Setelah diberlakukan secara resmi sejak awal tahun 2010, perjanjian perdagangan bebas antara China dan ASEAN atau ACFTA dilaporkan belum memberikan dampak signifikan pada perubahan ekspor impor Indonesia. Meskipun ada perubahan pada tarif kepabeanan yang semakin ringan, tidak serta merta melonjakan impor dari China ke Indonesia atau ekspor dari Indonesia ke China.
"Bisa dibilang, pertumbuhan ekspor dan impor antara China dan Indonesia sendiri tak banyak dikontribusi oleh ACFTA. Tidak banyak yang menggunakan skema ACFTA dalam ekpor impor. ACFTA yang banyak dikhawatirkan akan menjadi pendorong impor dari China meningkat drastis, ternyata tidak terbukti," ujar Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Susiwijono di Jambi, Selasa (16/11/2010).
Data yang dimiliki Ditjen Bea dan Cukai menunjukkan fakta bahwa melalui layar sistem peringatan dini (early warning system/ EWS) yang dikembangkan pemerintah dapat diketahui tidak ada lonjakan impor yang mengkhawatirkan. Atas dasar itu tidak perlu ada kekhawatiran akan tekanan produk China yang melonjak ke Indonesia dan merusak daya saing industri dalam negeri.
"Jumlah impor sendiri masih fluktuatif, bahkan saat ini neraca perdagangan masih surplus. Meskipun gap (selisih) pertumbuhan ekspor dengan impor saat ini lebih kecil," papar Susiwijono.
Secara terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro, Kementerian Koordinator Perekonomian, Erlangga Mantik mengungkapkan, pertumbuhan ekspor pada 2010 mulai meningkat, hingga September. Namun, tetap perlu antisipasi khususnya untuk menghadapi kemungkinan melemahnya permintaan dari dunia internasional
"Pertumbuhan impor selalu lebih besar dari ekspor. Kalau ini berjalan terus, kami takut, suatu saat impor kita akan lebih besar dari Ekspor. Meskipun sampai dengan sekarang masih surplus," tuturnya.
Sebenarnya, kenaikan impor dapat difahami sebagai parameter yang positif jika aliran barang yang masuk berupa barang modal dan bahan baku industri dalam negeri yang berorientasi ekspor, bukan impor barang konsumsi. "Sementara ini, industri dalam negeri masih banyak yang bahan bakunya dari impor, sehingga ketika produksi dan permintaannya naik, maka impor akan naik juga," katanya.
Terus tumbuh
Pertumbuhan ekspor pada tahun 2011 diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap produk domestik Bruto (PDB) sebesar 25,4 persen. Sebaliknya impor berkontribusi 23 persen.
Pertumbuhan ekspor sendiri pada tahun 2010 ini diprediksi masih akan cukup kuat dan cenderung meningkat dengan perkiraan sebesar 14,2 persen. Adapun pada tahun 2011 sekitar 11,3 persen-11,5 persen pada tahun 2011. Adapun untuk impor, diprediksi akan tumbuh 17,2 persen pada 2010 dan 12,5 persen-12,7 persen pada tahun 2011.
Akibat krisis global, pertumbuhan ekonomi dunia sempat anjlok jadi 2,4 persen pada tahun 2009, sehingga menyebabkan pertumbuhan ekspor minus 10 persen. Namun, mulai sejak Semester II 2009 ada pertumbuhan positif, sehingga pada 2010 diharapkan perdagangan dunia akan tumbuh tujuh persen. Indonesia akan jauh di atas rata2 pertumbuhan global.
Sebagai perbandingan, perhitungan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara terbesar dari sisi PDB pada 2014. Pada tahun 2009, negara-negara maju masih menguasai perekonomian dunia. Namun pada tahun 2014 akan berubah secara signifikan, terutama dengan China sebagai yang terbaik. Adapun Indonesia akan berada di posisi 17. Demikian pula dengan perhitungan Goldman Sach, yang memperkirakan pada tahun 2025, Indonesia menduduki posisi ke-5 terbesar dengan PDB Rp 10.000 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA