Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar mengatakan, pemerintah tidak dapat menaikkan harga per lembar saham PT Krakatau Steel. Saat ini, harga per lembar saham PT Krakatau Steel Rp 850.
"Ini sudah bidding agreement, jadi tidak bisa diubah lagi. Jika diubah, ini berindikasi tidak bagus terhadap bisnis," kata Mustafa kepada para wartawan sebelum mengikuti sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (1/11/2010). Mustafa menegaskan, harga saham PT Krakatau Steel sudah dipertimbangkan masak-masak dan sudah dianalisis.
Terkait banyaknya keluhan, Mustafa mengatakan, underwriter atau pialang penjamin penjualan saham perdana (initial public offering/IPO) PT Krakatau Steel siap mempertanggungjawabkan angka tersebut. "Nanti mereka akan menjelaskan semuanya. Underwriter bisa menjelaskan itu," kata Mustafa.
Penetapan harga saham perdana Krakatau Steel Rp 850 per lembar dinilai terlalu rendah sehingga mengurangi besaran dana yang seharusnya bisa diraih perseroan melalui proses penawaran umum saham perdana. Pemerintah dan manajemen Krakatau Steel serta penjamin emisi perlu menjelaskan apa alasan saham perdana KS ditetapkan cukup rendah.
Pengamat ekonomi dan pasar modal Dradjat Wibowo dan Yanuar Rizky menilai pemerintah, manajemen KS, dan penjamin pelaksana emisi perlu menjelaskan secara transparan soal alokasi saham perdana KS. Dradjat mengatakan, di tengah kondisi pasar saham yang cukup kondusif dan indeks yang terus menguat, tidak seharusnya harga perdana KS ditetapkan pada batas bawah. Apalagi, belakangan ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia cukup besar.
"Belakangan ini saham-saham yang tidak bagus pun diborong investor asing karena kondisi makro-ekonomi kita cukup baik. Kenapa saham KS yang dikatakan punya prospek cukup cerah dijual murah. Dalam bahasa Jawa, harga Rp 850 itu kebangetan," kata Dradjat.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN menetapkan harga IPO KS Rp 850 per lembar. Harga ini hampir mendekati batas bawah harga indikatif yang ditetapkan di kisaran Rp 800-Rp 1.150 per saham. Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, harga itu tidak tinggi sehingga untuk jangka panjang berpotensi menggairahkan perdagangan saham KS di pasar sekunder.
Yanuar Rizky mengatakan, harga saham perdana KS patut dipertanyakan mengapa ditetapkan mendekati batas bawah, padahal pada masa penawaran awal (book building), saham perdana produsen baja terbesar di Indonesia itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak sembilan kali. Selain itu, total penawaran investor asing yang masuk saat proses book building mencapai Rp 6 triliun.
"Biasanya, saham-saham perdana yang mengalami kelebihan permintaan cukup besar akan ditetapkan di harga maksimal, paling tidak mendekati harga indikatif tertinggi," kata Yanuar. Yanuar ataupun Dradjat mengatakan, harga yang ideal untuk saham perdana KS seharusnya minimal Rp 1.000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA