INDONESIA PLASA
Rabu, 19 Januari 2011 22:51 WIB
Jakarta
Ketua I Gabungan Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Djongkie Sugiarto mengatakan, produksi butadiene (bahan baku plastik) di dalam negeri akan meningkatkan daya saing otomotif nasional, karena ada jaminan pasokan bahan baku untuk komponen dengan harga yang lebih murah.
Ia mengatakan di Jakarta, Rabu, komponen berbasis plastik menguasai sekitar 20 persen dari total komponen otomotif, yang didominasi bahan logam dan baja.
Menurut dia, ekspansi produksi butadiene oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) akan mendorong peningkatan data saing dan nilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) otomotif, khususnya komponen.
"Produsen mobil mendukung ekspansi CAP untuk produksi butadiene karena dapat menjamin pasokan bahan baku plastik dari dalam negeri. Jika bahan baku (plastik) dipasok dari industri lokal, selain harganya lebih murah, TKDN-nya juga bisa meningkat menjadi 60 persen," ujarnya menanggapi rencana produksi butadiene pertama di Indonesia oleh CAP.
Nilai TKDN menjadi penting bagi kalangan produsen untuk mengikuti tender pengadaan barang/jasa yang oleh pemerintah. TKDN yang tinggi sangat menentukan daya saing dalam tender yang diselenggarakan pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa.
Menurut Direktur & Investor Relations CAP, Suryandi, pihaknya akan membangun pabrik butadiene pertama di Indonesia dengan nilai investasi sebesar 100 juta dolar AS. Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai Juni 2011 dan dijadwalkan selesai pertengahan 2013.
Pabrik tersebut, lanjut dia, dirancang dengan kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun.
Butadiene, kata dia, merupakan bahan campuran untuk membuat karet sintetis. Karet sintetis sendiri banyak dipakai untuk komponen pembuatan ban. Selain itu, bahan kimia tersebut juga bisa menjadi bahan campuran untuk komponen otomotif lainnya yang berbasis plastik.
"Pabrik butadiene tersebut akan dioperasikan anak usaha CAP yakni PT Petrokimia Butadiene Indonesia. Sebagian besar produksinya ditujukan untuk memasok kebutuhan industri dalam negeri, sisanya untuk ekspor," katanya.
Selama ini, lanjut Suryandi, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan butadiene dari Jepang dan Korea. "Dengan tersedianya butadiene di dalam negeri, biaya produksi ban dan otomotif dapat dipangkas, sehingga industri petrokimia dan otomotif nasional mempunyai kesempatan untuk berkembang dalam beberapa tahun mendatang," ujarnya.
Ekspansi CAP
Lebih jauh Suryadi mengatakan, CAP juga tengah melakukan "debottlenecking" dengan menambah mesin pabrik untuk meningkatkan produksi polipropiline (PP) dari kapasitas 360 ribu ton saat ini menjadi 480 ribu ton per tahun.
Ekspansi tersebut, kata dia, membutuhkan investasi sebesar Rp300 miliar dan pihaknya menargetkan peningkatan produksi akan terjadi pada Maret 2011. CAP, lanjut dia, juga akan meningkatkan kapasitas produksi etiline dari 600 ribu ton per tahun menjadi satu juta ton per tahun.
"Kami juga akan meningkatkan produksi polietiline (PE) dalam 3-5 tahun mendatang, dari 320 ribu ton per tahun menjadi 540 ribu ton per tahun," kata Suryandi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplast) Fajar AD Budiyono mengatakan, ekspansi produksi petrokimia pasca-merger Chandra Asri dengan Tri Polyta akan membantu daya saing industri kimia hilir nasional yang selama ini tergantung pada bahan baku impor.
Ia mencontohkan, saat ini kebutuhan nafta industri kimia hilir nasional mencapai 1,7 juta ton dan harus dipasok dari impor. Untuk PP dari total 700 ribu ton kebutuhan per tahun, sekitar 300 ribu ton dipasok dari impor.
"Dengan ekspansi CAP maka Indonesia tidak lagi perlu mengimpor bahan baku industri plastik, nafta, dan PP. Kami berharap pada 2015, industri kimia hilir tidak lagi kesulitan bahan baku," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA