Investor asal Korea Selatan, Jepang, dan Eropa berminat memiliki Bank Century yang telah diambil alih pemerintah dan kini dikenal dengan nama Bank Mutiara. Namun, bank yang sebelumnya dinyatakan gagal dan telah mendapatkan suntikan dana dari pemerintah Rp 6,7 triliun ini belum akan dijual.
Hal itu diungkapkan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Firdaus Zaelani saat ditanya pers seusai melaporkan perkembangan LPS kepada Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (16/9) siang.
"Sudah ada investor Asia, seperti Korsel dan Jepang, serta Eropa, yang tanya-tanya. Akan tetapi, mereka belum melakukan kajian (due diligence)," ungkap Firdaus didampingi Ketua Dewan Pengawas LPS Rudjito.
Sementara itu, menurut Rudjito, yang juga mantan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), total aset eks Bank Century mencapai Rp 8 triliun, dari sebelumnya merugi Rp 7 triliun saat diambil alih pemerintah pada tahun 2008.
"Sekarang, bank tersebut malah mempunyai laba Rp 500 miliar. Jadi, perkembangannya cukup baik," lanjutnya.
Rudjito menambahkan, berdasarkan ketentuan, Bank Mutiara baru bisa dijual pada tahun ketiga. "Jika belum laku dengan harga yang optimal, bisa diperpanjang lagi pengelolaannya dua kali setahun. Itu artinya bisa dijual sampai tahun kelima. Jika nantinya saat dijual harganya juga belum optimal lagi, pengelolaannya bisa diperpanjang setahun lagi untuk dijual dengan transparan," katanya.
Ditanya berapa nilai buku bank tersebut, Rudjito mengaku belum bisa mengungkapkan hal itu. "Nanti, saat penawaran baru diumumkan. Saya tidak mau bicara sekarang. Akan tetapi, para analis bisa menghitung nilai bukunya sebab laporan keuangannya kan sudah dibuka ke pasar modal," katanya.
Menyoal prospek Bank Mutiara, Rudjito mengakui cukup prospektif. "Permintaan untuk membeli bank ke Indonesia itu sangat diminta oleh investor asing. Lihat saja, misalnya, sekarang ini ada yang minat beli Maspion dan lainnya," demikian dikatakan Rudjito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA