INDONESIA PLASA BY: TONI.S
TKI
Selasa, 7 Desember 2010 | 17:48 WIB
Komite Independen Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (KOPR-TKI) melakukan aksi teatrikal penyiksaan TKI oleh warga Arab Saudi, di Kedutaan Besar Arab Saudi, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Senin (22/11/2010). KOPR-TKI berunjuk rasa di Kedubes Arab Saudi, memprotes perlakuan warga dan pemerintah Arab Saudi terhadap TKI, yang mereka anggap sudah menginjak-injak hak asasi manusia, khususnya warga negara Indonesia yang bekerja di sana.
TERKAIT:
* Mata Haryatin Nyaris Buta
* TKW Indonesia Diduga Dibunuh Suaminya
* BNP2TKI Gagalkan Tujuh TKW ke Malaysia
* Keluarga TKW Mengadu
* Etha Bulo Akan Ditegur Jika TKW Melapor
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, menyatakan bahwa TKI jangan hanya dipikirkan devisa yang dihasilkannya, karena cara berpikir seperti itu nyata betul telah menumbuhsuburkan komersialisasi TKI.
Masyarakat seolah diajak untuk berpikir bahwa TKI di luar negeri adalah penghasil devisa.
-- Said Aqil Siradj
"Masyarakat seolah diajak untuk berpikir bahwa TKI di luar negeri adalah penghasil devisa," kata Said Aqil di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (7/12/2010).
Pemerintah menyebutnya sebagasi pahlawan devisa. Para pelaku usaha (PJTKI) dan BNP2TKI dengan bangga menunjukan angka-angka devisa hasil remitansi dana buruh migran tersebut. "Ini menunjukkan bahwa bekerja di luar negeri bukan hanya kebutuhan TKI saja, PJTKI dan pemerintah juga membutuhkannya," kata Said.
Namun semua itu tidak diimbangi dengan penghargaan dan perlindungan yang memadai terhadap para TKI di luar negeri yang seharusnya diterima mereka. "Sehingga dari tahun-ke tahun selama bertahun-tahun selalu saja muncul TKI-TKI korban kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan lain-lain, terutama di Arab Saudi," jelasnya.
Masyarakat di negeri tersebut masih kuat kecenderungannya untuk memperlakukakan orang, terutama dari negeri-negeri non-Arab sebagai budak. Sehingga TKI di Arab Saudi berada diantara dua keburukan. "Tidak memperoleh apresiasi dan perlindungan dari negaranya dan budaya perbudakan yang masih melekat dalam perilaku orang Arab," terangnya.
Indonesia bukan satu-satunya negara pengirim tenaga kerja kurang berkeahlian atau kerja di sektor domestik. Bedanya di negara-negara lain buruh migrannya sekalipun hanya bekerja di sektor domestik, tetapi tetap jauh lebih dihargai dan cukup memperoleh perlindungan dari pemerintahnya. "Sehingga tenaga kerja migrannya jarang yang diperlakukan tidak senonoh oleh majikannya," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA