Jumat, 19 November 2010 | 07:57 WIB
Antrean calon pembeli Carrefour Asia Tenggara siap-siap gigit jari. Pasalnya, Carrefour SA, peritel terbesar kedua di dunia itu membatalkan rencana penjualan unit bisnis di Malaysia dan Singapura.
Pembatalan ini terkait dengan evaluasi strategis yang dilakukan perusahaan. "Perusahaan menakar, mempertahankan unit bisnis di Malaysia dan Singapura akan mendatangkan nilai tambah ketimbang menjualnya," ujar sumber Bloomberg yang dikutip KONTAN, Kamis (18/11/2010).
Di sisi lain, Senin lalu (15/11/2010) Carrefour menjual bisnis di Thailand kepada Big C, anak usaha Casino Guichard-Perrachon SA senilai 868 juta euro. "Nilai penjualan ini setara dengan 120 persen penjualan bersih dan 13 kali laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Carrefour Thailand," ujar Patrice Lambert de Diesbach, Hubungan Investor Carrefour dalam rilisnya.
Menurut Patrice, penjualan unit bisnis Thailand ini terkait dengan strategi perusahaan untuk fokus di negara di mana Carrefour memimpin pasar. Dus, perusahaan bisa mengoptimalkan sumber daya manusia di tempat itu. Sayang, prospek pertumbuhan Carrefour di Thailand tidak memungkinkan induk usaha mengambil posisi sebagai pemimpin pasar dalam jangka waktu dekat hingga menengah.
Lalu di Thailand, Carrefour mengoperasikan 42 gerai. di mana 34 gerai di antaranya ialah hipermarket. Aset ini mendatangkan pendapatan 723 juta euro dan EBITDA 67 juta euro sepanjang setahun yang berakhir 30 Juni 2010. Ini menyebabkan Carrefour keluar sebagai peritel terbesar kelima di Thailand dengan pangsa pasar 6 persen.
Big C merupakan pemain terbesar kedua hipermarket di Thailand. Big C memiliki 69 hipermarket dengan penjualan 1,7 miliar euro sepanjang setahun yang berakhir 30 Juni 2010. "Transaksi ini diharapkan tuntas kuartal I-2011," tukas Patrice.
Sumber Bloomberg melanjutkan, sebetulnya penjualan unit bisnis di Thailand ini seiring dengan rencana perusahaan memfokuskan bisnis di China dan Amerika Latin. Di kedua wilayah itu, Carrefour menjadi pemimpin kedua terbesar di bisnis hipermarket dan supermarket. "Sebagian dana penjualan Carrefour di Thailand akan digunakan untuk mengembangkan bisnis di Malaysia," lanjut sumber tersebut.
Secara terpisah, Khair Mirza, analis Maybank Investment Bank Bhd mengatakan, valuasi bisnis Carrefour di Thailand, Malaysia, dan Singapura berbeda. "Nilai penjualan Carrefour Thailand itu setara dengan 13 kali EBITDA. Nah, nilai penjualan Carrefour di Malaysia dan Singapura tidak sebesar itu," lanjut Khair.
Empat orang yang tahu persis proses transaksi ini pernah mengatakan, nilai penjualan Carrefour di Singapura dan Malaysia sekitar 350 juta dollar AS sampai 400 juta dollar AS. Merujuk laporan keuangan Carrefour, di Malaysia perusahaan mengoperasikan 19 hipermarket. Tahun lalu, gerai di Malaysia mendatangkan pendapatan senilai Euro 329 juta. Adapun di Singapura, Carrefour memiliki dua gerai hipermarket yang memberikan kontribusi 85 juta euro terhadap total pendapatan perusahaan.
Khair juga melihat, pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan Singapura tertolong oleh keberadaan raksasa ritel asal Prancis itu. Sebagian besar gerai hipermarket Carrefour di Malaysia berusia di bawah lima tahun. Berarti, ada peluang besar untuk mengembangkan laba bersih mereka di masa mendatang.
Secara terpisah, Fabio Fazzari, Analis Equita Sim mengatakan, bila nilai penawaran Carrefour di Malaysia dan Singapura terdilusi, maka masuk akal bila manajemen memutuskan membatalkan penjualan aset tersebut," kata Fabio. Dia juga tidak melihat akan ada dampak besar bagi Carrefour atau bisnis ritel secara umum atas pembatalan penjualan ini.
Lars Olofsson, Presiden Direktur Carrefour sebelumnya telah mengumumkan, perusahaan akan menyisihkan 2 miliar dollar AS dari laba bersih untuk dipakai untuk memperbaiki gerai hipermarket di Eropa selama dua tahun ke depan. Hipermarket merupakan format utama Carrefour di Eropa. Strategi ini dilakukan setelah pendapatan perusahaan stagnan. Hal ini disebabkan oleh konsumen memilih belanja perlengkapan atau produk kecantikan di toko spesial dekat rumah. Hingga kini Carrefour SA memiliki 3.062 supermarket dan hipermarket, serta 4.726 toko diskon.
Sayang, hingga kini Ashish Saboo, Direktur Pengembangan Bisnis Grup Para tidak merespons telepon dan pesan singkat KONTAN. Seperti diketahui, Grup Para termasuk salah satu calon pembeli Carrefour Malaysia dan Singapura. Shafie Shamsuddin, Presiden Direktur PT Carrefour Indonesia juga tak mengomentari pembatalan penjualan ini. "Saya masih rapat," ujarnya singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA