Pengaruh Amerika Serikat terhadap dunia internasional semuram kondisi ekonominya. Buktinya, negara-negara G-20 menolak membantu Negeri Uwak Sam untuk menekan China merevaluasi mata uangnya.
Dalam pernyataan bersama, pemimpin G-20 menghindari penggunaan kata kompetisi nilai tukar yang rendah (competitive undervaluation). Mereka lebih memakai kata-kata kompetisi devaluasi (competitive devaluation).
Padahal, Amerika Serikat selalu memakai kata competitive undervaluation itu merujuk pada kebijakan mata uang China yang membiarkan nilai tukar yuan tetap rendah terhadap dollar Amerika Serikat. Sekadar catatan, sebelum pertemuan G-20 berlangsung, masing-masing negara sejatinya memasukkan kata competitive undervaluation dalam draf pernyataan bersama. Namun, akhirnya diubah.
Selama ini Amerika Serikat selalu menekan China untuk merevaluasi mata uangnya. Amerika Serikat merasa dirugikan akibat kebijakan China yang mematok nilai tukar yuan tetap rendah agar ekspor barangnya tetap bersaing di pasar global. Bila hal tersebut terus terjadi, Amerika Serikat khawatir neraca perdagangannya terhadap China akan terus defisit.
Setuju cegah proteksionisme
Pernyataan bersama G-20 juga tidak memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang menghantam anggotanya. Masalah itu di antaranya memperbaiki ekonomi global yang diakibatkan defisit perdagangan antara Amerika dan China, Jerman, dan Jepang.
Namun, para kepala negara G-20 sepakat mencegah proteksionisme. "Dengan memperhatikan pentingnya perdagangan bebas dan investasi, kami berkomitmen untuk menjaga pasar bebas dan liberalisasi perdagangan dan investasi," bunyi pernyataan bersama itu.
Kepala negara G-20 juga sepakat mengurangi jurang antara negara yang mempunyai surplus perdagangan dan yang defisit. Para kepala negara G-20 akan membuat pedoman dengan bantuan International Monetary Fund dan organisasi global lainnya. Rencananya, menteri keuangan dan gubernur bank sentral akan bertemu pada pertengahan tahun depan untuk membahas masalah ini.
"Kami tidak punya kriteria seperti apa, tapi kami setuju harus ada kriterianya," kata Presiden Perancis Nicolas Sarkozy.
Secara keseluruhan, pernyataan bersama G-20 kali ini hampir serupa dengan yang diteken menteri keuangan dan gubernur bank sentral G-20 pada akhir bulan lalu. "Tidak ada solusi yang mudah untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi saat ini," kata Sarkozy.
13 November 2010
Moneter G-20 Tolak Bantu AS Tekan Kebijakan Moneter China
INDONESIA PLASA
Jumat, 12 November 2010 | 21:44 WIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
INDONESIA PLASA