Solo: Para pedagang mi instan di kawasan komplek Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, Jawa tengah, khawatir omzet penjualannya akan menurun drastis, Selasa (11/10). Kekhawatiran itu terkait pemberitaan tentang penarikan produk indomie di Taiwan lyang diduga mengandung bahan berbahaya.
Para pedagang berharap, agar pemerintah segera memberikan penjelasan resmi terkait ada tidaknya kandungan berbahaya dalam indomie, sehingga tidak meresahkan masyarakat. Seruan serupa juga diungkapkan para penggemar produk mie instan.
Sejauh ini, para pedagang tak mempermasalahkan kandungan dalam indomie, karena belum ada penjelasan resmi dari pemerintah. Mereka mengaku baru akan mengurangi penjualan produk mie instan, jika pemerintah Indonesia menyatakan adanya kandungan bahan berbahaya dalam indomie.
Para pedagang menuturkan, mereka bisa menghabiskan dua dus atau sekitar 80 buah indomie sehari. Dari penjualan indomie rebus dan goreng, mereka bisa meraih keuntungan Rp 52.000.
Sebagai antisipasi penurunan omzet penjualan produk indomie, para pedagang berencana mengganti dengan produk lain, seperti Sarimi, Mie Sedap, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA