdagangan dan keuangan dan makin pentingnya efek limpasan dan penularan (spillovers and contagion effects) di dalam kawasan membuat kerja sama nilai tukar mata uang regional menjadi sangat penting," kata Iwan Azis.

Pada saat yang bersamaan, katanya, fleksiblitas mata uang regional terhadap mata uang-mata uang utama di luar kawasan akan membantu kawasan Asia Timur yang sedang berkembang bisa mengelola arus modal yang masuk dan menghadapi guncangan eksternal dengan lebih baik.

Untuk menghindari hal itu, Asia Economic Monitor menyarankan pengadopsian zona pemantauan secara informal nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang eksternal untuk dijadikan referensi atau terhadap sejumlah mata uang. Ini cara terbaik bagi ekonomi Asia Timur.

Perubahan besar di luar zona yang tidak mengikat tersebut dapat menjadi bahan pembicaraan secara rahasia untuk mengurangi deviasi yang terjadi.

Seiring berjalannya waktu, pengaturan ini dapat bersifat lebih resmi.

Laporan ini menyampaikan perkiraan tentang pertumbuhan ekonomi bagi kawasan Asia Timur yang sedang berkembang, terdiri dari 10 negara anggota ASEAN plus Republik Rakyat Cina, Hong Kong, China, Republik Korea dan China Taipei.

Laporan ini mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan melemah ditambah dengan dikuranginya stimulus fiskal dan monoter di dalam kawasan ini kemungkinan akan membuat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini akan menurun tahun depan.

Pertumbuhan ekonomi rata-rata di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang kemungkinan akan mencapai 7,3 persen pada tahun 2011 setelah tumbuh sebesar 8,8 persen pada 2010.

Prediksi terbaru untuk tahun 2010 lebih tinggi dari prediksi ADB sebelumnya yang dilakukan pada bulan September.

Dalam laporan Perkiraan Perkembangan Ekonomi Asia Yang Diperbarui (Asian Development Outlook Update) pada bulan September, ADB memperkirakan perekonomian kawasan ini akan tumbuh 8,4 persen tahun ini setelah mencapai pertumbuhan sebesar 5,4 persen pada tahun 2009.

Perkiraan pertumbuhan pada tahun 2010 yang diubah menjadi lebih tinggi ini, sebagian besar dikarenakan lebih tingginya pertumbuhan di Republik Rakyat China dari ramalan ADB yang semula memperkirakan hanya 10,1 persen pada tahun ini.

Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 9,6 persen pada bulan September.

ADB masih mengharapkan ekonomi Republik Rakyat China akan tumbuh sebesar 9,1 persen pada 2011.

Dalam catatan khusus yang disampaikan terpisah mengenai kinerja keseluruhan kawasan Asia yang sedang berkembang - yakni 45 perekonomian yang sedang berkembang di Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik - ADB menaikkan perkiraan pertumbuhan kawasan ini menjadi 8,6 persen dari angka 8,2 persen pada perkiraan di bulan September.

Perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia yang sedang berkembang di tahun 2011 masih 7,3 persen. Sementara pertumbuhan di Asia Tengah sekarang diperkirakan akan mencapai 5,9 persen pada tahun ini dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 5,1 persen.

ADB memperkirakan perekonomian di Asia Selatan akan tumbuh sebesar 7,8 persen pada 2010 dengan India diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,5 persen tahun ini.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi di kawasan Pasifik tetap sebesar 4,3 persen pada tahun 2010.

Pemulihan ekonomi berbentuk huruf V terjadi di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang dan tantangan bagi kawasan ini adalah menerapkan kebijakan nasional yang akan mengubah pemulihan ekonomi yang cepat ini menjadi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Resiko yang mungkin timbul di kawasan ini lebih tinggi dari perkiraan enam bulan lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INDONESIA PLASA